Setelah Misa Lingkungan usai, tiba-tiba Rama Markus, Rama Paroki di situ, bertanya kepada beberapa umat: “Di mana pak Dominikus, kok tidak kelihatan….biasanya duduk paling depan kan kalau Misa begini?” Lalu pak Kardi yang pas di dekat Rama berkata: “Rama, pak Markus sedang sakit, lha kemarin jatuh dari tangga saat mau mengganti lampu yang rusak”. Lalu pak ketua lingkungan malah berbisik ke Rama: “Kemarin kami ikut membantu dengan pengumpulan uang dari warga lingkungan buat meringankan sakitnya pak Domi, Rama”. Rama Markus itu mengangguk-angguk memuji kerukunan dan semangat saling menolong di antara umat di lingkungan itu.
Salah satu buah dari perayaan liturgi adalah terbangunnya suasana persekutuan dan semangat kesatuan. Semangat saling menolong dan pengumpulan uang dari warga lingkungan di atas menjadi petunjuknya. Hal ini sesuai sekali dengan ajaran para Bapa Konsili yang menyatakan bahwa liturgi mendorong umat beriman, supaya setelah dipuaskan dengan sakramen-sakramen Paskah menjadi sehati dan sejiwa dalam kasih (SC 10). Semangat ini sebenarnya sudah menjadi semangat Gereja sejak awal mula, ketika dikisahkan bahwa jemaat hidup bersama dalam semangat sehati dan sejiwa (Kis 4:32).
Umat beriman yang dapat menghidupi suasana kesatuan dan kebersamaan sebagai satu Tubuh Kristus yakni satu persekutuan Gereja memang selalu menjadi permohonan kita. Hal itu selalu dimohon dalam Misa Kudus, seperti dalam Doa Syukur Agung II disebutkan: “Kami mohon agar kami yang menerima Tubuh dan Darah Kristus dihimpun menjadi satu umat oleh Roh Kudus”. Demikianlah selalu kita pahami bahwa persekutuan kasih yang terbentuk di antara kita merupakan buah dari perjumpaan dengan Tuhan.