Sambiroto – Hari Air Sedunia atau World Water Day (WWD) diperingati setiap tanggal 22 Maret. Tahun 2024 ini merupakan WWD yang ke-32. Paroki Santo Petrus Sambiroto mengadakan Perayaan Ekaristi WWD pada hari Jumat (22/03/24) pagi pukul 05.30 WIB. Ekaristi konselebrasi ini dipimpin oleh Romo Simon Atas Wahyudi, Pr. bersama Romo FX Suhanto, Pr., di Pastori (Gereja lama Sambiroto) yang beralamatkan di jalan Nilam, No. 35 Semarang. WWD kali ini mengangkat tema “Memanfaatkan Air untuk Perdamaian”.

Ekaristi yang dirayakan dengan nuansa Jawa ini, dipersiapkan secara khusus oleh Romo Atas dengan menciptakan lagu Hari Air Sedunia dan lagu Tim Peduli Air. Kedua lagu itu pun dinyanyikan bersama dalam perayaan tersebut. Tak kurang 150 umat menghadirinya.
Mengawali Ekaristi Romo Simon Atas Wahyudi menyampaikan salam ECO.@ati. Salam ini pun diuraikan oleh Romo Atas. “ECO.@ati ini merupakan kependekan dari Edukasi, Celebrasi, Observasi, dan Aksi. Edukasi bertujuan untuk memberikan pemahaman kepada umat tentang hari air sedunia, bahwa air harus dikelola dengan baik. Celebrasi dirayakan dalam Ekaristi Hari Air Sedunia. Observasi dimaksudkan agar kebutuhan air baik untuk kegiatan di Pastori maupun warga sekitar pada saat musim kemarau dapat teratasi. Sedangkan Aksi merupakan langkah pemberkatan Sumur SUMULUR (Sumur Paseduluran) dan area Pastori,” tandasnya.


Usai homili Romo Atas menaburkan garam di tangki tower serta memberikan berkat. Sementara itu, Romo Hanto memberkati seluruh area Pastori yang digunakan sebagai area kegiatan umat. Setelah vakum beberapa waktu, sudah hampir dua tahun ini Pastori mulai dimanfaatkan untuk kegiatan umat, antara lain pemanfaatan lahan penghijauan untuk lingkungan dan kegiatan pertemuan maupun pelatihan. Dengan mulai seringnya kegiatan dilakukan di Pastori juga memberikan sukacita bagi warga sekitar karena suasana di Pastori lebih hidup (tidak singup). Harapannya Pastori bisa dikembangkan menjadi pusat kegiatan umat, pusat pelatihan dan taman doa.

Perlu diketahui, Hari Air Sedunia adalah acara tahunan yang bertujuan untuk menyoroti pentingnya air tawar dan mendukung pengelolaan berkelanjutan atas sumber daya penting ini. Merujuk pada publikasi Komisi Kateketik Konferensi Waligereja Indonesia (KWI) dalam ensiklik, Paus Fransiskus menjelaskan kerusakan yang terus-terusan dilakukan oleh manusia terhadap lingkungan sebagai satu tanda kecil dari krisis etika, budaya dan spiritual modernitas. Solusinya, menurut Paus ialah membutuhkan pengorbanan dan revolusi budaya di seluruh dunia.
Salah satu poin penting dari ensiklik Laudato Si yaitu penjelasan Paus tentang “sebuah sensus sains solid” yang menunjukkan bahwa pemanasan global itu nyata, dan akan mengurangi ketersediaan air minum, merusak pertanian, menyebabkan kepunahan hewan dan tumbuhan, meningkatkan keasaman laut dan menaikkan permukaan air laut yang menyebabkan banjirnya di kota-kota besar dunia. Ia mengatakan perubahan iklim terjadi secara alami, tetapi penelitian menunjukkan bahwa pemanasan global terutama disebabkan oleh aktivitas manusia.
Romo Atas berharap, melalui peringatan WWD 2024 di Sambiroto, umat semakin mensyukuri anugerah air yang telah Tuhan berikan, umat semakin mempunyai kesadaran dalam menghemat dalam penggunaan air bersih, umat mempunyai semangat berbagi dan perdamaian melalui air. (Elisabeth Sapti Handayani)