Gedangan – Perjalanan panjang sejarah Paroki Santo Yusup Gedangan Semarang kini dapat ditelusuri jejaknya melalui Mini Museum yang baru saja diresmikan oleh Vikep Kategorial Keuskupan Agung Semarang (KAS) Romo Yohanes Dwi Harsanto, Pr., Jumat (21/3/25) petang. Peresmian ini menjadi salah satu penanda rangkaian kegiatan perayaan HUT ke-150 pemberkatan Gereja Santo Yusup Gedangan. Perayaan puncaknya baru akan berlangsung pada Desember 2025.

Peresmian mini museum ini diadakan usai Perayaan Ekaristi Pembukaan Novena 150 Tahun Pemberkatan Gereja Gedangan sekaligus Novena Misi Ke-2 Kevikepan Kategorial KAS. Perayaan konselebrasi ini dipersembahkan, selain oleh Romo Vikep Kategorial, juga oleh Pastor Paroki Gedangan Romo Benedictus Cahyo Christanto, SJ; Vikaris Parokial Romo Rafael Mathando ‘Dodo’ Hinganaday, SJ; dan imam tamu Romo Benediktus Hanjar Krisnawan, Pr. Hampir seribu umat hadir memadati gedung gereja. Bahkan di pelataran samping gereja penuh sesak oleh kehadiran umat. Mereka, selain umat lokal Kevikepan Semarang, datang hampir dari seluruh penjuru KAS. Ada yang dari Kevikepan Yogyakarta, Surakarta, juga Kedu. Mereka datang ada yang bersama rombongan, namun ada pula yang seorang diri.

Pastor Paroki Romo Cahyo, sangat bersyukur atas antusiasme umat yang datang memenuhi gereja. Ia pun berkisah sekilas sejarah Gereja Gedangan. Keberadaan gereja tua ini tak dapat dilepaskan dari sosok Romo Lambertus Prinsen, Pr. Ia dari Belanda dan tiba di Semarang 28 Desember 1808. Tanggal inilah yang dijadikan hari jadi Paroki Gedangan. Makanya sebagai paroki, Gedangan telah berumur 217 tahun.
“Kala itu Gereja Katolik belum punya gedung gereja. Ibadatnya sementara di Gereja Blenduk sampai tahun 1815. Kemudian dari tahun tersebut sampai tahun 1822 umat Katolik beribadat di rumah warga Katolik. Pada tahun 1822, Romo Prinsen mendirikan rumah ibadat yang sekarang ditempati oleh Semarang Contemporary Art Gallery di jalan Taman Srigunting 5-6 Semarang yang tak jauh dari Gereja Blenduk,” ucapnya.
Selanjutnya tahun 1870 dibangunlah gedung gereja yang ditempati hingga kini. Dan tanggal 12 Desember 1875 diberkati oleh Mgr Linen. Pembunganan gedung gereja tersebut menelan biaya 110 ribu Gulden atau kini sekitar Rp 14,5 Milyar. Itu merupakan perjuangan yang tidak mudah. Karena subsidi dari pemerintah Belanda untuk pembangunannya baru turun 10 tahun kemudian.
Kilas sejarah yang diceritakan ini kini dapat disimak ketika kita mengunjungi mini museum yang lokasinya ada di beranda selatan pastoran. Pertama kita diajak menyusuri perjalanan sejarah Gereja Gedangan dari tahun ke tahun. Setelah itu bisa kita jumpai foto-foto Pastor Paroki mulai dari Romo Prinsen hingga Romo Cahyo sekarang. Sementara di pendapa pastoran ditampilkan berbagai ornamen yang ada di dalam gedung gereja, seperti mozaik kaca patri, lukisan, patung, ukiran, dan sebagainya. Di setiap paparan gambar ada beberapa OMK putri yang bertugas sebagau tour-guide yang menerangkan isi mini museum.

Pemotongan pita peresmian mini museum dilakukan oleh Romo Dwi Harsanto. Sedangkan pemberkatan oleh Romo Hanjar. Namun sebelumnya dilakukan penekanan tombol pembuka selubung mini museum oleh keempat Romo konselebran.

Dalam kesempatan sambutan, Vikep Kategorial Romo Harsanto mengajak seluruh umat untuk menyadari bahwa pertumbuhan jumlah umat di Keuskupan Agung Semarang itu mengalami kemunduran atau dibilang stagnan. Maka kita semua diutus sebagai misioner di tengah-tengah kehidupan kita, dengan cara hidup masing-masing, tandasnya. (BD Elwin)