Pengantar

Kelangsungan hidup manusia dan makhluk lainnya di planet kita sekarang sangat terancam, bukan oleh krisis vulkanis dari perut bumi atau oleh benturan asteroid dari luar angkasa yang ratusan atau puluhan juta tahun lalu memusnahkan sebagian besar makhluk hidup di bumi, tetapi oleh suatu perubahan iklim dan pemanasan bumi yang berlangsung sangat cepat se-bagai akibat kegiatan manusia yang mencemarkan sarangnya sendiri.

Salah satu akibat pemanasan bumi yang paling berbahaya adalah naiknya permukaan laut yang dengan topan-topan dahsyat dapat membanjiri dan menenggelamkan kota dan desa yang dihuni oleh miliaran penduduk. Bencana ini juga akan membenamkan juga habitat satwa dan fauna yang tak terhitung banyaknya. Ancaman dahsyat air yang berubah dari sumber kehidupan menjadi pembawa kematian, meng-undang kita pada bulan Kitab Suci 2019 untuk membaca dan mendalami cerita Nuh, cerita air bah. Cerita yang dikenal luas itu bukan hanya tentang Allah dan nasib manusia, tetapi ten-tang pemusnahan dan penyelamatan seluruh alam ciptaan.

Cerita Nuh ini sangat menarik sebagai teks penuntun yang dapat membantu untuk menggumuli krisis ekologi. Cerita ini mampu membangkitkan kesadaran ekologis karena serentak memberi peringatan keras akan kerusakan tetapi juga mem-beri harapan baru. Kita akan membaca cerita panjang itu da-lam empat tahap.

Tahap pertama memperhatikan kejahatan yang mengakibat-kan pemusnahan.

Tahap kedua berfokus pada Allah dan Nuh yang bersama-sama menyelamatkan segala jenis makhluk hidup.

Tahap ketiga memantau pemulihan bumi untuk manusia dan segala makhluk; diakhiri janji Allah tak akan membinasakan bumi lagi.

Tahap keempat, janji Allah dikokohkan menjadi Perjanjian Allah dengan manusia dan semua makhluk, disertai beberapa peraturan untuk melindungi hidup di bumi.

Sebagai catatan akhir, sehubungan dengan Gagasan Pendu-kung BKSN 2019 yang cukup lengkap dan memakan banyak halaman, maka tidak kami satukan dengan buku bahan per-temuan umat. Sebagai pengganti kami mempersilakan umat yang menghendaki bisa mengunduh sendiri dengan menggu-nakan QR Code Reader melalui barcode yang kami sediakan.

 

Pertemuan 1

Makhluk Hidup Musnah Karena Kejahatan Manusia (Kej. 6:1-13)

Tujuan :

  1. Peserta menyadari alasan dasar terjadinya air bah yang mengakibatkan manusia dan segala makhluk dimusnah-kan.
  2. Peserta menyadari bahwa manusia dapat menjadi pe-nyebab hancurnya kehidupan, tetapi juga menjadi pen-jaga kelestarian kehidupan.
  3. Peserta diajak melaksanakan tindakan nyata untuk me-mulihkan dan mengatasi krisis lingkungan.

Waktu : 90 Menit

Gagasan Dasar :
Kisah tentang pemusnahan bumi (Kej. 6-7) telah menarik per-hatian para pemerhati ekologi. Ancaman punahnya kehidu-pan di bumi menjadi sesuatu yang menakutkan pada zaman sekarang. Sejak perang dunia kedua, ancaman nuklir dikha-watirkan akan menghancurkan bumi. Kemudian berkembang teknologi baru, seperti rekayasa genetik, yang ditakuti bisa memicu rantai bencana di luar kendali manusia. Eksploitasi bumi yang berlebihan, karena kerakusan pengusaha dan gaya konsumerisme masyarakat, telah mengancam rusaknya ta-nah, air, dan udara, serta punahnya keanekaragaman hayati. Kehancuran bumi itu diperparah oleh berbagai perang yang dipicu oleh perebutan sumber daya alam.

Penggunaan bahan bakar fosil yang menghasilkan terlalu banyak bahan berbahaya (karbon dioksida, metana, dll.). Se-mentara itu hutan yang berfungsi untuk menyerap karbon di-oksida justru ditebang dan dibakar secara membabi buta dan tak terkendali. Hal ini sangat mencemaskan karena membuat bumi menjadi semakin panas. Dampak pemanasan bumi yang paling terasa adalah membuat lapisan salju di kutub utara maupun selatan mencair sehingga permukaan air laut naik, menimbulkan gelombang pasang dahsyat yang menimbulkan korban baik manusia maupun kerusakan lingkungan parah. Pemanasan bumi itu berpengaruh pula pada perubahan iklim yang membawa berbagai bencana alam yang makin ekstrem. Meskipun air laut yang meningkat tidak akan menutupi se-luruh bumi seperti dalam cerita Nuh, banyak pulau, delta, dan wilayah pesisir yang sangat luas akan tenggelam. Para pengungsi karena perubahan iklim sudah ada dan akan ber-tambah sangat banyak ????

Berbeda dengan perubahan iklim yang pernah terjadi sepan-jang sejarah bumi ini, baru kali ini penyebabnya adalah ma-nusia. Kegiatan manusia tidak sesuai lagi dengan irama bumi dan daya pemulihan alam. Kenyataan menunjukkan bahwa. Tidak ada makhluk yang tidak terhubung dengan lingkungan-nya dan tidak bergantung padanya. Manusia pun demikian! Bila satu dipelihara, semua terpelihara, tetapi bila satu dia-baikan, semua menderita. Karena manusia melakukan kek-erasan terhadap alam, alam pun menjadi bencana bagi ma-nusia. Alam dan manusia bersama-sama ditimpa kerusakan dan pemusnahan. Dalam cerita air bah pemusnahan segala yang hidup itu berkaitan dengan kesalahan manusia. Cerita ini mengajak kita untuk mawas diri dan menyadari kesalah-an-kesalahan kita yang menjadi penyebab krisis lingkungan hidup sekarang ini.

Pembuka

Lagu Pembuka
MB 371 “Mohon Ampun” (ayat 1)
PS 602 “Ya Tuhanku, Hapuslah dosaku” .

Tanda Salib dan Salam
P Dalam nama Bapa, dan Putra dan Roh Kudus U Amin
P Tuhan beserta kita
U Sekarang dan selama lamanya

Pengantar
Fasilitator menyampaikan/membacakan Gagasan Dasar dari Pertemuan I. Se-sudah itu, Fasilitator menyampaikan kata pengantar berikut ini untuk memberi-kan penjelasan tentang apa yang hendak dicapai dalam pertemuan ini.

Selamat malam, bapak/ibu/saudara dan saudari yang ter-kasih dalam Tuhan Yesus Kristus. Kita bersyukur karena Allah telah mengumpulkan kita di tempat ini untuk mendengarkan Sabda-Nya. Selama bulan September ini, Bulan Kitab Suci Nasional, kita akan mendalami tema “Mewartakan Kabar Gembira dalam Krisis Lingkungan Hidup.” Tema ini akan didalami dalam empat pertemuan dengan masing-masing subtema yaitu (1) Makhluk hidup musnah karena kejahatan manusia, (2) Kita dipanggil untuk melestarikan lingkungan hidup, (3) Allah membarui bumi untuk makhluk ciptaan-Nya, dan (4) Perjanjian Allah dengan semua makhluk. Pada per-temuan pertama ini, kita aan mendalami subtema “Makhluk-hidup musnah karena kejahatan manusia.” Kita akan mere-nungkan mengapa Allah memusnahkan manusia dan segala ciptaan-Nya berdasarkan kutipan yang diambil dari Kejadian 6:1-13.

