dibacakan atau diterangkan pada tanggal 16-17 Agustus 2014

“Memaknai Persatuan Indonesia dalam Persaudaraan Sejati”

Kaum Muda, Remaja, Ibu, Bapak, dan Saudari-saudara, Para Imam dan Biarawan-biarawati, serta segenap umat Katolik di Keuskupan Agung Semarang yang saya kasihi;

Berkah Dalem † dan Salam Persatuan Indonesia
dalam Persaudaraan Sejati.

Salam ini saya sampaikan dalam rangka mensyukuri kemerdekaan RI ke-69, dan mengajak seluruh Umat Allah Keuskupan Agung Semarang agar dalam perayaan kemerdekaan ini kita sadar bahwa semua yang telah terselenggara dalam berbangsa di Indonesia ini karena Berkah Dalem Gusti atau Atas Berkat rahmat Allah yang Mahakuasa (bdk. Teks Proklamasi). Pada hari ini layaklah kita bersyukur karena Allah Sang Penyayang Kehidupan telah menggemba¬lakan bangsa kita menuju bangsa yang damai sejahtera. Sebagai orang beriman, kita menyadari bahwa Allah memanggil setiap orang kepada kemerdekaan sejati. Semoga, Allah Sang Pemelihara Kehidupan selalu melindungi tanah air kita dan menjauhkan dari segala pertikaian, perpecahan dan bencana.

Kita juga bersyukur bahwa tahun ini Pemilu Legislatif dan Pemilu Presi-den/Wakil Presiden telah berjalan sesuai agenda. Seraya menunggu kepastian siapa yang akan ditetapkan oleh Mahkamah Konstitusi sebagai penanggungjawab resmi negara ini, kita berdoa dan memohon kepada Tuhan agar yang ditetapkan nantinya adalah Pemimpin negara yang bijak, berwawasan jauh ke depan serta berpihak pada rakyat. Sebagaimana diwartakan dalam Sabda Tuhan hari ini, kita merindukan petinggi Pemerintah yang bijak, siap menjamin ketertiban dalam masyarakat, pemerintah yang arif yang mampu mengatur negara ini dengan baik. Kita berharap setelah bangsa ini merayakan kemerdekaan ke-69, para petinggi negara dari pusat sampaidaerah, melakukan peran dan tugasnya dengan baik dan benar. Negara ini telah mempunyai banyak pengalaman manis dan pahit. Ketika suatu daerah/kota dikelola oleh pemimpin yang arif-bijaksana maka rakyat dan pegawainya sejahtera.

Apa yang dibutuhkan setelah pemilu ini untuk kelangsungan hidup ber-bangsa dan bernegara? Keserasian hidup dalam kehidupan berbangsa dan bernegara antara para petinggi negara dari pusat sampai daerah bersama rakyatnya adalah anugerah Tuhan yang layak kita upayakan. Bangsa ini membutuhkan pejabat negara maupun warga negara yang bermartabat. Kehidupan bersama setelah pemilu harus diarahkan pada upaya Persatuan Indonesia. Salam Persatuan Indonesia dalam bingkai Pancasila harus digemakan dalam rangka menyelamatkan Indonesia yang sangat kaya akan kemajemukan. “Janganlah pernah menaruh benci kepada sesamamu, apa pun juga kesalahannya, dan jangan berbuat apa-apa terpengaruh oleh nafsu. Kecongkakan dibenci oleh Tuhan maupun manusia, dan bagi kedua-duanya kelaliman adalah salah” (Putra Sirakh 10:1-8). Pemerintahan yang akan datang perlu didukung dengan hati dan cinta, bukan dengan kelaliman, apalagi dengan wibawa uang. Perbedaan pendapat selama proses demokrasi dalam pemilu perlu ditempatkan dalam kerangka peziarahan menuju keindahan berbangsa. Setelah pemilu, segala bentuk perpecahan dan pengkotak-kotakan harus dicairkan kembali. Umat Katolik KAS perlu menjadi teladan sebagai negarawan yang aktif dalam pemerintahan dan kehidupan di tengah masyarakat dalam upaya memaknai Persatuan Indonesia dengan mengupayakan Persaudaraan Sejati

Kaum Muda, Remaja, Ibu – Bapak dan Saudari-saudara, para imam dan biarawan-biarawati, serta segenap umat Katolik di Keuskupan Agung Semarang yang saya kasihi,
Sikap negarawan macam apa yang layak dipupuk dan disuburkan di tanah air ini? Berikanlah kepada negara apa yang wajib kamu berikan kepada negara, dan kepada Allah apa yang wajib kamu berikan kepada Allah. Kita rakyat Indonesia dipanggil untuk kemerdekaan, mari saling membantu dan melayani satu sama lain, menghadirkan damai sejahtera dalam cinta kasih. Dengan berbuat baik kita dapat membungkam kepicikan orang-orang yang berpikiran bodoh. Hidup sebagai orang merdeka tidak lagi menyelubungi kejahatan-kejahatan kaum perancang dosa yang merusak bangsa, tetapi hidup sebagai hamba Allah yang saling menghormati, mengasihi saudari-saudaranya, setia kepada kebenaran dan mendukung setiap rancangan yang benar-benar baik. Merdeka berarti tak lagi “menghamba”, “memperhamba”, melainkan bersatu, bersahabat, bersaudara dengan semua warga negara.

