UBK Kevikepan Semarang Rayakan 10 Tahun Komunitas Sahabat Difabel

Twitter
WhatsApp
Email
Umat Berkebutuhan Khusus (UBK) Kevikepan Semarang merayakan Gebyar Satu Dasawarsa Komunitas Sahabat Difabel (KSD) dalam suatu Perayaan Ekaristi yang dipersembahkan oleh Romo Eduardus Didik Chahyono SJ, Sabtu (11/5/24) siang.

Semarang – Umat Berkebutuhan Khusus (UBK) Kevikepan Semarang merayakan Gebyar Satu Dasawarsa Komunitas Sahabat Difabel (KSD) dalam suatu Perayaan Ekaristi yang dipersembahkan oleh Romo Eduardus Didik Chahyono SJ, Sabtu (11/5/24) siang.

Perayaan yang diadakan di aula Dinas Sosial Provinsi Jawa Tengah ini mengambil tema “Satu Dasawarsa, Satu Hati, Satu Cinta, Satu Harapan untuk Indonesia Inklusi”. Tak kurang dari 100 orang hadir dalam acara ini, termasuk puluhan UBK yang hadir bersama pendampingnya. Hadir pula kolega UBK seperti Rumah Sakit Panti Wilasa Citarum dan KELASI KAS (Keluarga Alumni Sekolah Evangelisasi Pribadi Shekinah Keuskupan Agung Semarang) yang selama ini turut melayani UBK.

Romo Didik berdialog dengan ketua UBK Kevikepan Semarang (dok. Elwin)

Pada kesempatan homili, Romo Didik memberi waktu kepada kedua kolega UBK itu untuk berbagi pengalaman selama melayani UBK. Perwakilan RS Panti Wilasa menyampaikan syukurnya atas kerjasama yang selama ini dilakukan dengan KSD. Menurutnya, saat ini RS Panti Wilasa mengubah paradigmanya terhadap para penyandang difabel. “Dulunya teman-teman disabilitas ini yang awalnya hanya sebagai obyek penerima manfaat, sekarang kami ubah sebagai pelaku terutama di bidang isu kesehatan yang inklusi. Semua ini berkat masukan-masukan dari komunitas sahabat difabel. Kami berharap kemitraan ini terus terjalin,” sharing-nya.

Kehadiran sahabat difabel ini punya arti besar untuk membantu menyadarkan kita semua. Maka pihak lain seperti rumah sakit perlu di-assesment atau perlu didatangi oleh KSD ini untuk mengetahui cara-cara tertentu supaya pelayanan-pelayanan tertentu dapat dengan mudah diperoleh oleh teman-taman KSD.

Sementara itu wakil dari KELASI KAS secara jujur menyatakan bahwa mereka sangat terharu dengan KSD ini. Karena dengan wadah atau komunitas ini teman-teman difabel dapat mengeksplor talenta atau potensi diri yang sungguh luar biasa. KELASI sendiri secara rutin boleh berkolaborasi untuk menyelenggarakan Misa UBK beberapa kali dalam setahun.

Romo Didik pun menegaskan bahwa dengan adanya komunitas sahabat difabel ini kita diajak menyadari bahwa kita ini bermakna di hadapan Tuhan. Penyandang difabel bukanlah sosok-sosok yang terbuang dan tersingkirkan. Sebaliknya dengan komunitas sahabat difabel mereka ditemani untuk bisa mengembangkan bakat-bakat kita. “Dan kita gunakan bakat-bakat kita untuk memuliakan Tuhan,” ajaknya.

Anak-anak KSD saat membawakan gerak dan lagu Jingle Indonesia Inklusi (dok. Elwin)

Usai Perayaan Ekaristi hadir utusan Plt Gubernur Jawa Tengah dan perwakilan Dinas Sosial Provinsi serta ratusan mereka yang tergabung dalam KSD baik orang dewasa maupun anak-anak. Mereka ada yang penyandang tunanetra, tunarungu, tunawicara, tunagrahita, maupun tunadaksa. Meski terbatas, siang itu mereka tampak bergembira, ada yang turut bernyanyi, bertepuktangan, dan menari. Pada kesempatan itu seluruh hadirin diajak menyanyi dan berjoget Jingle Indonesia Inklusi. Dan serentak sahabat difabel berdiri, menyanyi dan berjoget. Semua pun bersukacita.

Benedicta Noviana Dibyantari (tengah) pendiri Komunitas Sahabat Difabel menyerahkan tumpeng kepada utusan Plt Gubernur Jawa Tengah (dok. Elwin)

Kelahiran Komunitas Sahabat Difabel 10 tahun tak bisa dilepaskan dari pendiri sekaligus inspiratornya yaitu Benedicta Noviana Dibyantari. Dalam refleksi perjalanan KSD, ia tuliskan bahwa segala sesuatu yang terjadi di dunia ini tidak ada yang kebetulan.

Dalam tulisannya dikatakan, “Dengan kesediaan dan kesepakatan 4 emak-emak pendekar anak istimewa (berkebutuhan khusus) Kota Semarang, yaitu Ibu Lani Setyadi, Ibu Siwi Parwati A Basri yang memilik anak autis, Ibu Windy Aryadewi yang putrinya mengalami gangguan pendengaran, serta saya sendiri (Benedicta Noviana Dibyantari), pada bulan April 2014 sepakat membentuk wadah untuk mendampingi anak-anak istimewa dengan ragam disabilitas yang akhirnya kita beri nama Komunitas Sahabat Difabel.” (BD Elwin J)