C’EST LA CONFIANCE


Seruan Apostolik Paus Fransiskus
tentang Kepercayaan dalam Kasih Allah yang Penuh Belas Kasihan pada Peringatan 150 Tahun Kelahiran Santa Teresa dari Kanak-kanak Yesus dan Wajah Kudus

1. “C’est la confiance et rien que la confiance qui doit nous conduire à l’Amour”. “Kepercayaan dan tidak lain hanyalah kepercayaan yang harus membawa kita kepada Cinta.”[1]

2. Kata-kata Santa Teresa dari Kanak-Kanak Yesus dan Wajah Kudus yang menyentak ini mengatakan itu semua. Kata-kata itu merangkum kejeniusan spiritual Santa Teresa dan cukup untuk mengukuhkan fakta bahwa ia dinobatkan sebagai Pujangga Gereja. Kepercayaan, “hanyalah kepercayaan,” adalah satu-satunya jalan yang mengantar kita kepada Kasih yang mengaruniakan segala sesuatu. Dengan kepercayaan, sumber rahmat mengalir ke dalam hidup kita, Injil menjadi manusia dalam diri kita dan menjadikan kita saluran belas kasih bagi para saudara dan saudari kita.

3. Inilah kepercayaan yang menopang kita setiap hari dan akan memampukan kita untuk berdiri di hadapan Tuhan pada hari ketika Dia memanggil kita kehadirat-Nya: “Pada akhir kehidupan ini, saya hendak tampil di hadapan-Mu dengan tangan kosong, karena saya tidak mohon kepada-Mu, ya Tuhan, untuk menghitung karya-karyaku. Semua keadilan kami tidak sempurna di mata-Mu. Karena itu, saya mau mengenakan Keadilan-Mu sendiri dan menerima dari Kasih-Mu kepemilikan abadi atas Diri-Mu.”[2]

4. Santa Teresa adalah salah satu orang kudus yang paling terkenal dan paling dicintai di dunia kita ini. Seperti halnya Santo Fransiskus dari Asisi, ia disukai oleh orang-orang non-Kristiani bahkan juga mereka yang tidak beriman. Selain itu, ia telah diakui oleh UNESCO sebagai salah satu tokoh paling penting bagi umat manusia dewasa ini.[3] Kita sebaiknya menyelami lebih dalam pesannya pada saat kita mengenangkan peringatan 150 tahun kelahirannya di Alençon (2 Januari 1873) dan seabad beatifikasinya.[4] Namun demikian, saya tidak memilih untuk mengeluarkan Seruan ini baik pada salah satu dari tanggal-tanggal tersebut, atau pada peringatan liturgisnya, sehingga pesan ini bisa melampaui perayaan-perayaan tersebut dan diterima sebagai bagian dari kekayaan rohani Gereja. Publikasinya pada Peringatan liturgis Santa Teresa Avila adalah cara menunjukkan Santa Teresa dari Kanak-Kanak Yesus dan Wajah Kudus sebagai buah matang pembaruan Karmel dan spiritualitas orang kudus yang agung dari Spanyol.

5. Kehidupan Santa Teresa di dunia ini cukup singkat, kira-kira duapuluh empat tahun saja, dan semuanya biasa saja, khususnya di dalam keluarganya dan juga di (biara) Karmel Lisieux. Pancaran cahaya dan cinta luar biasa yang dipancarkannya menjadi terkenal segera sesudah kematiannya, dengan publikasi atas tulisan-tulisannya dan berkat kasih karunia (mukjizat-mukjizat) tak terhitung banyaknya yang dianugerahkan kepada umat beriman yang memohon dengan perantaraannya.