Doa Pembuka
P Marilah berdoa. Puji dan syukur bagi-Mu ya Allah Tri-tunggal Mahakudus atas segala berkat-Mu, khusus-nya atas karunia kehidupan yang kami alami bersama segala makhluk di bumi ini. Ya Allah, kami hendak mendalami Sabda-Mu tentang kesombongan manusia yang mem-buahkan kejahatan dan merusak karya-Mu. Kami mo-hon berkatilah kami dan terangilah kami dengan cahaya Roh-Mu yang kudus agar dapat mengikuti pendalaman Kitab Suci ini dengan baik dan mampu melaksanakan Sabda-Mu dalam kehidupan kami, baik secara pribadi maupun sebagai komunitas. Bersabdalah ya Allah, kami siap mendengarkan. Inilah doa kami yang kami sampai-kan kepada-Mu demi Kristus, Tuhan dan Pengantara kami.
U Amin

Pendalaman Kitab Suci

Pembacaan Kitab Suci (Kej. 6:1-13)
Fasilitator meminta beberapa peserta membaca teks per alinea, satu orang satu alinea, dengan suara lantang dan tidak tergesa-gesa. Peserta yang lain menden-garkan dengan penuh perhatian sambil mengikutinya dalam Alkitab masing-masing.

1Ketika manusia mulai bertambah banyak di muka bumi, dan anak-anak perempuan dilahirkan bagi mereka, 2maka anak-anak Allah melihat, bahwa anak-anak perempuan manusia itu cantik-cantik, lalu mereka mengambil istri dari antara perempuan-perempuan itu, siapa saja yang mereka sukai. 3Berfirmanlah Tuhan: “Roh-Ku tidak akan tinggal di dalam manusia selamanya, karena manusia itu adalah daging. Um-urnya akan seratus dua puluh tahun saja.” 4Pada waktu itu dan juga kemudian, ada orang-orang raksasa di bumi, ketika anak-anak Allah menghampiri anak-anak perempuan ma-nusia, dan perempuan-perempuan itu melahirkan anak bagi mereka. Mereka itulah orang-orang yang gagah perkasa di zaman purbakala, orang-orang yang kenamaan.

5Tuhan melihat betapa besarnya kejahatan manusia di bumi dan segala kecenderungan hatinya selalu membuahkan ke-jahatan semata-mata. 6Lalu Tuhan menyesal bahwa Ia te-lah menjadikan manusia di bumi, dan hal itu memilukan hati-Nya. 7Berfirmanlah Tuhan: “Aku akan menghapuskan manusia yang telah Kuciptakan itu dari muka bumi, baik manusia maupun hewan dan binatang-binatang melata dan burung-burung di udara, sebab Aku menyesal, bahwa Aku telah menjadikan mereka. 8Tetapi Nuh mendapat kasih kar-unia di mata Tuhan.

9Inilah riwayat Nuh: Nuh adalah seorang yang benar dan tidak bercela di antara orang-orang sezamannya; dan Nuh berjalan bersama Allah. 10Nuh memperanakkan tiga orang laki-laki: Sem, Ham dan Yafet. 11Di hadapan Allah bumi su-dah rusak dan penuh dengan kekerasan. 12Allah menilik bumi itu dan ternyata benar-benar rusak, sebab semua makhluk menjalani hidup yang rusak di bumi.

13Berfirmanlah Allah kepada Nuh: “Aku telah memutuskan untuk mengakhiri hidup segala makhluk, sebab bumi telah penuh dengan kekerasan oleh mereka, jadi Aku akan me-musnahkan mereka bersama-sama dengan bumi.

Pendalaman
Fasilitator meminta peserta membaca kembali teks sambil memperhatikan per-tanyaan di bawah. Para peserta dapat dibagi dalam kelompok dan setiap kelompok mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan itu di dalam teks Kitab Suci.

  1. Orang-orang raksasa mengganggap diri mereka sebagai anak siapa?
  2. Bagaimana kita menilai sikap seperti itu?
  3. Mengapa Tuhan menyesal telah menjadikan manusia di bumi?
  4. Mengapa hewan dan binatang-binatang juga dihapuskan dari muka bumi?

Penjelasan
Fasilitator menyampaikan penjelasan di bawah ini. Fasilitator dapat menambah-kan penjelasan yang diambil dari “Penjelasan Cerita Air Bah” yang terdapat da-lam Gagasan Pendukung (halaman 21 dst).

Orang-orang gagah perkasa menyombongkan diri sebagai anak-anak Allah. Karena itu, Allah mengingatkan mereka bahwa mereka hanyalah manusia fana dan membatasi umur mereka (hanya 120 tahun, usia ini lebih pendek jika dibanding-kan dengan leluhur mereka, lihat Kej. 5).

Kesombongan manusia inilah yang menjadi sumber kejaha-tan yang merasuki pikiran dan hati mereka. Terdorong oleh kesombongan yang ada dalam hati mereka, orang-orang itu berbuat sesuka hati dan cenderung melakukan kejahatan.

Reaksi Allah terhadap kejahatan manusia itu digambarkan secara manusiawi. Ia menyesal dan sakit hati karena telah menciptakan manusia. Ia menciptakan mereka untuk men-jaga dan memelihara bumi supaya mereka sendiri dapat hidup berbahagia. Tetapi, sejak Adam dan Hawa, manusia terus bersalah dan merusak bumi. Karena itu, Allah Ia mengambil keputusan untuk menghapus manusia.

Tidak hanya manusia yang dimusnahkan, tetapi juga mahk-luk ciptaan yang lain. Sebab, Allah melihat bahwa kejahatan manusia telah merasuki bumi dan segala makhluk ciptaan. Mereka musnah karena kejahatan manusia dan kemusnahan mereka mendatangkan penderitaan bagi manusia.

Pesan dan Penerapan
Fasilitator menyampaikan pesan yang diambil dari bacaan yang telah direnungkan berikut ini:

Manusia selalu terhubung dengan dan menjadi bagian dari lingkungannya sehingga ketika ia melakukan kejahatan hal itu berdampak pada dirinya maupun alam lingkungannya. Bila manusia melakukan kejahatan, lingkungan alam akan mengalami kehancuran hebat.

Kemudian fasilitator mengajukan pertanyaan kepada peserta dan memberi ke-sempatan kepada peserta untuk menjawab (dibatasi beberapa orang).

Sebutkan contoh-contoh kesombongan dan kejahatan manusia yang mengakibatkan kerusakan alam?

Fasilitator mengajukan pertanyaan di bawah ini dan memberi kesempatan kepa-da peserta untuk memberikan jawabannya sesuai dengan lingkungan hidupnya. Jawaban dari pertanyaan ini ditulis dan dibacakan satu per satu.

Kerusakan lingkungan alam apa saja yang kita lihat di sekitar saya? Apakah saya turut berperan dan memper-parah krisis lingkungan hidup itu?

Apa yang dapat saya lakukan untuk memulihkan dan mengatasi krisis lingkungan tersebut?

Doa Umat
Setelah mendengarkan pesan dari Allah melalui Sabda yang tertulis dalam Alkitab, seluruh peserta akan menanggapi Sabda itu dengan doa. Fasilitator me-ngajak peserta untuk mempersiapkan doa secara tertulis sebagai tanggapan atas Sabda yang baru didengarkan. Doa itu bisa berupa pujian, syukur, permohonan, niat, dan sebagainya. Kemudian satu demi satu peserta diminta untuk memba-cakan doa yang telah dituliskan. Setelah semua menyampaikan doa, fasilitator mengajak para peserta untuk mendoakan “Bapa Kami.”

Penutup

Doa Penutup
Pemandu mengajak seluruh peserta untuk berdoa memohon bantuan Allah agar sanggup melaksanakan kehendak-Nya yang telah didengarkan dalam per-temuan.

P Marilah berdoa.
Bapa, Yang Maha Pengasih, kami bersyukur kepada-Mu atas Sabda-Mu yang telah Kau nyatakan kepada kami. Bantulah kami dengan Roh Kudus-Mu agar kami dapat menjumpai Engkau dalam segala sesuatu dan memahami peristiwa-peristiwa hidup ini sesuai dengan tata kebijak-sanaan-Mu. Dengan demikian, kami dapat memilih yang terbaik, dan melangkah di jalan yang lurus, mengikuti jejak Yesus, guru kebijaksanaan yang sejati. Jadikanlah kami alat-Mu untuk melakukan kehendak-Mu dan ban-tulah kami menjadi hamba-Mu yang setia berbakti kepa-da-Mu. Demi Kristus, Tuhan kami.
U Amin.

