Bu Magda sedang menerima telepon dari Pak Barnabas, ketua lingkungannya. Keduanya tampak berbicara amat serius. Setelah telepon selesai, Bu Magda mulai menanyakan kepada suami dan anak anaknya tentang siapakah di antara mereka yang akan datang dalam Misa offline di paroki. Pak
Dulkenyut suaminya menjawab, “Aku di rumah saja ya…, toh masih ada Misa online, rasanya lebih enak.” Jawab Bu Magda, “Lho lebih enak bagaimana to, Pak? Kita kan tidak dapat menyambut Komuni kalau online.” Jawab Pak Dulkenyut, “Yo, enak to, Bune…, pakaian bebas, bisa diikuti sambil memberi makan ayam, tidak perlu takut telat.” “Weladalah…, kok gitu? Itu salah kalau Misa kok sambil makani ayam di kandang, tidak layak!” sanggah Bu Magda.
Salah satu dari kesekian banyak masalah yang sering muncul dalam Misa online adalah kelayakan ruang dan sikap manusia saat kita mengikuti Misa tersebut. Pedoman Umum Misale Romawi Nomor 296 menyatakan bahwa altar merupakan tempat menghadirkan kurban salib dengan menggunakan tanda-tanda sakramental. Meski tidak sama dengan gereja atau kapel, selayaknya kita menyiapkan ruang yang layak untuk pelaksanaan Misa online. Pilihlah tempat di mana kita bisa mengalami saat tenang, khusyuk, dan tidak terganggu oleh hal-hal tak terduga di tengah-tengah Misa, misalnya seperti ruang doa keluarga atau ruang keluarga. Jangan pula ditaruh benda-benda lain supaya kita bisa fokus pada misteri Salib.
Misa online tentu hal yang baik, tetapi memang tidak pernah dimaksudkan untuk mengganti Misa offline atau Misa di gereja. Jika dimungkinkan kita hadir di gereja untuk Ekaristi, itulah yang harus kita pilih yang pertama dan utama. Namun jika terpaksa harus Misa online karena keadaan pandemi ini, hendaklah kita membuat ruangan dan suasana yang mendukung perjumpaan kita dengan Tuhan secara batin dalam Misa online tersebut.
Renungan Bulan Katekese Liturgi 9 Mei 2021 dalam bentuk video dapat dilihat di: