Liturgi dan Para Kudus
Pada hari Sabtu, Maksi, seorang anak kelas 3 SMP, sudah bangun pagi-pagi sekali. Ia ingin ikut Misa Harian di gereja sebelum pergi ke sekolah. Ayahnya yang sedang menyirami tanaman bertanya, “Maksi, kok buru-buru ke sekolah. Sekarang ‘kan masih jam 5. Ada tugas piket, ya?” Sambil mengikatkan tali sepatunya, Maksi menjawab, “Papa itu gimana, to? Hari ini `kan tanggal 14 Agustus. Ada peringatan Santo Pelindungku, Santo Maksimilianus Maria Kolbe, martir zaman modern ini.” Papanya tersenyum bahagia dan bangga, mempunyai anak laki-laki yang ingat akan Santo pelindungnya. “Iya, ya, tunggu Maksi…, Papa juga akan pergi ke gereja menemanimu.”
Sungguh menggembirakan dan membanggakan jika setiap orang Katolik ingat akan peringatan Santo atau Santa pelindungnya, seperti Maksi. Semoga kita pun ingat akan hari pesta pelindung kita masing-masing. Alangkah baiknya jika kita bisa pergi ke gereja untuk merayakan Misa Kudus hari itu. Dalam Misa itu kita saling mendoakan, sambil mohon bantuan orang kudus yang sedang dirayakan.
Sudah sejak berabad-abad Gereja Katolik menghormati orang-orang kudus dalam perayaan liturgi dan terlebih di dalam Perayaan Ekaristi. Ada 4 tujuan penghormatan perayaan liturgi para orang kudus ini yaitu:
- memuji dan memuliakan Allah atas karya penebusan Kristus yang telah dinikrnati para kudus itu;
- menyajikan teladan hidup para orang kudus bagi kita;
- memohon doa dan perlindungan dari orang-orang kudus itu bagi kita; dan
- mengungkapkan kesatuan kita dengan persekutuan para kudus atau communio sanctorum.
Para kudus tersebut bagian dari Gereja yang sudah mulia di surga. Karena keagungan perayaan liturgi atas orang kudus itu, para Bapa Konsili Vatikan II dalam Konstitusi Liturgi mengajarkan, “Sebab dengan mengenangkan hari kelahiran para kudus di surga, Gereja mewartakan misteri Paskah dalam diri para kudus yang telah menderita dan dimuliakan bersama Kristus” (SC I04). Itulah mengapa Gereja senantiasa menyebut nama para kudus dalam Perayaan Ekaristi, yaitu saat Doa Syukur Agung.