Diterangkan/dibacakan pada
Sabtu – Minggu, 27 – 28 April 2019
PENDIDIKAN KATOLIK MENGHADIRKAN WAJAH KRISTUS YANG BERBELAS KASIH
Saudari-Saudara, umat Katolik di Keuskupan Agung Semarang yang terkasih.
Pemerintah Indonesia, melalui Keputusan Presiden (Keppres) Nomor 316 Tahun 1959 tertanggal 16 Desember, menetapkan tanggal 2 Mei sebagai Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas). Tanggal tersebut dipilih bertepatan dengan hari ulang tahun Ki Hadjar Dewantara, pahlawan nasional yang dihormati sebagai Bapak Pendidikan Nasional. Tokoh ini dikenal gigih dan berani menentang kebijakan pendidikan pemerintah Hindia Belanda pada zamannya, yang hanya memperbolehkan anak-anak keturunan Belanda dan anak-anak dari keluarga kaya boleh mengenyam bangku pendidikan/sekolah. Ia mendirikan Lembaga Pendidikan Taman Siswa guna memberi kesempatan kepada anak-anak pribumi dan dari keluarga kurang mampu untuk dapat mengenyam Pendidikan.
Hardiknas tahun 2019 ini bertema: “Menguatkan Pendidikan, Memajukan Kebudayaan”. Perumusan dan pencanangan tema tersebut dimaksudkan untuk memperkuat komitmen seluruh insan pendidikan akan penting dan strategisnya peran pendidikan bagi pembangunan peradaban dan daya saing bangsa serta memperkuat semangat nasionalisme. Secara khusus, Keuskupan kita menegaskan bahwa untuk memperkuat komitmen seluruh umat akan penting dan strategisnya pendidikan tersebut, kita perlu belajar dari Tuhan Yesus Kristus yang maharahim dan berbelas kasih. Yesus memandang setiap pribadi sebagai sesama dan saudara yang sedemikian berharga, hingga pantas untuk mendapatkan belas kasih-Nya, untuk dihargai dan dihormati, serta untuk diterima sebagai pribadi yang utuh. Sikap Yesus inilah yang semestinya kita hadirkan di lembaga-lembaga pendidikan katolik dan kita jadikan spirit atau roh dalam mengembangkan pendidikan katolik.
Saudari-Saudara, umat Katolik di Keuskupan Agung Semarang yang terkasih.
Dalam semangat belas kasih Yesus kepada kita, umat-Nya, dan dalam semangat keberpihakan Ki Hadjar Dewantara kepada bangsanya, kita ambil bagian dalam usaha Pemerintah Indonesia melaksanakan pendidikan karakter. Pendidikan karakter merupakan upaya untuk membentuk sikap dasar para peserta didik agar berkembang menjadi pribadi-pribadi utuh yang memiliki kepedulian dan tanggungjawab pada perkembangan sosial masyarakatnya. Kita sangat merindukan anak-anak kita, berkat pendidikan di lembaga-lembaga pendidikan katolik dan utamanya di keluarga-keluarga katolik, semakin bertanggungjawab, ndayani lan migunani (berdaya dan berguna) bagi masyarakat.
Pendidikan karakter diarahkan kepada perubahan cara berpikir, bersikap, dan bertindak seseorang sehingga menjadi lebih baik. Peserta didik diharapkan memiliki dan berkembang dalam keutamaan-keutamaan iman, nasionalisme, kemandirian, bersemangat gotong-royong, dan berintegritas. Lembaga-lembaga pendidikan dipanggil untuk mempersiapkan peserta didik secara keilmuan dan kepribadian, sehingga menjadi pribadi-pribadi yang kokoh dalam nilai-nilai moral, spiritual dan keilmuan. Salah satu contoh pendidikan karakter yang mendesak dan sangat relevan adalah membangun kesadaran para peserta didik untuk lebih mencintai lingkungan hidup melalui gerakan pengurangan penggunaan plastik dan styrofoam. Direktur Jenderal Pengelolaan Sampah, Limbah, dan B3, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, menyebut total jumlah sampah Indonesia di tahun 2019 ini akan mencapai 68 juta ton, dan sampah plastik diperkirakan akan mencapai 9,52 juta ton atau 14 persen dari total sampah yang ada. Memprihatinkan bukan?
