MENJADI PRIBADI YANG TRANSFORMATIF

Para Romo, Bruder, Suster, Ibu-Bapak, Orang Muda Katolik, para Remaja dan Anak-anak yang terkasih dalam Tuhan Yesus. Berkah Dalem.

Pertama-tama saya ucapkan SELAMAT NATAL 2019 dan SELAMAT TAHUN BARU 2020. Semoga perayaan natal, kelahiran Tuhan Yesus Kristus, menjadikan kita semua pribadi-pribadi yang mampu membawa perubahan dalam hidup bersama, hingga masing-masing dari kita menjadi sahabat bagi yang lain.

Saudara-saudariku yang terkasih.

Kita sudah berada di penghujung tahun 2019. Tidak lama lagi kita akan memasuki tahun baru 2020. Pada kesempatan yang istimewa ini, saya ingin mengajak Anda semua untuk bersyukur kepada Tuhan, sebab berkat-Nya begitu melimpah untuk kita sepanjang perjalanan tahun 2019 yang hampir berlalu ini.

Kita – Umat Katolik Keuskupan Agung Semarang – pantas bersyukur kepada Tuhan karena telah diperkenankan menjalani tahun Pastoral 2019 yang berfokus pada: “Umat Allah KAS Mewujudkan Kesejahteraan Umum dalam Masyarakat Multikultural”. Dengan fokus pastoral ini, kita telah berupaya bersama seluruh masyarakat untuk menciptakan kondisi hidup bersama yang memungkinkan pribadi-pribadi dan kelompok masyarakat mencapai kepenuhan martabatnya sebagai manusia. Salah satu buahnya adalah terlaksananya Pemilu Legislatif dan Pemilu Presiden 2019 yang berjalan lancar, aman, dan damai, serta melahirkan para Wakil Rakyat dan Presiden serta Wakil Presiden. Mereka inilah pelayan-pelayan masyarakat yang dipercaya oleh rakyat untuk membawa bangsa ini mewujudkan cita-citanya, yaitu hidup sejahtera, adil, dan makmur berdasarkan Pancasila dan UUD 1945, dalam bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia dan semangat Bhineka Tunggal Ika.

Tidak lama lagi kita akan merayakan Natal dan Tahun Baru. Pesan Natal oikumene yang disusun secara bersama oleh Konferensi Para Uskup Indonesia (KWI) dan Persekutuan Gereja-Gereja di Indonesia (PGI) berjudul: “HIDUPLAH SEBAGAI SAHABAT BAGI SEMUA ORANG” (bdk. Yohanes 15:14-15). Kita memohon kepada Tuhan berkat dan perlindungan-Nya agar perayaan Natal ini juga dapat terlaksana dengan penuh kedamaian, aman, dan lancar. Sementara itu kita sendiri sebagai umat Katolik dapat hadir di tengah masyarakat dan menjadi sahabat bagi semua orang. “Menjadi sahabat” berarti “dadi sedulur” bagi orang lain. Dengan cara demikian kita semakin dapat merasakan dan mengalami persaudaraan yang diwarnai oleh sikap saling pengertian, rasa hormat, dan belas kasih (welas asih). Dalam suasana ini toleransi pun akan bertumbuh dalam masyarakat, bangsa, dan negara kita.
Saudara-saudariku yang terkasih dalam Kristus.

Peristiwa hadirnya Tahun Baru 2020 merupakan rahmat dari Tuhan. Ini merupakan suatu kesempatan bagi kita untuk melangkah dan bekerja demi kebaikan hidup bersama. Secara khusus kita diajak untuk memasuki Tahun Baru ini dengan mewujudkan fokus pastoral KAS: “Umat Katolik yang Transformatif”. Dengan “Umat Katolik” dimaksudkan setiap pribadi dan kita semua yang telah dibaptis secara katolik atau telah diterima di dalam Gereja katolik (bdk. kanon 204 Kitab Hukum Kanonik [KHK]). Berkat pembaptisan itu kita menerima rahmat istimewa, yaitu:
● Dipersatukan dengan Kristus. Dengan persatuan/persekutuan ini kita menjadi anak-anak Allah, ahli waris Allah, karena pengampunan dan penebusan oleh Yesus Kristus, serta dilibatkan dalam tiga tugas Kristus sebagai Imam [menguduskan], Nabi [mewartakan], dan Raja [memimpin] (lih. Rom 8,17; 1Kor 6,19; 2Kor 5,17; 2Ptr 1,4. Bdk. Katekismus Gereja Katolik [KGK] 1263 & 1265).
● Dipersatukan dengan Gereja. Dengan persatuan/persekutuan ini kita menjadi anggota Gereja dan terlibat atau berpartisipasi dalam perutusan Gereja di dunia, yakni mewartakan Injil Sukacita kepada segala makhluk (lih. Mrk 16,15; Ef 4,25. Bdk. KGK 1267).

