Misa Requiem Paus Fransiskus, Bapa Uskup ‘Gregel’ Saat Homili

Twitter
WhatsApp
Email
Wafat Bapa Suci Paus Fransiskus pada Senin 21 April lalu, meninggalkan kesedihan mendalam bagi sekitar 1,4 Milyar umat Katolik di seluruh dunia. Banyak Keuskupan dan komunitas religius menggelar Misa Requiem bagi Bapa Suci Fransiskus. Tak terkecuali Gereja di Keuskupan Agung Semarang (KAS).

Katedral – Wafat Bapa Suci Paus Fransiskus pada Senin 21 April lalu, meninggalkan kesedihan mendalam bagi sekitar 1,4 Milyar umat Katolik di seluruh dunia. Banyak Keuskupan dan komunitas religius menggelar Misa Requiem bagi Bapa Suci Fransiskus. Tak terkecuali Gereja di Keuskupan Agung Semarang (KAS).

Rabu, 23 April 2025, Bapa Uskup Mgr Robertus Rubiyatmoko memimpin Misa Requiem Bapa Suci Fransiskus di Gereja Santa Perawan Maria Ratu Rosario Suci, Randusari Katedral Semarang. Dalam misa konselebrasi ini Bapa Uskup didampingi para Kuria KAS dan Romo Telephorus Krispurwana Cahyadi, SJ sebagai pakar tentang Paus Fransiskus.

Romo Krispurwana Cahyadi SJ pakar tentang Paus Fransiskus saat homili menyampaikan gagasan Bapa Suci Paus Fransiskus mengenai Gereja sebagai sebuah perjalanan. (dok Elwin)

Dalam homili Romo Krispurwana berkisah tentang gagasan Bapa Suci Paus Fransiskus mengenai Gereja sebagai sebuah perjalanan. Setelah terpilih sebagai Paus, Paus Fransiskus dalam homili pertama misa pengukuhan sebagai Paus, 19 Maret 2013, tepat di Hari Raya Santo Yoseph, ia menggambarkan Gereja ini adalah Gereja yang berjalan.

“Kita diajak untuk berjalan dan tidak berhenti. Karena berhenti artinya mati. Kalau kita mau hidup, berjalanlah. Dan kita menapaki perjalanan ziarah dalam perjalanan Gereja yang sinodalitas yang dicanangkan oleh Paus Fransiskus. Proses yang masih berlangsung dan belum selesai karena perjalanan tidak pernah akan usai,” tandas Romo Kris.

Bapa Uskup dalam kesempatan homili kedua, menyampaikan kesedihannya yang mendalam, bahkan dua kali Bapa Uskup ‘nggregel’ sehingga sempat sejenak tak bisa berkata-kata. (dok Elwin)

Bapa Uskup dalam kesempatan homili kedua usai homili Romo Kris, menyampaikan kesedihannya yang mendalam. Bahkan dua kali Bapa Uskup ‘nggregel’ sehingga sempat sejenak tak bisa berkata-kata.

Menurut Bapa Uskup, dalam empat kali perjumpaan dengan Paus Fransiskus, setiap kali bersalaman, beliau tak pernah memberikan kata-kata, beliau hanya tersenyum sambil mengangguk-anggukkan kepala. Meski tak ada kata-kata, namun ada suasana hati yang tenteram, adem, ayem. Dari berbagai perjumpaan, ada kenang-kenangan yang beliau berikan, yaitu rosario dan medali. “Kenangan terakhir yang saya terima adalah kasula dan mitra yang saya pakai ketika ketemu di GBK,” ucap Bapa Uskup.

“Bagi saya, dialah pribadi yang sangat menarik. Karena dia pribadi yang mempunyai hati untuk orang lain dan kita umatnya. Masih terngiang-ngiang di telinga saya ketika dia mengajak kita semua untuk menampilkan wajah kerahiman Allah bagi manusia. Yaitu memberikan perhatian kepada sesama khususnya yang lemah, miskin, tersingkir. Itulah yang menginspirasi saya ketika ditahbiskan untuk memilih motto mencari dan menyelamatkan,” sharing Mgr Rubiyatmoko.

Lanjut Bapa Uskup, teladan kesederhanaan Bapa Suci tampak nyata. Salah satunya dengan surat wasiat untuk penguburannya dengan sangat sederhana.

Ia juga pribadi yang mempunyai hati untuk perdamaian dan untuk persaudaraan dan kerukunan. Hal ini disampaikan melalui berbagai macam dokumen, perjanjian atau deklrasi dengan agama yang lain.

“Paus Fransiskus bagi saya telah meninggalkan keteladan hidupnya yang nyata. Apa yang ia katakan, ia hidupi. Juga ketika berbicara kepada para imam, ia menekankan kesungguhan untuk menjadi gembala-gembala umat. Harus menjadi gembala yang berbahu domba. Ini menjadi sentilan bagi kami para imam. Supaya menjadi gembala yang baik seperti beliau teladankan,” kenangnya.

Bapa Uskup bersama para imam dan seluruh umat berdoa di depan foto Paus Fransiskus bagi kedamaian jiwa beliau. (dok Elwin)

Di penghujung Ekaristi, diputarkan pula video tentang perjalanan hidup Bapa Suci Fransiskus sekitar 5 menit. Menyusul kemudian doa bagi kedamaian jiwa Bapa Suci Fransiskus yang dipandu oleh Bapa Uskup di depan foto Paus Fransiskus, di samping altar. Seribuan umat yang hadir pun turut melambungkan doa bagi mendiang Paus ke-266 pengganti Rasul Petrus.

Usai Ekaristi, umat berbondong-bondong berdoa di depan foto Paus Fransiskus, baik tua maupun muda. Ini pertanda, umat merasa kehilangan sosok Paus Fransiskus. (dok Elwin)

Usai Ekaristi, umat berbondong-bondong berdoa di depan foto Paus Fransiskus, baik tua maupun muda. Ini pertanda, banyak umat merasa kehilangan sosok Paus Fransiskus. Selamat jalan gembala nan rendah hati…. (BD Elwin)