Atmodirono – Pesta umat dalam rangka HUT ke-84 gedung Gereja Paroki Keluarga Kudus Atmodirono Semarang, ditandai dengan acara rebutan gunungan buah-buahan dan sayur-mayur. Tua muda saling berebut untuk mendapatkan buah dan sayur yang diingini. Gunungan setinggi 2 meter dan bertuliskan HUT 84 TH ini dalam sekejap tak berbentuk gunungan lagi. Suasana pun tampak begitu meriah.
Sebelum pesta umat, seluruh hadirin diajak mensyukuri HUT ke-84 gedung gereja dalam Perayaan Ekaristi yang diadakan Minggu (11/8/24) sore. Meski sejatinya HUT-nya Sabtu 10 Agustus 2024. Perayaan iman ini dirayakan secara konselebrasi bersama 4 imam MSF. Ada Romo Yusuf Sunarno MSF selaku kepala paroki, ada 2 Vikaris Parokial Romo Albertus Edwin Nur Istanto MSF dan Romo Aloysius Lioe Fut Khin MSF, serta imam putra Paroki Atmodirono: Romo Bernardus Bradja Hartono Saputro MSF. Gereja sore itu penuh sesak oleh umat. Bahkan sampai di pelataran depan gereja penuh dengan kursi-kursi tambahan.
Perayaan HUT ke-84 gedung gereja ini ditandai juga dengan 1 peresmian dan 2 launching. Pada kesempatan itu, Romo Yusuf Sunarno atau akrab disapa Romo Nano meresmikan sekaligus melantik Family Care Centre atau FCC Paroki Atmodirono. Selanjutnya me- launching Buku SOP (Standard Operational Procedure) Paroki Atmodirono, dan tim Paduan Suara atau Koor Paroki.
FCC Paroki Atmodirono beranggotakan 7 personil (3 pasutri dan 1 ibu). Mereka adalah orang-orang yang profesional di bidangnya, dan telah aktif di bidang yang sama di tingkat kevikepan. Tugas FCC adalah menemani keluarga-keluarga kristiani di Paroki Atmodirono yang membutuhkan pendampingan untuk bersama-sama mencari jalan pemecahan dari aneka permasalahan yang ada.
Terkait buku SOP, menurut Romo Nano, buku ini berisi tentang aneka kebijakan paroki. Tujuannya, supaya ada pegangan dalam pelaksanaan berbagai hal di paroki. Namun demikian buku ini bersifat ad experimentum, karena itu masih sangat terbuka untuk perbaikan dan penyempurnaan serta kreativitas bersama di kemudian hari.
Dalam homili terkait dengan Tubuh Kristus yang terbagi-bagi, Romo Nano mengajak seluruh umat untuk berkenan membagikan diri dengan memberikan diri bagi sesama. “Kita kadang kurang menyadari bahwa Perayaan Ekaristi yang kita ikuti juga mengutus kita semua untuk membagikan diri untuk kebaikan banyak orang,” ucapnya.
Ucapnya lagi, “Perjalanan paroki kita sampai saat ini juga tidak lepas dari peran serta dan pemecahan atau pembagian diri para pendahulu kita yang berkorban diri bagi kebaikan bersama sebagai warga separoki. Termasuk Perayaan Ekaristi yang kita adakan ini tidak terlepas dari peran serta sekian banyak orang. Ada penghias altar, lektor, pemazmur, prodiakon, koor. Ada sekian banyak orang yang melayani kita. Karenanya tidak cukup jika kita hanya menikmati saja. Ini merupakan tantangan dari tugas perutusan kita untuk terlibat dan membagikan diri. Agar paroki kita terus berkembang dari waktu ke waktu.”
Sebagai bentuk penanda khas HUT, sebelum berkat penutup diadakan pemotongan tumpeng di depan altar. Romo Nano pun memotong pucuk tumpeng tersebut dan menyerahkannya kepada perwakilan Suster OSF, yaitu Suster Imelda OSF. Ini merupakan simbol sekaligus ungkapan terima kasih dari Paroki Atmodirono kepada para Suster OSF terkhusus komunitas Bangkong yang telah menerima 3 misionaris pertama MSF sebelum gereja dan pastoran Atmodirono dibangun.
Selain rebutan gunungan, pesta umat makin semarak dengan penampilan kelompok dangdut-angklung perempatan jalan yang disewa oleh panitia. Umat pun tampak puas dengan hidangan yang berlimpah. (BD Elwin)