Rahmat istimewa tersebut bersifat personal – individual (pribadi) dan sekaligus komunal – eklesial (kegerejaan). Baik secara personal/pribadi maupun komunal/bersama, kita dipanggil untuk semakin kuat bersatu dengan Kristus dan Gereja-Nya. Tentu saja gerak kedalam (ad intra) ini membawa serta panggilan untuk bergerak keluar (ad extra), yang tidak lain adalah perutusan mewartakan Injil kepada segala makhluk (missio). Mengenai hal ini, Dekret Konsili Vatikan II tentang Perutusan Gereja (Ad Gentes) menyatakan: “Dalam situasi zaman sekarang, yang menimbulkan keadaan serba baru umat manusia, Gereja – garam dunia dan terang dunia [lih. Mat 5,13-14] – dipanggil secara lebih mendesak untuk menyelamatkan dan membarui semua ciptaan, supaya segala sesuatu dibarui dalam Kristus, dan supaya dalam Dia orang-orang merupakan satu keluarga dan satu Umat Allah” (AG 1). Demikian menjadi jelas bahwa tujuan perutusan Umat Katolik mewartakan Injil tidak lain supaya kasih dan keselamatan Allah dalam dan melalui Yesus Kristus menjangkau semua orang, lintas batas.

Demi mencapai tujuan tersebut umat katolik mesti menampakkan jati dirinya “menjadi pribadi yang transformatif”. Istilah “transformatif” ini sudah dimunculkan dalam Tema Ardas KAS 2016-2020: “Membangun Gereja yang insklusif, inovatif, dan transformatif demi terwujudnya peradaban kasih di Indonesia”. Apa yang dimaksudkan “menjadi pribadi yang transformatif”? Yang dimaksudkan adalah bagaimana Umat Katolik dapat menjadi pribadi-pribadi yang senantiasa berubah hingga berbuah berkah yang melimpah. Hal ini ditempuh dengan senantiasa berbenah: melakukan yang baik dan yang lebih baik. Maka “menjadi pribadi yang transformatif” tidak lain berarti menjadi pribadi yang senantiasa berubah dengan berbenah hingga berbuah berkah.

Belajar dari Zakheus dalam Lukas 19,1-10 dan dari Paulus dalam Galatia 2,15-21, dapatlah kita katakan bahwa pribadi yang transformatif adalah dia yang terbuka untuk perubahan: siap untuk diubah, siap untuk berubah, dan siap untuk mengubah. Zakheus dan Paulus adalah contohnya. Perjumpaan mereka dengan Yesus telah mengubah diri dan orientasi/arah hidup mereka. Zakheus yang tadinya tamak dengan harta, berubah menjadi pribadi yang murah hati dengan membagi-bagikan miliknya kepada yang berkekurangan. Paulus (Saulus) yang tadinya anti Kristus dan penganiaya jemaat, berubah menjadi pengikut Kristus dan bahkan menjadi pengajar iman akan Yesus Kristus. Dari pengalaman kedua tokoh kita ini nampak bahwa perubahan kedalam diri (transformatio ad intra) membawa serta perubahan keluar kepada orang lain dan lingkungannya (transformatio ad extra). Transformasi ini akan terjadi juga dalam diri kita manakala perjumpaan dan iman kita kepada Yesus Kristus berdaya ubah terhadap orang lain dan lingkungan kita masing-masing. Salah satu wujud konkret terjadinya perubahan tersebut adalah terciptanya kehidupan bersama yang diwarnai oleh persaudaraan, dimana masing-masing menjadi sahabat bagi semua. Keadaan ini sangat sesuai dengan harapan yang terungkap dalam Deklarasi Persaudaraan yang telah disepakati oleh Paus Fransiskus dan Imam Besar Al-Azhar, Sheikh Ahmed Al-Tayeb, di Abu Dhabi pada 4 Februari 2019.

Saudara-saudariku yang terkasih, Umat Katolik di seluruh KAS.
Mengakhiri “Pesan Kegembalaan Menutup Tahun 2019 dan Menyambut Tahun Baru 2020” ini, saya mengajak dan mendorong Anda semua untuk menjadi pribadi yang transformatif, pribadi yang selalu berubah dan berdaya ubah, demi terwujudnya peradaban kasih di Indonesia tercinta ini.

Sekali lagi saya ucapkan “SELAMAT MERAYAKAN NATAL 2019 & TAHUN BARU 2020 BERSAMA KELUARGA, KOMUNITAS, DAN TEMAN-TEMAN”.

Berkah Dalem.

† Mgr. Robertus Rubiyatmoko
Uskup Agung Keuskupan Agung Semarang