Tanda Salib
P Dalam nama Bapa, dan Putra dan Roh Kudus U Amin

Lagu Penutup
• MB 489 “Betapa Kita Tidak Bersyukur”
• PS 707 “Betapa Tidak Kita Bersyukur” .

Pertemuan 2

Kita Dipanggil Untuk Melestarikan Lingkungan Hidup (Kej. 6:13-22; 7:11-17)

Tujuan :

  1. Peserta menyadari bahwa sejak awal mula Allah terlibat secara langsung dalam kehidupan manusia dan segala makhluk ciptaan-Nya.
  2. Peserta menyadari bahwa potensi kehancuran seluruh ciptaan Tuhan dapat terjadi bila manusia tidak turut serta menjaga dan memeliharanya.
  3. Peserta memahami bahwa Nuh dipanggil oleh Allah un-tuk melestarikan lingkungan hidup.
  4. Peserta menyadari panggilan Allah dalam dirinya untuk melestarikan lingkungan hidup.

Waktu : 90 Menit

Gagasan Dasar :
Kebanyakan cerita Alkitab hanyalah tentang Allah dan ma-nusia, karya Allah untuk keselamatan manusia. Kisah Nuh ini berbeda. Setelah menceritakan bahwa kejahatan manusia merusakkan juga seluruh ciptaan Allah lainnya, sekarang diceritakan bahwa Allah berupaya menyelamatkan manusia bersama makhluk hidup lainnya. Ia menyelamatkan seluruh makhluk hidup, bukan hanya karena mereka berguna bagi manusia tetapi karena semuanya memiliki nilai tersendiri bagi Allah yang mengasihi apa pun yang diciptakan-Nya.

Tidak seluruh alam ciptaan berperan dalam kisah Nuh; han-ya makhluk yang hidup di bumi akan mati di dalam air. Ikan-ikan dan makhluk air lainnya yang sekarang paling terancam di sungai dan laut yang tercemar, tidak muncul dalam kisah Nuh sebab tidak terancam air bah. Juga pohon dan tanaman lainnya yang begitu menentukan untuk keseimbangan eko-sistem, dalam kisah Nuh tidak muncul sebab dalam ekolo-gi Israel kuno tumbuh-tumbuhan tidak dipandang sebagai makhluk hidup tersendiri tetapi menyatu dengan tanah (Kej. 1:12). Akar-akarnya dan benihnya bertahan hidup bila ditu-tupi banjir, dan dengan sendirinya akan bertunas lagi setelah air surut, sebagaimana tampak dari helai daun zaitun segar yang akan dibawa merpati kepada Nuh (Kej. 8:11).

Biarpun tidak muncul dalam kisah Nuh, namun perusakan dan pelestarian flora bumi dan makhluk air hendaknya tetap menjadi perhatian kita dalam merenungkan pesan kisah air bah untuk keadaan sekarang.Cerita pemusnahan segala makhluk hidup diawali, diselingi, dan disusul oleh bagian-bagian ce-rita tentang Allah yang menyelamatkan keluarga Nuh; dan melibatkan Nuh dalam membangun sebuah bahtera sebagai rumah (oikos) bagi segala spesies yang hendak diselamatkan. Nuh, orang benar yang diingat oleh Allah, menjadi simbol pelestarian alam ciptaan. Cerita ini memupuk harapan baru dan mendorong orang melibatkan diri dalam menghadapi krisis global yang kita alami.

Pertama, kita diberi harapan bahwa kerusakan bumi, kepu-nahan spesies, perubahan iklim, dll., akibat kecerobohan manusia sendiri, dapat dibalikkan. Seperti Nuh, kita dapat menanggapi panggilan Tuhan untuk turut melestarikan bumi dan semua spesies yang terancam. Kita dapat melakukannya dengan membangun “bahtera”, memulihkan habitat spesies-spesies itu: hutan, air, sungai, laut, tanah, udara. Sosok Nuh yang membangun bahtera demi menyelamatkan segala ma-cam makhluk hidup, menjadi lambang ulung bagi kegiatan kita untuk melestarikan lingkungan hidup bukan hanya untuk kepentingan kita sendiri tetapi juga demi ketahanan hidup makhluk lain.

Kedua, cerita ini memupuk harapan kepada Allah. Nuh dapat menyelamatkan segala jenis makhluk yang terancam itu, da-lam kepercayaan dan ketaatan kepada Allah, Sang Pencipta, yang tetap mau memelihara ciptaan-Nya yang terancam itu. Harapan kepada Pencipta itu mungkin jarang ditampakkan oleh para ekolog sekular, padahal sangat menguatkan per-juangan untuk pelestarian lingkungan hidup. Manusia yang menyadari dirinya diutus dan dilibatkan oleh Allah yang dengan setia bekerja untuk keberlanjutan karya ciptaan-Nya, mendasari sebuah spiritualitas yang mendorong tindakan ekologis. Komitmen Allah itu akan menjadi tema utama da-lam lanjutan kisah Nuh (Kej. 8-9).

Pembuka

Lagu Pembuka
• MB 471 “Alangkah Megah“
• PS 706 “Betapa Agung Karya Tuhan“ .

Tanda salib dan Salam
P Dalam nama Bapa, dan Putra dan Roh Kudus U Amin
P Tuhan beserta kita
U Sekarang dan selama lamanya

Pengantar
Fasilitator menyampaikan/membacakan Gagasan Dasar dari Pertemuan II. Se-sudah itu, Fasilitator menyampaikan kata pengantar berikut ini untuk memberi-kan penjelasan tentang apa yang hendak dicapai dalam pertemuan ini.

Selamat malam, bapak/ ibu/ saudara dan saudari yang ter-kasih dalam Tuhan kita Yesus Kristus. Kita patut bersyukur karena berkat kasih Allah kita boleh berkumpul kembali di tempat ini guna mendalami Kitab Suci. Pada pertemuan Minggu lalu kita telah melihat bagaimana makhluk hidup musnah karena kejahatan manusia. Kita juga telah melihat bagaimana manusia menyombongkan diri dengan berbuat kejahatan yang mengakibatkan krisis lingkungan hidup dan bagaimana kita menanggapi situasi tersebut. Dalam pertemu-an kedua ini, kita akan mendalami subtema “Kita dipanggil untuk melestarikan lingkungan hidup.“ Kita akan belajar dari teladan seorang benar yang dipanggil oleh Allah untuk me-nyelamatkan dan melestarikan makhkluk ciptaan. Dia adalah Nuh, seorang yang hidup benar di hadapan Allah dan dapat dipandang sebagai tokoh pelestarian lingkungan hidup.

Doa Pembuka
PMarilah berdoa.
Terpujilah nama-Mu, Allah Tritunggal Mahakudus. Keagungan-Mu mengatasi seluruh alam semesta, seca-ra khusus bumi rumah kami bersama. Terimakasih atas rahmat kehidupan yang kami terima bersama seluruh ciptaan-Mu hingga saat ini. Ya Allah, kami mohon ber-katilah kami dalam pertemuan pendalaman Kitab Suci ini. Kami hendak mendalami teladan hidup orang benar yang Engkau pilih untuk menyelamatkan seluruh cip-taan-Mu dari peristiwa air bah. Utuslah Roh Kudus-Mu untuk membimbing kami dalam pertemuan ini agar kami mampu memahami Sabda-Mu dan melaksanakannya da-lam kehidupan kami, baik secara pribadi maupun sebagai komunitas. Bersabdalah ya Allah, kami siap mendengar-kan. Demi Kristus, Tuhan dan Pengantara kami.
U Amin

Pendalaman Kitab Suci

Pembacaan Kitab Suci (Kej. 6:13-22; 7:11-17)
Fasilitator meminta beberapa peserta membaca teks per alinea, satu orang satu alinea, dengan suara lantang dan tidak tergesa-gesa. Peserta yang lain menden-garkan dengan penuh perhatian sambil mengikutinya dalam Alkitab masing-masing.

