Pada Kamis, 25 Desember 2025, suasana Natal terasa semakin hangat dan penuh sukacita di Lingkungan Santa Maria Plaosan dan Santo Yosep, Paroki Santo Petrus Warak. Perayaan kelahiran Yesus Kristus pada hari itu tidak hanya dirayakan dalam liturgi Gereja, tetapi juga dihidupi secara nyata melalui kegiatan Natalan Keliling, sebuah tradisi yang telah mengakar dan terus dirawat oleh umat setempat.

Kegiatan Natalan Keliling dimulai pukul 10.00 WIB dengan kumpul bersama di Kapel Santo Antonius Plaosan. Sejak awal, suasana kebersamaan sudah terasa kuat. Anak-anak, orang muda, para pendamping, dan umat berjalan berdampingan, membawa semangat Natal untuk dibagikan dari rumah ke rumah. Dari kapel inilah PIA, PIR, OMK, para pendamping PIA, serta beberapa umat kemudian bergerak bersama mengunjungi rumah-rumah umat di Lingkungan Santa Maria Plaosan dan Santo Yosep.

Natalan Keliling bukan sekadar kegiatan rutin tahunan, melainkan ruang perjumpaan yang sederhana namun penuh makna. Dalam langkah-langkah kaki yang menyusuri lingkungan, umat diajak untuk tidak hanya merayakan Natal secara seremonial, tetapi juga menghidupinya melalui kehadiran, sapaan, dan kebersamaan. Natal menjadi peristiwa yang dirasakan bersama, bukan hanya dirayakan secara pribadi.

Menurut Johanes Bowo, Ketua Lingkungan Santo Yosep, kegiatan ini merupakan tradisi yang telah dilakukan secara turun-temurun. “Natalan Keliling adalah wujud nyata kebersamaan umat. Dari tahun ke tahun, kegiatan ini menjadi cara kami untuk terus menjalin dan merawat persaudaraan antarumat Lingkungan Santa Maria Plaosan dan Santo Yosep,” ungkapnya. Ia menambahkan bahwa melalui kunjungan sederhana dari rumah ke rumah, semangat Natal justru terasa lebih dekat dan membumi.

Dari rumah ke rumah, rombongan disambut dengan penuh keakraban oleh para tuan rumah. Tidak ada jarak yang terasa, yang ada justru kehangatan dan rasa saling memiliki. Sapaan hangat, senyum tulus, dan obrolan singkat menjadi bagian dari setiap perjumpaan. Di tengah kesederhanaan itu, Natal terasa hadir sebagai pengalaman bersama, bukan hanya sebagai perayaan simbolik.

Secara khusus, Natalan Keliling juga menjadi momen untuk menyapa umat yang sedang sakit dan para umat sepuh. Kunjungan ini menghadirkan makna tersendiri. Bagi mereka yang tidak lagi leluasa mengikuti perayaan di gereja, kehadiran rombongan di depan pintu rumah menjadi penghiburan yang dalam. Kehadiran sederhana di hari Natal tersebut menjadi tanda bahwa mereka tetap diingat, diperhatikan, dan dicintai sebagai bagian dari komunitas umat. Banyak yang merasakan bahwa kunjungan ini menjadi “obat” yang menguatkan—bukan dalam arti medis, tetapi sebagai penguat batin dan harapan.

Anak-anak PIA dan PIR menjadi wajah keceriaan dalam kegiatan ini. Dengan polos dan penuh semangat, mereka menyapa setiap keluarga yang dikunjungi, menyampaikan ucapan Selamat Natal, dan menghadirkan sukacita yang tulus. Tawa anak-anak, sapaan hangat, dan senyum sederhana menjadi warna utama sepanjang perjalanan Natalan Keliling. Kehadiran mereka menghadirkan suasana yang hidup, ringan, dan penuh harapan.

Bagi anak-anak, Natalan Keliling bukan hanya tentang berjalan bersama, tetapi juga menjadi pengalaman iman yang berharga. Melalui kegiatan ini, mereka belajar bahwa Natal bukan sekadar menerima hadiah, melainkan tentang berbagi sukacita dan hadir bagi sesama. Mereka belajar mengenal umat di lingkungannya, merasakan kebersamaan lintas usia, dan memahami bahwa iman juga dihidupi melalui tindakan-tindakan sederhana.

Sementara itu, bagi umat yang dikunjungi, Natalan Keliling menjadi ruang perjumpaan yang sederhana namun bermakna. Di tengah kesibukan hidup dan tantangan sehari-hari, kunjungan singkat ini menjadi pengingat bahwa Gereja hadir dalam kebersamaan. Natalan Keliling meneguhkan rasa sebagai satu keluarga dalam iman, di mana setiap orang memiliki tempat dan arti.

Keterlibatan OMK dan para pendamping PIA turut memberi warna tersendiri. Kehadiran mereka menunjukkan bahwa semangat pelayanan dan kebersamaan terus hidup lintas generasi. Orang muda dan anak-anak berjalan bersama orang dewasa dan para sesepuh, mencerminkan Gereja yang hidup dan saling menopang.

Melalui Natalan Keliling, umat diajak untuk kembali pada makna dasar Natal: perjumpaan. Perjumpaan yang sederhana, tanpa kemewahan, tetapi penuh kehangatan dan kepedulian. Di tengah dunia yang semakin individualistis, tradisi ini menjadi pengingat bahwa iman tumbuh dalam relasi, dan sukacita Natal menemukan wujud nyatanya ketika dibagikan.
Semoga semangat kebersamaan dan persaudaraan yang terbangun melalui Natalan Keliling ini terus hidup dan menjadi berkat bagi Lingkungan Santa Maria Plaosan dan Santo Yosep. Kiranya langkah-langkah kecil dari rumah ke rumah ini semakin meneguhkan perjalanan iman umat, sebagai satu keluarga besar yang berjalan bersama dalam terang dan sukacita Natal.