Di tengah perjuangan luhur tersebut, kita juga masih menjumpai situasi sekolah-sekolah katolik di wilayah keuskupan kita ini yang mengalami penurunan kuantitas (jumlah) dan kualitas (mutu) mitra didik yang didampingi. Peserta didik yang semakin sedikit membuat beban operasional banyak lembaga pendidikan bertambah berat dan pada gilirannya tutup satu demi satu. Kita tetap merindukan hadirnya lembaga pendidikan katolik yang kuat dan bermutu sebagai wujud peranserta Gereja dalam masyarakat, tetapi harapan tersebut semakin sulit diwujudkan. Permasalahan yang muncul dan dihadapi sangat beragam, antara lain: kurangnya fasilitas, terbatasnya tenaga pendidik, menurunnya daya saing, dan terbatasnya dana untuk penyelenggaraan pendidikan itu. Situasi ini semakin menyadarkan kita untuk ambil bagian dalam mewujudkan harapan Gereja dalam bidang pendidikan. Kita sadar bahwa perwujudan harapan itu tidak mungkin hanya dibebankan pada para guru dan penyelenggara pendidikan katolik, tetapi juga pada semua umat katolik dan juga masyarakat yang seharusnya turut ambil peran dalam menanggapi keprihatinan tersebut.
Saudari-Saudara, umat Katolik di Keuskupan Agung Semarang yang terkasih.
Pada kesempatan yang istimewa ini saya ingin menyampaikan penghargaan dan rasa terimakasih kepada Anda semua yang telah berjuang di dunia pendidikan. Khususnya kepada para guru, tenaga kependidikan, para pemerhati dan pejuang pendidikan, lebih-lebih kepada para orangtua selaku pendidik pertama dan utama bagi putera-puteri kita. Sumbangsih dan peran aktif Anda semua telah menjadi bukti nyata betapa penting dan strategisnya pendidikan ini senantiasa kita perjuangkan. Dalam karya dan keterlibatan itulah Anda semua telah menghadirkan wajah Kristus yang maharahim dan berbelas kasih.
Dalam perayaan iman pada hari Minggu Paskah kedua ini, yang sekaligus adalah Minggu Kerahiman Ilahi, marilah kita renungkan sapaan Yesus kepada para murid-Nya: “Damai sejahtera bagi kamu.” Sabda yang menyejukkan, menumbuhkan harapan dan sukacita, seperti para murid juga bersukacita ketika mereka melihat Tuhan. Namun Yesus tidak menghendaki bahwa sukacita itu hanya dialami dan dinikmati sendiri oleh para murid-Nya. Maka Ia segera meneruskan sabda-Nya: “Sama seperti Bapa mengutus Aku, demikian juga sekarang Aku mengutus kamu.” Para murid diutus oleh Yesus untuk membagi berita sukacita pembebasan dari belenggu dosa. “Jikalau kamu mengampuni dosa orang, dosanya diampuni, dan jikalau kamu menyatakan dosa orang tetap ada, dosanya tetap ada.” Damai dan sukacita Paskah, salah satunya harus mendorong kita menjalankan perutusan-Nya menghidupi dan mengembangkan pendidikan katolik sebagai sarana untuk menghadirkan wajah Kristus yang berbelas kasih.
Saya gembira karena gerakan belarasa dan kepedulian pada pendidikan sudah berlangsung di tengah umat di keuskupan kita ini. Banyak keluarga-keluarga secara mandiri, lingkungan, wilayah, paroki dan kevikepan yang sudah mengadakan gerakan peduli pendidikan. Misalnya, gerakan 2000 rupiah. Bahkan ada lingkungan atau paroki yang berjuang menghidupkan sekolah-sekolah katolik di wilayahnya. Gerakan kepedulian seperti itu mesti kita dukung dan kita kembangkan. Keluarga-keluarga katolik yang tidak lain adalah seluruh umat secara bersama saya ajak untuk bekerjasama bertanggungjawab menghidupi lembaga-lembaga pendidikan katolik, baik yang ada di wilayah kita sendiri maupun di Keuskupan kita pada umumnya. Mengupayakan tumbuh kembang sekolah katolik yang kuat dan unggul merupakan tanggungjawab kita bersama.
Mengakhiri Surat Gembala ini, saya mengajak Saudari-saudara semua: Marilah kita menghadirkan wajah Kristus yang maharahim dan berbelas kasih melalui keluarga-keluarga dan lembaga pendidikan katolik kita. Kita jadikan lembaga pendidikan katolik kita sebagai saluran warta gembira agar budaya kasih menjadi sikap dasar masyarakat kita dalam menjalani hidup berbangsa dan bernegara di Indonesia ini.
Matur nuwun. Sugeng Paskah. Berkah Dalem.
Semarang, 21 April 2019
Hari Raya Paskah Kebangkitan Tuhan
† Mgr. Robertus Rubiyatmoko
Uskup Agung Semarang