6:13Berfirmanlah Allah kepada Nuh: “Aku telah memutus-kan untuk mengakhiri hidup segala makhluk, sebab bumi telah penuh dengan kekerasan oleh mereka, jadi Aku akan memusnahkan mereka bersama-sama dengan bumi. 14Buat-lah bagimu sebuah bahtera dari kayu gofir. Bahtera itu har-us kaubuat bersekat-sekat dan harus kaulapisi dengan ter di sebelah luar dan dalam. 15Beginilah harus kau buat bahtera itu: tiga ratus hasta panjangnya, lima puluh hasta lebarnya dan tiga puluh hasta tingginya. 16Buatlah atap pada bahtera itu dan selesaikanlah bahtera itu sampai sehasta dari atas, dan pasanglah pintunya pada lambungnya. Buatlah bahtera itu bertingkat bawah, tengah, dan atas. 17Sesungguhnya Aku akan mendatangkan air bah meliputi bumi untuk me-musnahkan segala makhluk yang bernafas hidup di kolong langit; segala yang ada di bumi akan binasa. 18Tetapi, Aku akan membuat perjanjian-Ku denganmu. Engkau akan masuk ke dalam bahtera itu: engkau bersama dengan anak-anakmu, istrimu, dan istri anak-anakmu. 19Dan dari segala yang hidup, dari segala makhluk, dari semuanya haruslah engkau bawa satu pasang ke dalam bahtera itu, supaya ter-pelihara hidupnya bersama engkau; jantan dan betina harus kaubawa. 20Dari segala jenis burung dan dari segala jenis hewan, dari segala jenis binatang melata di muka bumi, dari semuanya itu harus datang satu pasang kepadamu, supaya terpelihara hidupnya. 21Dan engkau, bawalah bagimu segala apa yang dapat dimakan. Kumpulkanlah itu padamu untuk menjadi makanan bagimu dan bagi mereka.” 22Lalu Nuh melakukan semuanya itu; tepat seperti yang diperintahkan Allah kepadanya, demikianlah dilakukannya.

7:11Ketika Nuh berumur enam ratus tahun, di bulan kedua, pada hari ketujuh belas bulan itu, pada hari itulah pecahlah segala mata air lautan besar di bawah bumi dan terbukalah tingkap-tingkap di langit. 12Dan turunlah hujan lebat atas bumi selama empat puluh hari empat puluh malam. 13Pada hari itulah juga masuklah Nuh serta Sem, Ham dan Yafet, anak-anak Nuh, dan istri Nuh, serta ketiga istri anak-anaknya, ke dalam bahtera itu, 14bersama mereka juga segala jenis binatang liar dan segala jenis hewan dan se-gala jenis binatang yang merayap di bumi dan segala jenis burung, segala unggas yang bersayap. 15Segala makhluk yang bernafas hidup datang sepasang demi sepasang kepada Nuh dalam bahtera itu. 16Semua yang datang, jantan dan betina dari segala makhluk, masuk seperti yang diperintahkan Allah kepada Nuh; lalu Tuhan menutup pintu bahtera itu di belakang Nuh. 17Selama empat puluh hari air bah itu meliputi bumi. Air itu naik dan mengangkat bahtera itu, sehingga terangkat tinggi dari bumi.

Pendalaman
Fasilitator meminta peserta membaca kembali teks sambil memperhatikan per-tanyaan di bawah. Para peserta dapat dibagi dalam kelompok dan setiap kelom-pok mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan itu di dalam teks Kitab Suci.

  1. Siapakah Nuh itu? (berdasarkan Kej. 6:8-10)
  2. Apa motivasi Nuh membuat bahtera?
  3. Untuk apa Nuh membuat bahtera yang sedemikian besar?
  4. Bagaimana Nuh bisa mengumpulkan segala binatang, ber-pasang-pasangan?
  5. Ceritakanlah bagaimana air bah itu terjadi!

Penjelasan
Fasilitator menyampaikan penjelasan di bawah ini. Fasilitator dapat menambah-kan penjelasan yang diambil dari “Penjelasan Cerita Air Bah” yang terdapat da-lam Gagasan Pendukung (halaman 21 dst).

Nuh adalah seorang bapak keluarga yang melakukan ke-hendak Allah tanpa cacat. Dia berjalan dengan Allah, sehing-ga Allah berkenan kepadanya. Nuh mendapat perintah dari Allah un-tuk membuat bahtera karena Tuhan akan menda-tangkan air bah. Bahtera yang harus dibangun oleh Nuh jauh lebih besar daripada kapal biasa. Bagian dalam dari kapal itu dibagi tiga lantai dan setiap lantai diberi sekat-sekat sehingga dapat me-nampung manusia dan banyak binatang.

Mengingat Allah akan memusnahkan segala makhluk hidup, Nuh harus mempersiapkan ruang-ruang untuk menampung anggota keluarganya dan untuk menampung segala macam binatang. Segala macam binatang harus ditampung berpa-sang-pasangan, baik hewan maupun burung. Nuh juga harus mengumpulkan makanan baik untuk dirinya dan keluarga-nya maupun untuk bintang yang ada di dalam bahteranya. Makanan itu masih sederhana karena pada hari penciptaan Tuhan memberikan kepada manusia biji-bijian dan buah-bu-ahan dan kepada binatang tumbuhan hijau.

Ketika bahtera dan segala sesuatunya telah siap digunakan, ternyata Nuh tidak perlu mencari binatang-binatang itu ber-pasang-pasangan, karena mereka sendiri datang berpasang-pasangan. Tuhan sendirilah yang mendatangkan mereka. Ketika semua keluarga Nuh dan binatang-binatang itu telah berada di dalam bahtera, Tuhan menutup pintunya. Dalam gambaran dunia Yahudi, mula-mula hanya ada air yang pada hari penciptaan Allah memisahkan air atas dan air bawah dan di tengahnya ada dunia. Tingkap-tingkap di langit terbuka se-hingga air dari atas turun dan sumber-sumber di bawah bumi dibuka sehingga air dari bawah juga turut naik lalu meliputi dan meniadakan bumi. Permukaan air semakin lama semakin tinggi; Nuh, keluarganya, dan semua binatang yang tinggal di dalam bahtera itu selamat dari air bah.

Pesan dan Penerapan
Fasilitator menyampaikan pesan yang diambil dari bacaan yang telah direnung-kan berikut ini:

Allah menghukum dan meniadakan manusia dan bumi yang penuh kejahatan dan kekerasan, namun Ia juga mencari jalan untuk menyelamatkan orang-orang benar.

Dalam kisah ini Allah tidak hanya menyelamatkan manu-sia tetapi juga seluruh makhluk ciptaan-Nya karena seluruh makhluk ciptaan itu bernilai bagi Allah dan dicintai-Nya.

Nuh adalah model manusia yang menanggapi panggilan Tuhan untuk turut serta melestarikan lingkungan hidup di bumi yang rusak dan terancam punah. Dengan mendengar-kan Tuhan dan melaksanakan firmannya Nuh menjadi saksi karya agung Tuhan menyelamtkan kehidupan.

Fasilitator mengajukan pertanyaan di bawah ini dan memberi kesempatan kepa-da peserta untuk memberikan jawabannya sesuai dengan lingkungan hidupnya. Jawaban dari pertanyaan ini ditulis dan dibacakan satu per satu.

Dengan cara-cara seperti apa kita sudah membangun “bah-tera“ kita untuk melestarikan dan menyelamatkan begitu ba-nyak makhluk hidup yang sekarang terancam punah karena kejahatan kita? (aksi nyata)

Doa Umat
Setelah mendengarkan pesan dari Allah melalui Sabda yang tertulis dalam Alkitab, seluruh peserta akan menanggapi Sabda itu dengan doa. Fasilitator mengajak peserta untuk mempersiapkan doa secara tertulis sebagai tanggapan atas Sabda yang baru didengarkan. Doa itu bisa berupa pujian, syukur, permohonan, niat, dan sebagainya. Kemudian satu demi satu peserta diminta untuk membacakan doa yang telah dituliskan. Setelah semua menyampaikan doa, fasilitator mengajak para peserta untuk mendoakan “Bapa Kami.”

Penutup

Doa Penutup
Pemandu mengajak seluruh peserta untuk berdoa memohon bantuan Allah agar sanggup melaksanakan kehendak-Nya yang telah didengarkan dalam per-temuan.

