dibacakan pada Sabtu-Minggu, 15-16 November 2014

“Betapa Indah Panggilan-Mu, Tuhan!”

Para Romo, Bruder, Suster dan saudari-saudara yang terkasih,
Dalam setiap zaman ada perempuan dan laki-laki yang karena taat kepada panggilan Bapa dan dorongan Roh, memilih hidup secara khusus demi mengikuti Kristus dan mengabdikan diri kepada-Nya (bdk. 1 Kor. 7:34; Perfectae Caritatis, 1). Seperti rasul, mereka telah meninggalkan segala sesuatu, agar dengan bantuan Roh Kudus mereka melayani Tuhan dan umat beriman.

Dengan cara itu dan melalui banyak kharisma kehidupan rohani dan apostolik yang diberikan kepada mereka oleh Roh Kudus, kaum religius telah membantu untuk membuat misteri dan misi Gereja bersinar, dan dengan berbuat demikian mereka telah memberi sumbangan pada pembaruan masyarakat (lih. Paus Yohanes Paulus II: Redemptoris Donum, 14).

Namun dari sisi lain, sebagaimana hal ini disinggung oleh Paus Fransiskus dalam Seruan Apostolik Evangelii Gaudium, 2, kaum religius masa kini dibayangi oleh kecenderungan untuk menjadi pribadi aktif dengan melupakan dimensi mistik atau kontemplatifnya. Akibatnya para religius itu tidak lagi mengalami perjumpaan pribadi dengan Tuhan yang berbelas kasih, yang membuat mereka mengalami sukacita Injil.

Pengalaman yang mendalam akan perjumpaan pribadi dengan Tuhan merupakan pengalaman mistik yang menjadi dasar kesaksian kenabian. Hidup bakti adalah suatu bentuk/cara hidup khusus bagi mereka yang mengalami disapa secara pribadi oleh Yesus dan menanggapinya secara unik. Sapaan ini tiada lain adalah cinta yang membuat seorang religius menjadi kuat, bersemangat dan senantiasa gembira dalam menghayati hidup baktinya.

Karena cinta yang diperoleh dari perjumpaan pribadi dengan Tuhan Yesus itulah seseorang menjadi mistikus dan terdorong untuk menjadi nabi yang siap menjadi pelaku sabda (bdk. Lk. 10:25-37). Panggilan hidup bakti ini akhirnya adalah panggilan seseorang untuk menjadi mistikus (orang yang mendalam hidup doanya) sekaligus nabi (orang yang peka terhadap tanda-tanda zaman).

Dalam kesempatan perjumpaannya dengan para Pemimpin Umum Tarekat Religius di Roma pada tgl. 27-29 November 2013, Paus Fransiskus telah mengumumkan bahwa tahun 2015 akan dijadikan Tahun Hidup Bakti. Ini berarti bahwa dalam tahun 2015 secara khusus akan diangkat tema panggilan hidup bakti.

Tahun 2015 ini juga menandai ulang tahun ke-50 Konsili Vatikan II, khususnya peringatan 50 tahun “Perfectae Caritatis” (Dekrit tentang Hidup Bakti), dan “Lumen Gentium” (Konstitusi Dogmatis tentang Gereja) yang dihasilkan oleh Konsili Vatikan II. Sebagaimana dikatakan oleh Prefek Kongregasi Tarekat Hidup Bakti dan Serikat Hidup Apostolik, Kardinal João Braz de Aviz, Konsili Vatikan II merupakan hembusan Roh Kudus bagi seluruh Gereja, terlebih lagi bagi hidup bakti.

Dapat dikatakan bahwa dalam 50 tahun ini, hidup bakti telah mengalami suatu perjalanan pembaruan yang menghasilkan buah-buah dalam komitmennya untuk mengikuti apa yang diminta oleh Konsili, yaitu kesetiaan kepada Tuhan, kepada Gereja, kepada kharisma pendiri tarekat masing-masing, dan kepada masyarakat pada zaman ini, meskipun tentunya semua itu tidak bebas dari kesulitan dan kerja keras.