6. Gereja dengan cepat mengakui nilai penting kesaksiannya yang luar biasa dan kekhasan spiritualitas injilinya. Pada tahun 1887 Teresa berziarah ke Romo dan bertemu Paus Leo XIII. Pada saat itu ia memohon izin (kepada Paus Leo XIII) untuk masuk (ordo) Karmel pada usia 15 tahun. Tidak lama sesudah kematiannya, Santo Pius X, dengan menyadari keagungan rohaninya, menyatakan bahwa ia bisa menjadi orang kudus terbesar di zaman modern. Pada tahun 1921 Teresa dinyatakan sebagai Yang Terberkati oleh Paus Benediktus XV. Beliau memuji keutamaan-keutamaan Santa Teresa dan melihat hal itu terwujud dalam “jalan kecil” masa kanak-kanak rohaninya.[5] Ia dibeatifikasi seabad lalu dan kemudian dikanonisasi pada 17 Mei 1925 oleh Paus Pius XI, yang bersyukur kepada Tuhan karena memperkenankan bahwa Teresa menjadi Beata pertama yang diangkatnya ke tempat terhormat di altar dan orang kudus pertama yang dikanonisasinya.[6] Pada tahun 1927 Paus yang sama menetapkannya sebagai Pelindung Misi.[7] Teresa dinyatakan sebagai salah satu orang kudus pelindung Perancis pada tahun 1944 oleh Venerabilis Pius XII,[8] yang pada beberapa kesempatan mengembangkan tema kehidupan rohani masa kanak-kanak.[9] Santo Paulus VI merasa senang karena dibaptis pada 30 September 1897, hari kematian Santa Teresa, dan pada seabad kelahirannya dia menulis sebuah Surat tentang pengajarannya kepada Uskup Bayeux and Lisieux.[10] Pada 2 Juni 1980, sepanjang Perjalanan Apostoliknya yang pertama ke Perancis, Santo Yohanes Paulus II mengunjungi Basilika yang dipersembahkan bagi Santa Teresa, dan pada tahun 1997 menyatakannya sebagai Pujangga Gereja.[11] Dia juga merujuk Teresa sebagai “seorang ahli dalam scientia amoris [pengetahuan cinta].”[12] Paus Benediktus XV kembali kepada subjek “pengetahuan cinta”nya dan mengusulkannya sebagai “pedoman bagi semua, terutama bagi mereka, umat Allah yang menjalankan pelayanan mereka sebagai teolog.”[13] Akhirnya, pada tahun 2015 saya memperoleh sukacita dengan menganonisasi kedua orangtuanya, Louis dan Zelie, pada waktu Sinode tentang Keluarga. Baru-baru ini saya mempersembahkan salah satu pembicaraan mingguan dalam Audiensi Umum saya kepada Santa Teresa, sebagai bagian dari serangkaian katekese tentang semangat kerasulan.[14]

 

[1]    SANTA TERESA DARI KANAK-KANAK YESUS DAN WAJAH KUDUS, Surat 197 kepada Suster Maria dari Hati Kudus (17 September 1896): Letters II, hlm. 1000. Kutipan-kutipan bahasa Inggris dari tulisan-tulisan Santa diambil dari terjemahan karya-karyanya yang diterbitkan oleh The Institute of Carmelite Studies (ICS), Washington, D. C.: Story of a Soul (1996); Letters I: 1877–1890 (1996); Letters II: 1890–1897 (1988); Prayers (1997); Poetry (1996); Her Last Conversations (1977).

[2]    Doa 6, Act of Oblation to Merciful Love (9 Juni 1895): Prayers, hlm. 54; Story of a Soul, hlm. 276–277.

[3]    Selama periode dua tahun 2022-2023, UNESCO mengakui Santa Teresa sebagai seorang pribadi yang dirayakan pada peringatan 150 tahun kelahirannya.

[4]    29 April 1923.

[5]    Bdk. Decretum super Virtutibus (14 Agustus 1921): AAS 13 (1921), 449–452.

[6]    Homili pada Kanonisasi (17 Mei 1925): AAS 17 (1925), 211.

[7]    Bdk. AAS 20 (1928), 147–148.

[8]    Bdk. AAS 36 (1944), 329–330.

[9]    Bdk. PIUS XII, Surat kepada Mgr François-Marie Picaud, Uskup Bayeux and Lisieux (7 Agustus 1947); Pesan Radio untuk Pengudusan Basilika Lisieux (11 Juli 1954): AAS 46 (1954), 404–407.

[10]   Bdk. Surat kepada Mgr Jean-Marie-Clément Badré, Uskup Bayeux and Lisieux pada kesempatan satu abad Kelahiran Santa Teresa dari Kanak-Kanak Yesus (2 Januari 1973): AAS 65 (1973), 12–15.

[11]   Bdk. AAS 90 (1998), 409–413, 930–944.

[12]   Surat Apostolik Novo Millennio Ineunte (6 Januari 2001), 42: AAS 93 (2001), 296.

[13]   Katekes(6 April 2011), L’Osservatore Romano (7 April 2011), 8.

[14]   Katekese (7 Juni 2023): L’Osservatore Romano (7 June 2023), 2–3.

Baca dokumen selengkapnya di tautan ini.