P Marilah berdoa.
Bapa, Yang Maha Pengasih, kami bersyukur kepada-Mu atas Sabda-Mu yang telah Kau nyatakan kepada kami. Bantulah kami dengan Roh Kudus-Mu agar kami dapat menjumpai Engkau dalam segala sesuatu dan memahami peristiwa-peristiwa hidup ini sesuai dengan tata kebijak-sanaan-Mu. Dengan demikian, kami dapat memilih yang terbaik, dan melangkah di jalan yang lurus, mengikuti jejak Yesus, guru kebijaksanaan yang sejati. Jadikanlah kami alat-Mu untuk melakukan kehendak-Mu dan ban-tulah kami menjadi hambaMu yang setia berbakti kepa-da-Mu. Demi Kristus, Tuhan kami.
U Amin.

Tanda Salib
P Dalam nama Bapa, dan Putra dan Roh Kudus. U Amin.

Lagu Penutup
• MB 518 “Gereja Bagai Bahtera”
• PS 621 “Gereja Bagai Bahtera” .

Pertemuan 3

Allah Membarui Bumi Untuk Makhluk-makhluk Ciptaan-Nya (Kej. 8:1-5, 8-19)

Tujuan :

  1. Peserta menyadari bahwa Allah punya komitmen untuk memelihara makhluk ciptaan-Nya dan tidak akan me-musnahkannya dari muka bumi
  2. Peserta memahami bahwa Allah sendiri berinisiatif un-tuk menyelamatkan bumi seisinya dari ancaman pemus-nahan.
  3. Peserta mengungkapkan alasan Allah membarui bumi.
  4. Peserta mengungkapkan Allah tetap menjaga dan me-rawat segala ciptaan melalui peristiwa alam.

Waktu : 90 Menit

Gagasan Dasar :
Allah itu “penyayang dan pengasih, panjang sabar dan berlimpah kasih setia-Nya.” Kisah Nuh menyatakan kesetia-an dan belas kasih Allah terhadap manusia berdosa dan makhluk-makhluk ciptaan-Nya yang telah rusak. Allah yang telah menyelamatkan Nuh dan makhluk-makhluk lain dalam bahtera, mengingat mereka, lalu menciptakan kembali bumi menjadi tempat hidup mereka. Sudah beberapa kali dalam sejarah bumi ketika bencana vulkanis global atau benturan meteor memusnahkan sebagian besar makhluk hidup, Allah Pencipta menunjukkan kesetiaan-Nya dengan terus mengada-kan evolusi yang melahirkan banyak jenis dan spesies yang baru, di antaranya kita, manusia.

Sekarang kita sekali lagi berada dalam krisis bumi, kali ini akibat kegiatan manusia sendiri. Dengan mengeruk bumi secara rakus, manusia telah mendatangkan hukuman atas dirinya sendiri. Di bumi telah terjadi degradasi lingkungan hidup, pencemaran tanah, air dan udara, perubahan iklim yang dapat menimbulkan bencana lebih dahsyat. Melalui kisah Nuh, Allah mengatakan kepada kita bahwa sekalipun manusia telah berdosa, Allah tetap setia terhadap bumi dan segala yang hidup di atasnya. Allah tetap berkomitmen mem-barui bumi di tengah perusakan yang dilakukan oleh manusia padanya. Kesetiaan-Nya itu memanggil kita kepada pertoba-tan ekologis; dan menguat-kan kita untuk “mengerjakan dan memelihara” bumi dengan cara yang lebih baik, lebih sesuai dengan irama dan hukum alam yang diletakkan Allah di da-lam karya ciptaan-Nya. Didukung oleh tindakan penciptaan Allah yang terus berjalan, kita dapat menjaga dan memulih-kan keutuhan ekosistem. Kita dipanggil menjadi seperti Nuh mau bekerja sama, memantau perkembangan, menemukan momen-momen yang diberikan oleh Allah, dan melangkah keluar untuk memulihkan apa yang sudah kita rusak.

Pembuka

Lagu Pembuka
• MB 488 “Syukur Bagi-Mu ya Tuhan“ (ay. 1-2)
• PS 670 “Tuhan Engkau Kuhormati“ .

Tanda salib dan Salam
P Dalam nama Bapa, dan Putra dan Roh Kudus U Amin
P Tuhan beserta kita
U Sekarang dan selama lamanya

Pengantar
Fasilitator menyampaikan/membacakan Gagasan Dasar dari Pertemuan III. Sesudah itu, Fasilitator menyampaikan kata pengantar berikut ini untuk mem-berikan penjelasan tentang apa yang hendak dicapai dalam pertemuan ini.

Selamat malam, bapak/ibu/saudara dan saudari yang terkasih dalam Tuhan kita Yesus Kristus. Terimakasih untuk kehadiran kita semua dalam pertemuan pendalaman Kitab Suci saat ini. Dalam pertemuan Minggu lalu kita telah mendalami subtema “Kita dipanggil untuk melestarikan lingkungan hidup.” Da-lam pertemuan itu, kita juga dipanggil untuk melestarikan lingkungan hidup, sebagaimana yang telah dilakukan Nuh. Pada Pertemuan III ini kita akan mendalami “Komitmen Allah kepada keberlanjutan bumi ciptaan-Nya.” Kita akan bersama-sama mencari jawaban atas pertanyaan, mengapa Allah membarui bumi, menyelamatkan bumi dan segala isi-nya dari air bah? Selain itu kita juga akan diajak untuk me-lihat tindakan Allah yang tetap menjaga dan merawat segala ciptaan melalui peristiwa alam.

Doa Pembuka
P Marilah berdoa.
Segala puji dan hormat bagi-Mu, Allah Tritunggal Ma-hakudus. Kami bersyukur atas segala kasih-Mu yang senantiasa menyertai kami bersama segala makhluk. Terima kasih karena pada kesempatan ini Engkau telah mengumpulkan kami kembali sebagai saudara seiman. Dalam kesempatan ini ya Allah, kami hendak mendala-mi komitmen-Mu yang senantiasa melindungi dan me-nyelamatkan kehidupan kami, sebagai ciptaan-Mu. Oleh karena itu, ya Allah, hadirlah bersama kami agar seluruh proses pendalaman Kitab Suci ini dapat berjalan dengan baik sesuai kehendak-Mu. Bersabdalah ya Allah, kami siap mendengarkan. Dikau kami puji, kini dan sepanjang masa.
U Amin.

Pendalaman Kitab Suci

Pembacaan Teks Kitab Suci (Kej. 8:1-5, 8-19)
Fasilitator meminta beberapa peserta membaca teks per alinea, satu orang satu alinea, dengan suara lantang dan tidak tergesa-gesa. Peserta yang lain menden-garkan dengan penuh perhatian sambil mengikutinya dalam Alkitab masing-masing.

8:1Allah mengingat Nuh dan segala binatang liar serta se-gala ternak yang bersama dia dalam bahtera itu, lalu Allah membuat angin bertiup di atas bumi, sehingga air itu surut. 2Ditutuplah mata-mata air samudera raya serta tingkap-tingkap di langit dan berhentilah hujan lebat dari langit, 3dan makin surutlah air itu dari muka bumi. Demikianlah berkurang air itu sesudah seratus lima puluh hari. 4Dalam bulan yang ketujuh, pada hari yang ketujuh belas bulan itu, terkandaslah bahtera itu pada pegunungan Ararat. 5Sampai bulan yang kesepuluh makin berkuranglah air itu; dalam bulan yang kesepuluh, pada tanggal satu bulan itu, tampak-lah puncak-puncak gunung.

8Kemudian dilepaskannya seekor burung merpati untuk melihat, apakah air itu telah berkurang dari muka bumi. 9Tetapi burung merpati itu tidak mendapat tempat tumpuan kakinya dan pulanglah ia kembali mendapatkan Nuh ke dalam bahtera itu, karena di seluruh bumi masih ada air; lalu Nuh mengulurkan tangannya, ditangkapnya burung itu dan dibawanya masuk ke dalam bahtera. 10Ia menunggu tu-juh hari, kemudian burung merpati itu dilepasnya lagi dari bahtera. 11Menjelang senja burung merpati itu kembali ke-pada Nuh dengan sehelai daun zaitun segar di paruhnya, sehingga Nuh mengetahui bahwa air itu telah berkurang dari atas bumi. 12Setelah menunggu tujuh hari lagi, ia me-lepas burung merpati itu, tetapi burung itu tidak kembali lagi kepadanya. 13aPada tahun keenam ratus satu, di bulan pertama, pada tanggal satu bulan itu, air itu sudah kering dari atas bumi.