Anggota Legislatif terpilih dalam pemilu tahun ini saya ingatkan akan panggilan dan perutusan yang melekat pada pribadi Anda sebagai murid Kristus yang dipanggil untuk mewartakan Kabar Kebenaran dan keselamatan sebagai wakil rakyat. Wakil rakyat wajib mendalami Ajaran Sosial Gereja agar setiap ide-idenya mengarah pada upaya menyuburkan peradaban kasih. Menyuburkan peradaban kasih dalam hidup berbangsa tidak cukup hanya dengan “urun angan”, namun dibutuhkan kehadiran setiap anak bangsa yang siap “turun tangan” mendampingi dan memperjuangkan hadirnya Kerajaan Allah agar semakin signifikan dan relevan di tengah bangsa.

Menjadi 100% beriman Katolik yang mendalam dan tangguh, serta menjadi 100% negarawan yang mencintai tanah air merupakan cita-cita dari seorang negarawan. Pahlawan Nasional kita, Rama Kanjeng Soegijapranata, SJ pada waktu menggemakan cita-cita dan “mimpi” tersebut berharap agar jangan sampai terjadi dikotomi antara hidup beriman dan hidup berbangsa. Hidup beriman semestinya akan semakin memperkuat kehidupan berbangsa, dan sebaliknya kehidupan berbangsa semakin mewujudnya¬takan kehidupan iman. Cita-cita dan “mimpi” ini tentulah tidak akan menjadi matang dalam waktu sekejap. Menjadi negarawan Katolik yang matang membutuhkan waktu dan pengolahan yang panjang. Saya berharap, agar kelompok-kelompok yang mendampingi Generasi Muda agar menekankan pendampingan untuk menumbuhkembangkan negarawan Katolik sejati.

Saya mempunyai harapan, Sekolah-sekolah Katolik meninjau kembali model pendidikan Pramuka dengan mengamalkan Tri Satya dan Dasa Dharma Pramuka, agar bisa menjadi “rumah” atau Gugus depan untuk pembentukan karakter bangsa yang berprestasi, melatih anggota untuk meraih keberhasilan melalui kerja keras secara cerdas dan ikhlas. Melalui kegiatan Kepramukaan dan model pembinaan yang dikoordinasi dengan baik, remaja dan kaum muda dapat meningkatkan semangat bela Negara, memantapkan tekad sebagai patriot pembangunan yang berani dan bisa mengutamakan kepentingan Bangsa dan Negara di atas segalanya.

Semua Lembaga Pendidikan Katolik dari PAUD sampai Perguruan Tinggi, Kelompok-kelompok Kaderisasi yang berada di KAS saya harapkan menjadi lembaga atau kelompok yang melahirkan negarawan sejati. Pengurus Dewan Paroki diharapkan merancang dinamika kehidupan dan aktivitas paroki dengan memperhatikan fokus pastoral yang telah dirumuskan dalam ARDAS KAS 2011-2015 dengan memberi tekanan pada Formatio Iman Berjenjang sehingga terwujud umat Katolik yang Cerdas – Tangguh dan Misioner (CTM). Kaderisasi bagi Remaja dan Kaum Muda secara terencana paling tidak dibuat satu tahun sekali dengan mengembangkan jejaring dengan kelompok penyelenggara Kederisasi serta dengan Rumpun Kaderisasi DKP yang terdiri dari Komisi Pendidikan (Komdik), Komisi Kepemudaan (K3AS), Komisi Karya Kemahasiswaan (Kokerma), Komisi Karya Misioner (KKM) dan Komisi Keluarga (Komkel).

Para Imam dan Calon Imam serta biarawan-biarawati diharapkan memberikan dukungan nyata dalam kerasulan doa dan keterlibatan bagi keperluan masyarakat dan bangsa. Perhatian nyata untuk kaderisasi bagi remaja dan kaum muda serta dukungan bagi para aktifis Sospolmas yang memfokuskan formatio iman dan militansi iman Katolik, supaya diwujudkan dengan sinergis.

Pada tanggal 24-26 Oktober 2014, DKP akan menyelenggarakan Kongres Persaudaraan Sejati di Komleks Misi Muntilan untuk merajut persaudaraan sejati lintas agama dan lintas iman yang dimotori oleh orang-orang muda dalam koordinasi Komisi HAK. Semoga persaudaraan sejati dan kehidupan bersama yang dilandasi oleh iman kepercayaan Katolik dan penghargaan akan pluralitas, terwujud senyara nyata di wilayah KAS sebagai buah-buah kemerdekaan.

Melalui momentum syukur kemerdekaan RI ke-69 ini, mari kita melakukan segala yang baik dalam setiap perkara. Mari bergandeng tangan dengan semua lembaga ma
upun komponen masyarakat yang ada untuk mengisi kemerdekaan Indonesia. Salam MERDEKA dan Salam Persatuan demi Persaudaraan Sejati di Bumi Pertiwi Indonesia.

Semarang, 12 Agustus 2014
Salam, doa dan Berkah Dalem

† Johannes Pujasumarta
Uskup Keuskupan Agung Semarang