Temu Komsos Regio Jawa 2024: Bercengkrama bersama Teknologi, Alam dan Budaya

Twitter
WhatsApp
Email
Komisi Komunikasi Sosial Konferensi Waligereja Indonesia (Komsos KWI) mengadakan Temu Komsos Regio Jawa pada hari Kamis-Minggu, tanggal 23-26 Mei 2024. Keuskupan Bogor menjadi tuan rumah pada Temu Komsos tahun ini, dan acara dilaksanakan di Kabupaten Serang dan Kabupaten Lebak, Banten.

Banten – Komisi Komunikasi Sosial Konferensi Waligereja Indonesia (Komsos KWI) mengadakan Temu Komsos Regio Jawa pada hari Kamis-Minggu, tanggal 23-26 Mei 2024. Keuskupan Bogor menjadi tuan rumah pada Temu Komsos tahun ini, dan acara dilaksanakan di Kabupaten Serang dan Kabupaten Lebak, Banten. Diikuti oleh sekitar 30 anggota Komsos Keuskupan bersama para Romo Ketua yang tergabung dalam Regio Jawa. Temu Komsos Regio Jawa 2024 mengangkat tema: “Bercengkrama bersama Teknologi, Alam dan Budaya”.

Perayaan Ekaristi Pembuka Temu Komsos Regio Jawa 2024

Kegiatan dibuka dengan Perayaan Ekaristi yang dipimpin oleh Mgr, Paskalis Bruno Syukur, OFM., Uskup Keuskupan Bogor sebagai selebran utama, dan bersama para Romo Ketua Komsos Keuskupan sebagai konselebran. Dalam sambutannya, RD Yustinus Joned selaku Ketua Komsos Keuskupan Bogor menyampaikan tujuan dari Temu Komsos ini adalah untuk membangun semangat dalam berjalan bersama sebagai Komsoser (red: sebutan pegiat Komsos) yang bertanggung jawab di Keuskupan masing-masing, dan membawa visi-misi yang dihadirkan oleh Gereja untuk kita wujdukan bersama di dalam karya pelayanan kita.

Romo Joned juga mengingatkan akan tanggung jawab para Komsoser, “Kita semakin diingatkan kembali bahwa kita bersama-sama bertanggung jawab dalam jurnalisme yang sehat dan menyegarkan bagi seluruh umat”.

Kegiatan pada hari pertama ditutup dengan sharing kegiatan Komsos dari masing-masing Keuskupan. Kemudian pada esok harinya dilanjutkan dengan materi dari Mgr Paskalis yang juga merupakan Sekjen dari KWI, tentang Harapan Akan Peran Komisi Komsos di Keuskupan. Mgr Paskalis menyampaikan bahwa Komisi Komsos merupakan perangkat KWI yang membantu dalam karya pewartaan, sehingga dibutuhkan network atau jaringan yang kuat dari pusat (KWI) kepada komsos-komsos yang ada di Keuskupan. Beliau juga berharap komsos dapat lebih aktif sebagai corong gereja untuk pewartaan.

Prof. Eko sempat memberikan simulasi dalam penggunaan ChatGPT

Usai makan siang dilanjutkan dengan materi dari Prof. Richardus Eko Indrajit tentang Kecerdasan Artifisial dan Kebijaksanaan Hati: Strategi Menuju Komunikasi Sosial yang Lebih Personal di Era Society 5.0 dan 6.0. Prof. Eko menyampaikan permasalahan yang sering terjadi dalam komunikasi adalah karena adanya noise dari pemberi pesan terhadap penerima pesan. Prof. Eko juga menjelaskan jika teknologi diciptakan untuk memberdayakan atau meningkatkan hal-hal yang bagi manusia terbatas. Sehingga otak dan kecerdasan manusia bisa digantikan dengan mesin, namun mesin tidak memiliki hati. Manusia lah yang memiliki hati, sehingga manusia memiliki kontrol atas mesin-mesin tersebut.

Di sini Prof. Eko juga sempat memberikan simulasi dalam penggunaan ChatGPT. Cara kerja ChatGPT mengikuti perintah manusia, dan perintah kerja ChatGPT juga seperti obrolan dua arah. Ketika kita tidak puas dengan jawaban dari ChatGPT, maka kita dapat meresponnya untuk memberikan jawaban lain atau jawaban yang lebih lengkap. Namun ChatGPT juga dapat menolak permintaan manusia, jika dirasanya permintaan tersebut tidak sesuai dengan sistemnya.

Peserta Temu Komsos Regio Jawa 2024 di Kampung Baduy Luar

Pada hari ketiga, peserta Temu Komsos Regio Jawa bertolak ke Wisata Kampung Baduy Luar yang berada di Kabupaten Lebak untuk belajar budaya dari Suku Baduy Luar. Setelah menempuh perjalanan selama kurang lebih 3 jam menggunakan mobil, rombongan tiba dan langsung menyusuri Kampung Baduy Luar. Untuk menuju Kampung Baduy Luar, rombongan harus berjalan kaki menelusuri hutan dan sungai dengan jalan yang naik dan turun cukup terjal. Dibeberapa titik, pengunjung disuguhkan dengan oleh-oleh khas Suku Baduy Luar, ada pula yang menyajikan kesenian musik khas Baduy Luar.

Warga Suku Baduy yang sudah terbiasa melakukan perjalanan menggunakan alas kaki sandal dan mengenakan kain

Anak-anak hingga lansia Suku Baduy Luar sudah terbiasa berjalan kaki dari satu desa ke desa lainnya. Tidak ada transportasi di Kampung Baduy Luar, karena medan yang dilalui juga tidak bisa diakses menggunakan kendaraan bermotor atau lainnya. Warga setempat dengan santainya menaiki atau menuruni bukit dengan membawa barang berat, seperti beras, atau barang bawaan milik pengunjung (red: beberapa dari mereka menyediakan jasa porter).

Meski jauh dari kota, namun Suku Baduy Luar sudah lebih modern daripada Suku Baduy Dalam yang masih cukup tertutup. Suku Baduy Luar sudah menggunakan beberapa peralatan modern untuk keseharian mereka. Di Suku Baduy Dalam, pengunjung sama sekali tidak diperkenankan mengambil gambar apa pun.

Wisata Alam, Negeri di Atas Awan

Usai dari Kampung Baduy Luar, rombongan melanjutkan perjalanan menuju penginapan yang ada di Kecamatan Cibeber, Kabupaten Lebak. Keesokan harinya, dilanjutkan wisata alam, menikmati pemandangan lautan awan yang ada di Kawasan Perbukitan Gunung Luhur. Wisata ini sering disebut dengan Negeri di Atas Awan, karena lokasinya yang berada di ketinggian 900 mdpl. Di sini rombongan menyempatkan diri untuk mengabadikan moment mereka bak berada di atas awan.

Gua Maria Bukit Kanada, Rangkasbitung

Perjalanan dilanjutkan menuju Gua Maria Bukit Kanada yang berada di Rangkasbitung. Pertemuan selama 4 hari ini ditutup dengan Perayaan Ekaristi yang diadakan di Gua Maria Bukit Kanada, dan dipimpin oleh RD Yohanes Suparto, selaku Vikjen Keuskupan Bogor bersama Konselebran para Romo Ketua Komsos Keuskupan. Perayaan Ekaristi pada siang hari itu juga diikuti oleh para peziarah yang hadir.

Juga disampaikan, tuan rumah untuk Temu Komsos Regio Jawa berikutnya akan berada di Keuskupan Purwokerto, yang diketuai oleh RD Fikalis Rendi Aktor. (coy)