Tahun Hidup Bakti akan secara resmi dibuka pada tanggal 21 November 2014 dan akan ditutup pada tanggal 21 November 2015. Perlu diketahui bahwa tanggal 21 November adalah Peringatan Wajib Santa Perawan Maria Dipersembahkan kepada Allah. Tanggal ini pula telah dicanangkan oleh Paus Emeritus Benediktus XVI sebagai Hari “Pro Orantibus” (untuk mereka yang berdoa). Maksudnya adalah hari untuk secara khusus mengingat dan mendoakan kaum religius atau orang-orang yang menjalani panggilan hidup bakti.

Tujuan pertama dari Tahun Hidup Bakti adalah untuk “mengenang dengan penuh syukur masa yang baru saja berlalu”. Kendatipun krisis yang melanda dunia dan Gereja juga dirasakan di dalam lingkup hidup bakti, kaum religius tetaplah penuh dengan pengharapan, yang bukan didasarkan atas kekuatan mereka sendiri, namun atas kepercayaan pada Tuhan, sebab “Di dalam Dia, tidak ada yang dapat merampas harapan kita” (bdk. Yoh 16:22). Dengan pandangan positif pada masa yang telah lewat itu, tujuan kedua dari Tahun Hidup Bakti ini adalah untuk “merangkul masa depan dengan harapan”. Pengharapan ini tidak dapat menjauhkan kita dari semangat untuk tetap menjalani hidup yang telah dianugerahkan oleh Tuhan. Karena itu, tujuan ketiga dari Tahun Hidup Bakti ini adalah “menjalani hidup hari ini dengan penuh semangat.” Semangat ini, berhubungan dengan “hidup dalam kasih, persahabatan sejati, dan persatuan yang mendalam.” Dalam hal ini, Tahun Hidup Bakti akan memiliki sebuah fokus penginjilan yakni membantu masyarakat untuk memahami “indahnya mengikuti Kristus” dalam segala jenis panggilan religius.

Bagi Keuskupan Agung Semarang, Tahun Hidup Bakti ini menandai akhir masa berlakunya Ardas 2011-2015. Dengan demikian tahun 2015 dapat menjadi tahun syukur, evaluasi dan refleksi perjalanan Umat Allah KAS berdasarkan empat fokus pastoral yang telah kita jalani bersama.

Pengalaman berpastoral selama Ardas 2011-2015 itu menjadi dasar untuk masuk dalam Rencana Induk KAS 2016-2035, yang akan diawali pada tahun 2016. Karena Gereja kita pahami sebagai peristiwa, yaitu “persekutuan paguyuban-paguyuban murid-murid Yesus”, maka dalam membangun persekutuan itu komunikasi antar hirarki – awam – religius mutlak perlu untuk membangun Gereja sebagai umat Allah.

Perencanaan untuk mengisi Tahun Hidup Bakti dikerjakan oleh Musyawarah Pemimpin Religius KAS (MUPERKAS) yang didukung sepenuhnya oleh DKP KAS. Diharapkan bahwa komunitas-komunitas hidup bakti dapat menyelenggarakan acara ekspo panggilan atau live in di paroki atau datang ke sekolah-sekolah atau juga mengundang remaja dan OMK untuk live in di biara. Dalam kerjasama pengisian Tahun Hidup Bakti 2015 ini nanti dapat kita kembangkan pengalaman, “Betapa indah panggilanMu, Tuhan!” Kesaksian hidup Injili dan sukacita sebagai orang-orang yang menjalani panggilan hidup bakti kiranya perlu lebih lantang diwujud-nyatakan.

Saya menghimbau, agar keluarga-keluarga Katolik dapat ikut serta dalam usaha untuk menumbuhkan panggilan hidup bakti dengan cara menjadikan keluarga-keluarga itu sendiri sebagai lahan persemaian benih panggilan melalui doa dan keteladanan iman.

Salam, doa dan Berkah Dalem.

Semarang, 4 November 2014,
pada pesta St. Carolus Boromeus

† Mgr. Johannes Pujasumarta
Uskup Agung Semarang