15Berfirmanlah Allah kepada Nuh: 16”Keluarlah dari bahtera itu, engkau bersama istrimu, anak-anakmu, dan istri anak-anakmu; 17segala binatang yang bersama engkau, segala makhluk: burung-burung, hewan, segala binatang yang melata di bumi. Suruhlah mereka keluar bersama engkau, supaya semuanya itu berkeriapan di bumi serta berkembang biak dan bertambah banyak di bumi.” 18Lalu keluarlah Nuh bersama anak-anaknya, istrinya, dan istri anak-anaknya. 19Juga segala binatang liar, segala binatang melata dan se-gala burung, semua yang bergerak di bumi, masing-masing menurut jenisnya, keluar dari bahtera itu.

Pendalaman
Fasilitator meminta peserta membaca kembali teks sambil memperhatikan perta-nyaan di bawah. Para peserta dapat dibagi dalam kelompok dan setiap kelompok mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan itu di dalam teks Kitab Suci.

  1. Bagaimana air bah itu surut?
  2. Bagaimana Nuh mengetahui bahwa air bah sudah surut?
  3. Apa tindakan Allah untuk membarui ciptaan-Nya?

Penjelasan
Fasilitator menyampaikan penjelasan di bawah ini. Fasilitator dapat menambah-kan penjelasan yang diambil dari “Penjelasan Cerita Air Bah” yang terdapat da-lam Gagasan Pendukung (halaman 21 dst).

Setelah sekian lama air bah menggenangi Bumi, Allah meng-ingat Nuh dan segala makhluk di dalam bahtera. Ia menutup mata-mata air samudera raya serta menutup kembali tingkap-tingkap di langit. Dengan tiupan angin juga Allah membuat air surut. Puncak-puncak gunung pun menjadi tampak dan bahtera terkandas di Pegunungan Ararat. Allah sudah men-jadikan kembali bumi dan menyediakan tempat hidup bagi Nuh dan keluarganya serta makhluk-makhluk hidup lain-nya.

Burung merpati menjadi pemantau bagi Nuh untuk melihat keadaan Bumi yang akan menjadi tempat hidup bagi mahk-luk-mahkluk di dalam bahtera. Ia melepaskan burung mer-pati, tetapi burung itu kembali ke bahtera. Burung itu kembali karena tidak menemukan tumpuan kaki dan hal ini menun-jukkan bahwa air belum surut. Tujuh hari kemudian Nuh melepaskan burung merpati dan burung itu kembali dengan membawa sehelai daun zaitun. Ini menunjukkan bahwa air telah surut dan kehidupan baru di bumi sudah dimulai. Nuh menunggu tujuh hari lagi lalu melepaskan lagi burung merpa-ti itu, dan burung itu tidak kembali. Ini menunjukkan bahwa burung itu menemukan tempat hidup dan hal ini menunjuk-kan bahwa air benar-benar telah surut dari muka Bumi.

Allah memerintahkan Nuh keluar dari bahtera bersama den-gan keluarganya serta seluruh binatang yang ada di bahtera-nya. Merekalah penghuni Bumi yang telah diciptakan kem-bali oleh Allah. Kemudian Allah menyatakan kehendak-Nya agar semua binatang itu berkeriapan di bumi serta berkem-bang biak dan bertambah banyak. Demikian juga kepada Nuh dan keluarganya Allah berfirman, “Beranakcuculah dan bertambah banyaklah serta penuhilah bumi” (Kej. 9:1; bdk. Kej. 1:22).

Pesan dan Penerapan
Fasilitator menyampaikan pesan yang diambil dari bacaan yang telah direnung-kan berikut ini:

Sejak awal Allah berkehendak agar manusia hidup damai dan bahagia di bumi. Karena itu, Allah tidak membiarkan air bah tetap menggenangi bumi. Ia menutup mata-mata air samu-dera raya serta tingkap-tingkap di langit dan membuat angin bertiup sehingga air menjadi surut.

Untuk mengetahui bahwa air bah sudah surut, Nuh bekerja sama dengan mahkluk lain, yaitu burung merpati. Ketika bu-rung merpati kembali dengan membawa sehelai daun zaitun yang segar, Nuh menjadi yakin bahwa tanah telah menum-buhkan tunas-tunas muda.

Fasilitator mengajukan pertanyaan di bawah ini dan memberi kesempatan kepa-da peserta untuk memberikan jawabannya sesuai dengan lingkungan hidupnya. Jawaban dari pertanyaan ini ditulis dan dibacakan satu per satu.

Di mana kita melihat dalam alam bahwa Allah tetap men-jaga dan merawat ciptaan-Nya?

Doa
Setelah mendengarkan pesan dari Allah melalui Sabda yang tertulis dalam Alkitab, seluruh peserta akan menanggapi Sabda itu dengan doa. Fasilitator me-ngajak peserta untuk mempersiapkan doa secara tertulis sebagai tanggapan atas Sabda yang baru didengarkan. Doa itu bisa berupa pujian, syukur, permohonan, niat, dan sebagainya. Kemudian satu demi satu peserta diminta untuk memba-cakan doa yang telah dituliskan. Setelah semua menyampaikan doa, fasilitator mengajak para peserta untuk mendoakan “Bapa Kami.”

Penutup

Doa Penutup
Pemandu mengajak seluruh peserta untuk berdoa memohon bantuan Allah agar sanggup melaksanakan kehendak-Nya yang telah didengarkan dalam per-temuan.

P Marilah berdoa.
Bapa, Yang Maha Pengasih, kami bersyukur kepada-Mu atas Sabda-Mu yang telah Kau nyatakan kepada kami. Bantulah kami dengan Roh Kudus-Mu agar kami dapat menjumpai Engkau dalam segala sesuatu dan memahami peristiwa-peristiwa hidup ini sesuai dengan tata kebijak-sanaan-Mu. Dengan demikian, kami dapat memilih yang terbaik, dan melangkah di jalan yang lurus, mengikuti jejak Yesus, guru kebijaksanaan yang sejati. Jadikanlah kami alat-Mu untuk melakukan kehendak-Mu dan ban-tulah kami menjadi hamba-Mu yang setia berbakti kepa-da-Mu. Demi Kristus, Tuhan kami.
U Amin.

Tanda Salib
P Dalam nama Bapa, dan Putra dan Roh Kudus U Amin

Lagu Penutup
• MB 478 “Alangkah Megah”
• PS 706 “Betapa Agung Karya Tuhan”.

 

Pertemuan 4

Perjanjian Allah Dengan Semua Makhluk (Kej. 8:20-9:17)

Tujuan :

  1. Peserta mengetahui tanggapan Nuh terhadap tindakan Allah yang menyelamatkan segala makhluk ciptaan, ter-masuk dirinya sendiri dan keluarganya.
  2. Peserta mengungkapkan alasan mengapa Allah setia pada perjanjian-Nya.
  3. Peserta mengungkapkan komitmennya dalam perjanji-an Allah yakni dengan menjalani gaya hidup baru yang ramah lingkungan untuk menanggapi krisis lingkungan hidup.

Waktu : 90 Menit

Gagasan Dasar :
Sesudah air bah surut, Allah mengadakan perjanjian dengan Nuh dan semua makhluk. Ia berjanji untuk tidak lagi me-musnahkan bumi dengan air bah meskipun manusia tetap berbuat jahat. Allah menghendaki manusia dengan baik-buruknya tetap mengisi dan merawat bumi sebagai tempat tinggalnya. Ia tetap menghendaki agar manusia beranak cucu dan bertambah banyak dan memenuhi bumi. Perjanjian ini disertai dengan tanda: Allah menaruh busur-Nya di langit, yaitu pelangi, untuk mengingatkan manusia akan janji Allah dan untuk mengingatkan diri-Nya sendiri akan janji itu.

