Semarang, 14 November 2025. Komisi Keadilan, Perdamaian dan Keutuhan Ciptaan (KPKC) bersama Komisi Hubungan Antar Agama/Kepercayaan (HAK) Kevikepan Semarang melibatkan diri dalam Gerakan Climate Strike yang digelar pada hari Jumat, 14 November 2025. Kegiatan ini mengambil tempat di dekat Patung Diponegoro Universitas Diponegoro Semarang. Climate Strike digagas oleh Kelompok Pelita, yang merupakan perkumpulan lintas agama di Kota Semarang, dan menggandeng berbagai kelompok agama dan ormas.

Kegiatan ini dihadiri anak-anak, mahasiswa dan tokoh-tokoh lintas agama di Semarang. Perwakilan pemimpin Agama Katolik, Kristen, Islam, Budha, dan Konghucu hadir dalam aksi ini. Aksi Climate Strike diawali dengan kumpul bersama di Taman Indonesia Kaya Kota Semarang berjalan menyusuri jalan Raya depan Gedung DPRD Kota Semarang, depan Kantor Gubernur dan berhenti di depan patung Diponegoro Komplek Univesitas Diponegoro Semarang. Anak-anak, siswa SMA, Mahasiswa, suster dan para aktivis kurang lebih berjumlah 150 orang berjalan dengan membawa slogan, spanduk, dan seruan penyelematan lingkungan.
Keterlibatan Komisi KPKC dalam kegiatan ini, merupakan gerak dari salah satu mandat isu yang dimiliki oleh Komisi KPKC antara lain berkaitan dengan Gerakan Keutuhan Ciptaan. Apalagi dengan adanya Ensiklik Laudato Si’ yang ditulis oleh Paus Fransiskus tahun 2015 yang lalu mensyaratkan bahwa dalam membangun Gerakan Gereja perlu bekerjasama dengan banyak pihak. Dari situlah tampak relevansi keterlibatan Komisi KPKC KAS dalam Gerakan bersama lintas iman yang dibingkai dalam judul “Climate Strike”.
Keterlibatan anak-anak dalam kegiatan ini juga bermakna sangat kaya. Anak-anak sejak dini diperkenalkan untuk peduli terhadap alam lingkungan mengingat semesta, khususnya bumi mesti jadi rumah bersama. Gerakan dan undangan untuk merawat bumi sebagai rumah bersama perlu dibangun mulai dari anak-anak sampai orang tua tanpa terkecuali.
Gerakan ini dilatarbelakangi oleh kesadaran bahwa Upaya merawat bumi adalah perintah Tuhan sejak awal penciptaan. Setelah Tuhan menciptakan semesta, Ia memerintahkan kepada manusia supaya memanfaatkan, memelihara dan menjaga kelestariannya supaya bisa dipergunakan untuk hidup bersama sepanjang masa. Mandat ini perlu terus digemakan demi kelestarian kehidupan manusia dan alam sekitarnya.

Konteks mikro kota Semarang juga menjadi pertimbangan tersendiri mengapa Gerakan Climate Strike ini perlu digelar. Semarang adalah area yang mudah tergenang oleh luapan air laut. Butuh kepedulian banyak pihak. Kesadaran merawat bumi sebagai rumah bersama perlu dimulai sekecil apapun itu. Mari terus bergerak demi bumi rumah bersama kita. (ASA)