Dibacakan pada hari Sabtu dan Minggu, 9 dan 10 Februari 2013

“Bertolak ke tempat yang dalam,
mengemban perutusan dan berbuah”

Saudari-saudaraku terkasih,

Suasana sukacita perayaan Natal dan tahun baru 2013 yang menggembirakan hidup beriman dan pengalaman sehari-hari, baru saja berlalu. Kini kita sudah akan memasuki masa prapaska, waktu dan kesempatan yang penuh rahmat untuk mempersiapkan perayaan Paska. Masa prapaska tahun ini terasa begitu istimewa karena kita jalani di tengah-tengah kegembiraan kita menjalani Tahun Iman (11 Oktober 2012 – 24 November 2013). Kita bersyukur atas karunia iman yang dilimpahkan kepada kita yang dinyatakan saat kita menerima sakramen baptis. Masa prapaska merupakan saat yang tepat untuk mengenangkan dan menyiapkan baptis dan membina pertobatan. Masa itu secara intensif mengajak umat beriman untuk mendengarkan sabda Allah dan berdoa, dan dengan demikian menyiapkan diri untuk merayakan misteri Paska (SC 109). Meskipun disebut masa intensif bukan berarti kita hanya berdiam diri tidak melakukan kegiatan dan aktivitas. Justru sebaliknya, kita tetap giat menjalani tugas-tugas, kegiatan-kegiatan dan pekerjaan-pekerjaan rutin kita setiap hari. Dalam pekerjaan-pekerjaan itu kita menghayati panggilan dan perutusan kita masing-masing.

Saudari-saudara terkasih,

Sebagai umat beriman kita bersyukur, bahwa Allah terus bekerja untuk kesejahteraan dan kebahagiaan kita. Dalam karyaNya itu Allah melibatkan banyak orang agar cinta kasihNya dapat dirasakan secara nyata dalam kehidupan. Panggilan dan perutusan Nabi Yesaya menegaskan akan kesungguhan hati Allah untuk kebahagiaan umatNya, ”Siapakah yang akan Kuutus dan siapakah yang mau pergi untuk Aku?” Ketika itu Yesaya menjawab, ”Ini aku utuslah aku!” (Yes 6:8). Kesanggupan dan keberanian Yesaya ini juga kita temukan dalam diri Simon Petrus yang berani bertolak ke tempat yang dalam. Keberanian Simon Petrus ini bukanlah kesanggupan dan keberanian tanpa dasar, namun sebuah kesanggupan dan keberanian berdasarkan iman, didasarkan atas perintah Yesus, ”Bertolaklah ke tempat yang dalam dan tebarkanlah jalamu untuk menangkap ikan” (Luk 5:4)

Simon Petrus yang telah putus harapan karena sepanjang malam bekerja keras namun tidak mendapat seekor ikan pun akhirnya berani menebarkan jala kembali ketika ada sentuhan hati dari Yesus yang memberikan semangat “tebarkanlah jalamu” (bdk. Luk 5:5). Kutipan ini menyadarkan kita bahwa di saat-saat kita mengalami kelesuan, kegagalan, keputus-asaan, ketidakberdayaan, keterpurukan, merasakan kekecilan diri kita, kita perlu kembali kepada Yesus pokok iman kita dan mendengarkan sabdaNya. Kesadaran akan kekecilan diri kita terungkap dalam kata-kata Simon Petrus, ”Tuhan, pergilah dari padaku sebab aku ini seorang berdosa” (Luk 5:8). Akan tetapi justru ketika Simon Petrus menyadari akan kelemahan dan kerapuhan dirinya, Yesus meneguhkan dan menguatkan,”Jangan takut, mulai sekarang engkau akan menjala manusia” (Luk 5:10). Dalam kelemahan dan kerapuhan, kita dipanggil dan diutus supaya menjadi nyata kekuatan Allah bagi kita. Kita menjadi semakin rendah hati dan tidak menyombongkan diri dengan mengandalkan kekuatan diri kita sendiri. Kita semakin yakin bahwa kasih karunia yang dianugerahkan oleh Allah kepada kita tidak sia-sia (bdk. 1Kor 15:10).