Janji Allah terhadap hidup di bumi itu disertai piagam perjan-jian, peraturan-peraturan yang perlu dipegang oleh manusia. Hubungan antara manusia dan makhluk hidup lainnya diatur kembali. Sebelumnya, Allah mengatur pemberian makanan: kepada manusia diberikan biji-bijian dan buah-buahan sebagai makanan dan kepada makhluk hidup lain diberikan tumbuh-tumbuhan hijau (Kej. 1:29-30). Sekarang, Allah memberikan kelonggaran kepada manusia: mereka diperbolehkan makan daging binatang yang hidup di bumi, burung di udara, dan ikan di laut. Tetapi, kelonggaran itu tidak berarti bahwa ma-nusia boleh bertindak sewenang-wenang terhadap makhluk lain; misalnya berburu hanya untuk kesenangan. Mereka di-perbolehkan makan daging binatang, tetapi itu pun dengan batasan tertentu. Daging yang masih ada darahnya tidak bo-leh dimakan karena darah, yaitu nyawa makhluk, adalah mi-lik Allah.

Karena janji Allah ini kita tetap yakin akan keberlanjutan hi-dup di bumi di tengah banyak ancaman. Kekerasan manusia terhadap bumi pada masa sekarang (eksploitasi, pencemaran, dan perusakan) menimbulkan banyak kecemasan, tetapi per-janjian Allah ini memberi kita keteguhan iman bahwa Sang Pencipta sendiri tetap berkarya untuk pemekaran kehidupan. Sementara kejahatan dan kekerasan sendiri tak bisa dihapus tanpa memusnahkan hidup sendiri, dituntut pembatasan da-lam kelonggaran yang diberikan.

Dunia memerlukan hukum lingkungan hidup, petunjuk-pe-tunjuk pelaksanaan, serta sanksi-sanksi penegakan. Pada ting-katan internasional, nasional, dan lokal diperlukan peraturan hukum yang membendung kerakusan dan kekerasan manusia terhadap bumi. Bila para politisi enggan menyusunnya ka-rena takut kehilangan suara pada pemilihan berikut, rakyat yang sadar akan kerugian harus mendesak pemerintahannya untuk membuat dan menerapkan peraturan hukum lingkun-gan itu. Kita tidak boleh menunggu atau netral di mana hidup di bumi terancam.

Manusia abad 21 sangat banyak jumlahnya, dan ada yang memiliki kemampuan teknis dan ekonomis untuk meningkat-kan kesejahteraannya hampir tanpa batas. Karena itu, perlu ditetapkan batas-batas, misalnya dalam penggunaan sumber daya alam, kuantitas dan cara produksi, kebebasan pasar, dan tingkatan konsumsi. Tanpa membatasi diri, 7,5 miliar ma-nusia sekarang yang bisa menjadi 10 miliar pada akhir abad ini, menjadi ancaman besar bagi hidup di bumi. Kita harus belajar dan diatur untuk membatasi diri dalam mengambil habitat satwa dan flora yang terancam punah, entah untuk pe-rumahan dan jalan, atau untuk pertanian monokultur, bisnis perkebunan, peternakan masal, yang biasanya melayani ke-pentingan segelintir pengusaha dan mendorong hidup boros masyarakat. Saat ini diperlukan peraturan dan penegakannya untuk memulihkan mutu air sungai, danau, dan laut yang kita racuni dengan limbah kimia, sampah, plastik, dll., dengan akibat bahwa stok ikan, sumber protein utama bangsa kita, sangat terancam.

Aturan saja tidak cukup bila manusia tidak termotivasi dan juga mampu melakukannya. Karena itu, diperlukan pendidi-kan dan spiritualitas ekologis, latihan gaya hidup baru yang ramah lingkungan, pilihan hidup sederhana yang didorong oleh tradisi agama kita (LS 6). Setiap langkah pelestarian lingkungan hidup yang kita latih dan tekuni, sendirian dan bersama sekecil apapun akan sangat berarti, pertama-tama sebagai tanda yang membuka mata dan hati orang lain. Ma-kin banyak orang diberi motivasi dan contoh untuk seperti

Nuh melibatkan diri dalam karya Allah Pencipta yang terus mengembangkan hidup di bumi, makin besar harapannya bagi bumi kita.

Pembuka

Lagu Pembuka
• MB 468 “Agunglah Nama Tuhan”
• PS 553 “Kau Raja Maha Kuasa” .

Tanda Salib dan Salam
P Dalam nama Bapa, dan Putra dan Roh Kudus U Amin
P Tuhan beserta kita
U Sekarang dan selama lamanya

Pengantar
Fasilitator menyampaikan/membacakan Gagasan Dasar dari Pertemuan VI. Se-sudah itu, Fasilitator menyampaikan kata pengantar berikut ini untuk memberi-kan penjelasan tentang apa yang hendak dicapai dalam pertemuan ini.

Selamat malam, bapak/ibu/saudara dan saudari yang terkasih dalam Tuhan kita Yesus Kristus. Kita patut bersyukur karena berkat kasih Allah kita dapat berkumpul kembali di tempat ini guna mendalami Kitab Suci. Subtema kita Minggu lalu ada-lah “Allah membarui bumi untuk makhluk-makhluk ciptaan-Nya.” Allah mengingat Nuh dan segala makhkluk ciptaan sehingga Ia membuat air bah surut dan menciptakan kembali bumi dan segala makhkluk hidup.

Pertemuan kita kali ini adalah pertemuan keempat yang juga sebagai pertemuan terakhir dalam bulan Kitab Suci ini. Subtema kita untuk pertemuan ini adalah “Perjanjian Allah dengan Semua Makhluk”. Melalui pertemuan ini, kita akan mendalami teladan Nuh dalam menanggapi tindakan penye-lamatan Allah dan bagaimana Allah menyatakan kesetiaan melalui sebuah perjanjian yang dibuat-Nya dengan manusia dan segala makhkluk ciptaan di bumi. Sebagai makhkluk ciptaan Allah, kita juga akan mengungkapkan komitmen kita dalam menanggapi krisis lingkungan hidup yang sedang ter-jadi di bumi ini, rumah kita bersama.

Doa Pembuka
P Marilah berdoa.
Puji dan syukur bagi-Mu Allah Tritunggal atas segala kasih yang telah Engkau berikan bagi kami, ciptaan-Mu. Kami kembali berkumpul di tempat ini guna mendalami Sabda-Mu, ketika Engkau mengadakan perjanjian den-gan ciptaan-Mu. Kami percaya ya Allah, Engkau adalah Allah yang setia pada janji-Mu. Kami mohon bantulah kami agar senantiasa meneladan Engkau terutama dalam menjaga dan melestarikan lingkungan hidup. Bersabda-lah ya Allah Pencipta manusia dan segala makhkluk, kami siap mendengarkan. Inilah doa kami, yang kami sampaikan kepada-Mu dengan pengantaraan Yesus Kris-tus, Tuhan kami.
U Amin.

Pendalaman Kitab Suci

Pembacaan Teks Kitab Suci (Kej. 8:20-9:17)
Fasilitator meminta beberapa peserta membaca teks per alinea, satu orang satu alinea, dengan suara lantang dan tidak tergesa-gesa. Peserta yang lain mende-ngarkan dengan penuh perhatian sambil mengikutinya dalam Alkitab masing-masing.

8:20Lalu Nuh mendirikan mezbah bagi Tuhan. Ia mengam-bil beberapa ekor dari segala hewan yang tidak haram dan dari segala burung yang tidak haram, dan mempersembah-kan korban bakaran di atas mezbah itu. 21Ketika Tuhan mencium bauan yang harum itu, berkatalah Tuhan dalam hati-Nya: “Aku tidak akan mengutuk bumi ini lagi karena manusia, sekalipun rancangan hatinya adalah jahat sejak kecil, dan Aku tidak akan membinasakan lagi segala yang hidup seperti yang telah Kulakukan. 22Selama bumi masih ada, tidak akan berhenti-henti musim menabur dan menuai, musim dingin dan panas, musim kemarau dan hujan, siang dan malam.”

