Anita dan kedua orangtuanya bertamu dan menemui Sr. Perpetua di susteran. Menjelang pukul enam sore, para suster yang lain berjalan beriringan menuju kapel. Anita bertanya: “Suster, mengapa para suster sekarang ke kapel? Bukankah Misanya sudah tadi pagi?”. Jawab Sr. Perpetua: “Para suster akan berdoa Ibadat Sore Anita”. Anita penasaran dan bertanya lagi: “Ibadat sore itu seperti apa Suster?”. Dengan ramah, Sr. Perpetua mengajak Anita dan orang tuanya ikut ke kapel. Ia berkata: “Yuk ikut sekalian agar tahu”. Akhirnya Anita dan kedua orangtuanya mengikuti ibadat sore untuk pertama kalinya.
Ibadat Sore adalah salah satu dari Ibadat Harian yang dikenal dengan sebutan doa brevir.Dalam bahasa latin, Ibadat Harian disebut liturgia horarum. Ibadat harian terdiri dari Ibadat Bacaan, Ibadat Pagi (Laudes), Ibadat Siang, Ibadat Sore (Vesper) dan Ibadat Penutup (Completorium). Ibadat harian sebenarnya tidak hanyadidoakan untuk para imam, biarawan dan biarawati, melainkan menjadi kekayaan Gereja bagi seluruh umat beriman. Semua umat beriman juga diajak untuk turut serta mendoakan Ibadat Harian. Ada buku khusus yang berisi doa-doauntuk kelima ibadat ini. Rumusan yang lebih sederhana dan singkat dapat kita temukan dalam buku Puji Syukur nomor 29-79. Semua umat dapat menggunakannya. Kalau saudara-saudari Muslim solat lima kali dalam sehari, kita pun sebetulnya memiliki lima ibadat juga dalam sehari.
Ibadat Harian merupakan doa resmi Gereja. Doa ini mengungkapkan Gereja yang selalu berdoa (Ecclesia Orans). Ibadat Harian mengingatkan kita akan karya penebusan Tuhan sepanjang hari.Dari pagi sampai malam, waktu yang kita miliki akan disucikan dengan pujian kepada Allah (Bdk. Konstitusi Liturgi artikel 84). Dengan Ibadat Harian, setiap orang diajak untuk menyadari bahwa hidupnya diserahkan pada bimbingan dan perlindungan Allah sepanjang hari.