Saudari-saudara yang terkasih,

Masa prapaska adalah masa yang sangat tepat untuk menyadari segala kelemahan dan kerapuhan kita. Masa ini menjadi masa yang penuh rahmat untuk membangun sikap tobat, memperbarui diri dan membangun masa depan yang penuh harapan. Meski kita lemah dan rapuh, kita tidak boleh terpuruk dalam keputus-asaan. Saatnya kita bangkit bersama dengan Kristus sebagaimana juga dialami oleh Paulus. Ia merasa diri yang paling hina, namun karena kasih karunia Allah, ia bekerja lebih keras bagi karya kerasulannya mewartakan Yesus Kristus (bdk. 1Kor 15:10).

Kesadaran bahwa kita lemah dan rapuh, mendorong kita untuk membangun hidup berlandaskan iman dan mewujudkannya dalam pekerjaan-pekerjaan kita sehari-hari. Melalui tema APP 2013 “Semakin Beriman Dengan Bekerja Keras dan Menghayati Misteri Salib Tuhan” kita ingin mendasari seluruh hidup kita dengan iman yang kokoh. Iman menjadi landasan pokok untuk menekuni setiap panggilan dan perutusan kita. Kalau kita dipanggil dan diutus menjadi guru, karyawan, pedagang, pegawai kantor, pengusaha, ibu rumah tangga, tukang sapu dan profesi apa pun, harus disadari bahwa melalui pelayanan-pelayanan itu kita mewujudkan iman kita. Harapan kita, melalui karya-karya dan kerja keras kita seperti itu, hidup beriman kita semakin mendalam dan tangguh dan akhirnya menghasilkan banyak buah. Kita dapat belajar dari Simon Petrus, setelah mendapat semangat dari Yesus, kerja keras Simon Petrus menghasilkan tangkapan yang banyak seperti dikatakan dalam Injil, ”Dan setelah mereka malakukannya, mereka menangkap sejumlah besar ikan, sehingga jala mereka mulai koyak” (Luk 5:6).

Saudari-saudara yang terkasih,

Kita bersyukur atas panggilan dan perutusan yang kita terima dari Tuhan. Melalui karya-karya dan pekerjaan-pekerjaan kita, kita ingin mempersembahkan diri kita kepada Tuhan yang telah memberikan segala kasih karuniaNya kepada kita. Dengan gembira kita senantiasa bertolak ke tempat yang dalam, agar seluruh hidup kita berbuah bagi banyak orang.

Buah-buah itu kita petik dari setiap pekerjaan yang kita jalani dalam ketekunan, kesetiaan dan kesabaran. Melalui pekerjaan-pekerjaan tersebut kita tidak hanya ingin mengupayakan berkat dan rejeki bagi kita, namun sekaligus kita ingin menyelaraskan seluruh kehidupan kita dengan misteri salib Tuhan. Rahmat yang kita terima dari salib Tuhan adalah penebusan atas dosa-dosa kita. Setiap pekerjaan yang kita jalani adalah juga salib kehidupan kita karena menghasilkan banyak buah bagi keluarga, sesama dan banyak orang lain di sekitar kita. Sabda Yesus yang senantiasa kita dengar semakin meneguhkan kita, ”Setiap orang yang mau mengikuti Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya setiap hari dan mengikuti Aku” (Luk 9:23).

Saudari-saudara yang terkasih,

Sudah bertahun-tahun selama masa prapaska, kita menyisihkan sebagian rejeki dari hasil pekerjaan dan jerih lelah kita sebagai bentuk solidaritas dan kepedulian kepada sanak-saudara yang miskin dan menderita. Solidaritas itu kita wujudkan dalam gerakan Aksi Puasa Pembangunan. Gerakan APP sebagai wujud konkret dari laku tobat, puasa dan pantang kita, bukan hanya gerakan mengumpulkan uang, tetapi sarana mengumpulkan orang dalam paguyuban yang berlandaskan kasih. Maka dari itu dalam semangat solidaritas dan persaudaraan yang penuh kasih, marilah kita terus bertolak ke tempat yang dalam, bekerja keras dan bertindak, mengemban perutusan, mewujudkan iman kita agar hidup kita berbuah dan menjadi berkat bagi banyak orang.

Akhirnya, secara tulus saya menghaturkan banyak terima kasih kepada saudari-saudara semua yang dengan caranya masing-masing terlibat mengembangkan Gereja Keuskupan Agung Semarang. Semoga Tuhan senantiasa melimpahkan berkat bagi saudari-saudara, keluarga-keluarga dan komunitas-komunitas Anda.

Salam, doa dan Berkah Dalem,

Semarang, 25 Januari 2013
Pada Pesta Bertobatnya Santo Paulus

† Mgr. Johannes Pujasumarta

Uskup Agung Keuskupan Agung Semarang