9:1Lalu Allah memberkati Nuh dan anak-anaknya serta ber-firman kepada mereka: “Beranakcuculah dan bertambah banyaklah serta penuhilah bumi. 2Akan takut dan akan gen-tar kepadamu segala binatang di bumi dan segala burung di udara, segala yang bergerak di bumi dan segala ikan di laut; ke dalam tanganmulah semuanya itu diserahkan. 3Se-gala yang bergerak, yang hidup, akan menjadi makananmu. Aku telah memberikan semuanya itu kepadamu seperti juga tumbuh-tumbuhan hijau. 4Hanya daging yang masih ber-sama nyawanya, yakni darahnya, janganlah kamu makan. 5Tetapi atas darahmu, yakni nyawamu, Aku akan menun-tut balas; dari segala binatang Aku akan menuntutnya, dan dari setiap manusia Aku akan menuntut nyawa sesama manusia. 6Siapa menumpahkan darah manusia, darahnya akan ditumpahkan oleh manusia, sebab menurut gambar Allah manusia dijadikan. 7Dan kamu, beranakcuculah dan bertambah banyak, sehingga tak terbilang jumlahmu di atas bumi, ya, bertambah banyaklah di atasnya.”

8Berfirmanlah Allah kepada Nuh dan kepada anak-anaknya yang bersama-sama dengan dia: 9”Sesungguhnya Aku mem-buat perjanjian-Ku dengan kamu dan dengan keturunanmu, 10dan dengan segala makhluk hidup yang bersamamu: se-gala burung, ternak dan binatang-binatang liar di bumi yang bersamamu, segala yang keluar dari bahtera itu, segala binatang di bumi. 11Aku menetapkan perjanjian-Ku dengan kamu, bahwa sejak ini segala makhluk tidak akan dilenyap-kan oleh air bah lagi, dan tidak akan ada lagi air bah untuk memusnahkan bumi.” 12Allah berfirman: “Inilah tanda per-janjian yang Kuadakan antara Aku dan kamu serta segala makhluk yang hidup, yang bersamamu, turun-temurun, un-tuk selama-lamanya: 13Busur-Ku Kutaruh di awan, supaya itu menjadi tanda perjanjian antara Aku dan bumi. 14Apa-bila Aku mendatangkan awan di atas bumi dan busur itu tampak di awan, 15maka Aku akan mengingat perjanjian-Ku yang telah ada antara Aku dan kamu serta segala makhluk yang hidup, segala yang bernyawa. Tidak akan ada lagi air yang menjadi air bah untuk memusnahkan segala makhluk. 16Jika busur itu ada di awan, Aku akan melihatnya, dan mengingat perjanjian-Ku yang kekal antara Allah dan segala makhluk yang hidup, segala makhluk yang ada di bumi.” 17Berfirmanlah Allah kepada Nuh: “Inilah tanda perjanjian yang Kuadakan antara Aku dan segala makhluk yang ada di bumi.”

Pendalaman
Fasilitator meminta peserta membaca kembali teks sambil memperhatikan pertan-yaan di bawah. Para peserta dapat dibagi dalam kelompok dan setiap kelompok mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan itu di dalam teks Kitab Suci.

  1. Apa yang dilakukan oleh Nuh setelah keluar dari bah-tera?
  2. Bagaimana tanggapan Allah atas tindakan Nuh itu?
  3. Jelaskan aturan yang diberikan Allah demi perlindungan hidup?
  4. Apa komitmen Allah dalam perjanjian-Nya dengan Nuh?
  5. Apa makna dari tanda perjanjian Allah dengan segala makhluk-Nya?

Penjelasan
Fasilitator menyampaikan penjelasan di bawah ini. Fasilitator dapat menambah-kan penjelasan yang diambil dari “Penjelasan Cerita Air Bah” yang terdapat da-lam Gagasan Pendukung (halaman 21 dst).

Allah telah menyelamatkan Nuh dan keluarganya serta makhluk ciptaan lain. Sebagai rasa syukur Nuh mendirikan mezbah untuk mempersembahkan kurban bakaran bagi Al-lah. Ia berkenan kepada kurban Nuh, bukan karena seka-rang tinggal manusia yang senantiasa baik, tetapi untuk me-nyatakan diri-Nya secara baru dan lebih utuh kepada du-nia ciptaan-Nya.

Allah memberi perintah kepada Nuh dan anak-anaknya supa-ya mereka beranak cucu, bertambah banyak, dan memenuhi bumi. Allah juga memberikan berbagai aturan, yaitu tidak boleh membunuh sesama manusia, harus menghormati hidup makhkluk lain dengan tidak memakan daging yang masih mengandung darah. Jika peraturan dari Allah ini ditaati oleh manusia yang ada di alam semesta, lingkungan hidup tetap terpelihara dengan baik.

Dalam perjanjian dengan Nuh dan semua makhluk hidup, Allah berjanji untuk tidak mendatangkan air bah yang me-musnahkan bumi lagi. Sebaliknya, Ia akan menjaga kelang-sungan hidup manusia dan makhluk di alam ini. Dalam per-janjian ini Allah mengikatkan diri kepada seluruh makhluk ciptaan-Nya.

Perjanjian tersebut disertai dengan tanda yaitu busur yang di-taruh di awan. Dengan tanda itu membuat Allah mengingat-kan diri-Nya untuk tidak memusnahkan bumi lagi dan mem-berikan jaminan kepada manusia bahwa hidup di bumi akan berkelanjutan.

Pesan dan Penerapan
Fasilitator menyampaikan pesan yang diambil dari bacaan yang telah direnungkan berikut ini:

Allah mengikat perjanjian dengan Nuh dan makhluk ciptaan yang lain. Ia berjanji untuk menjaga kelangsungan kehidupan di bumi. Ia tetap menghendaki manusia hidup dalam keten-teraman di bumi.

Sebagai manusia kita pun membuat komitmen untuk meme-lihara, melindungi, dan melestarikan lingkungan hidup. Kita juga harus menjalankan gaya hidup baru yang ramah ling-kungan. Hal ini menjadi tanda untuk mengingatkan diri dan sekaligus membuka mata orang lain supaya ikut terlibat me-lestarikan lingkungan hidup.

Fasilitator mengajukan pertanyaan di bawah ini dan memberi kesempatan kepada peserta untuk memberikan jawabannya sesuai dengan lingkungan hidupnya. Jawaban dari pertanyaan ini ditulis dan dibacakan satu per satu.

Allah sudah berkomitmen dengan perjanjian-Nya. Hal-hal apa saja yang dapat kita sepakati bersama untuk melestarikan lingkungan hidup?

Doa
Setelah mendengarkan pesan dari Allah melalui Sabda yang tertulis dalam Alkitab, seluruh peserta akan menanggapi Sabda itu dengan doa. Fasilitator mengajak peserta untuk mempersiapkan doa secara tertulis, tanggapan atas Sab-da yang baru didengarkan; bisa berupa pujian, syukur, permohonan, niat, dan sebagainya. Kemudian satu demi satu peserta diminta untuk membacakan doa yang telah dituliskan. Rangkaian doa ditutup dengan “Bapa Kami.”

Penutup

Doa Penutup
Pemandu mengajak seluruh peserta untuk berdoa memohon bantuan Allah agar sanggup melaksanakan kehendak-Nya yang telah didengarkan dalam per-temuan.

P Marilah berdoa.
Bapa, Yang Maha Pengasih, kami bersyukur kepada-Mu atas Sabda-Mu yang telah Kaunyatakan kepada kami. Bantulah kami dengan Roh Kudus-Mu agar kami dapat menjumpai Engkau dalam segala sesuatu dan memahami peristiwa-peristiwa hidup ini sesuai dengan tata kebijak-sanaan-Mu. Dengan demikian, kami dapat memilih yang terbaik, dan melangkah di jalan yang lurus, mengikuti jejak Yesus, guru kebijaksanaan yang sejati. Jadikanlah kami alat-Mu untuk melakukan kehendak-Mu dan ban-tulah kami menjadi hamba-Mu yang setia berbakti kepa-da-Mu. Demi Kristus, Tuhan kami.
U Amin.

Tanda Salib
P Dalam nama Bapa, dan Putra dan Roh Kudus U Amin

Lagu Penutup
• MB 478 “Sungai Mengalir”
• PS 703 “Semua Kembang Bernyanyi” .

[WPSM_AC id=505]

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *