dibacakan pada hari Sabtu-Minggu, 15-16 Oktober 2011

“Kamu harus memberi mereka makan” (Mat 14:16)

Saudari-saudaraku yang terkasih,

Dalam perjalanan pastoral di wilayah Keuskupan Agung Semarang saya menyaksikan di banyak tempat tanah kering, daun-daun meranggas karena kemarau panjang. Di wilayah pantai utara maupun selatan Jawa Tengah telah dirasakan kesulitan mendapatkan air. Di daerah pedalaman Yogyakarta-Surakarta tanah sawah menjadi kering kerontang. Keadaantersebut menjadi keprihatinan para petani, yang merupakan sebagian besar masyarakat kita.  Dengan rasa prihatin disampaikan oleh wakil umat, bahwa dua tahun terakhir ini gagal panen, karena ada serangan wereng. Gagal panen tentu dapat berdampak pada kesulitan memenuhi kebutuhan pangan.

Keprihatinan tersebut mengantar kita ke Somalia, negeri di pantai barat benua Afrika yang dikabarkan sekarang ini sedang mengalami krisis pangan secara telak. Akibatnya, kelaparan diperkirakan akan menyebar di seluruh  daerah selatan dalam beberapa bulan mendatang. Krisis di Somalia selatan ini diperkirakan akan memburuk selama bulan-bulan mendatang yang mengarah pada bencana kelaparan.

Diberitakan,  bahwa lebih dari satu miliar warga dunia, atau seperenam dari populasi dunia, menderita kelaparan (http://dunia.vivanews.com/news/read/68402-fao__1_miliar_penduduk_dunia_kelaparan). Jumlah tersebut merupa-kan rekor sejarah dan kemungkinan diperparah oleh krisis ekonomi global yang menyebabkan tingginya harga bahan pangan. Negara-negara miskin memerlukan peningkatan pertanian dan bantuan untuk mengatasi masalah kelaparan ini. “Krisis kelaparan yang diam-diam telah melanda seperenam jumlah manusia di dunia ini mengandung risiko serius bagi keamanan dan perdamaian dunia,” kata Jacques Diouf, Direktur Jenderal FAO (“Food and Agriculture Organization” atau “Organisasi Pangan dan Pertanian”, organisasi di bawah naungan Perserikatan Bangsa-Bangsa, PBB).

Pada laporan yang disampaikan oleh Perkumpulan Sekretariat Pelayanan Tani dan Nelayan Hari Pangan Sedunia (SPTN HPS) ditampilkan data sbb., “Salah satu permasalahan dan tantangan besar yang dihadapi bangsa Indonesia saat ini adalah masih tingginya angka kemiskinan yang tercatat pada tahun 2009 sebesar 37.168.300 (14.15 %) dari total penduduk Indonesia. Dari data tersebut sebesar 23.609 juta orang tinggal di desa, di mana lebih dari separuhnya bekerja di sector pertanian.” (Lih. Rencana Strategis SPTN HPS 2011-2016, hal. 1)

Berbicara tentang data kemiskinan pada tingkat global maupun nasional tidak hanya berbicara tentang angka dalam jumlah besar yang membuat kita terpana, tetapi mengajak kita untuk bersentuhan dengan orang miskin. yang lapar dan haus, yang ada di sekitar kita.  Sentuhan pribadi dengan mereka yang lapar dan haus hendaknya membuat hati kita tergerak, sebagaimana Tuhan juga tergerak hati-Nya oleh belaskasih melihat banyak orang lapar dan haus, sampai keluar kata-kata mendesak dari mulut-Nya, “Kamu harus memberi mereka makan!” (Mat14:16).

Kata-kata Tuhan itulah yang dijadikan tema peringatan Hari Pangan Sedunia yang diprakarsai Gereja Katolik Indonesia tahun 2011: “Kamu harus memberi mereka makan!” dalam kerangka tema HPS 2010-2012: “Menyelamatkan Pangan Untuk Semua”.

Saudari-saudaraku yang terkasih,

Di kalangan bangsa burung ada kisah tentang keluarga burung Pelikan di hutan yang subur. Konon, ketika musim kemarau tiba, kekeringanlah terjadi.  Makhluk-makhluk hutan menderita, tidak terkecuali keluarga burung Pelikan. Bencana kelaparan melanda hutan tersebut. Induk Pelikan tidak diam saja menyaksikan anak-anaknya hampir mati kelaparan dan kehausan. Ada suara lirih namun jelas terdengar oleh Induk Pelikan, “Kamu harus memberi mereka makan!” Namun, tidak tersedia makan dan minum lagi untuk mereka. Induk Pelikan tidak kehilangan akal. Ia sorongkan temboloknya, seakan berkata kepada anak-anaknya, “Makanlah tubuhku, minumlah darahku!” Kalau induk Pelikan saja mendengar suara tersebut dan bertindak menurut suara itu, agar anak-anaknya selamat, tentu kita manusia, perempuan dan laki-laki, yang diciptakan menurut gambar dan rupa Allah akan mampu bertindak secara betanggungjawab,  ketika mendengar suara Tuhan, “Kamu harus memberi mereka makan!”

Tuhan tidak hanya memberi perintah, tetapi Ia sendiri bertindak seperti Induk Pelikan itu, memberikan tubuh-Nya  menjadi roti kehidupan, dan darah-Nya menjadi minuman rohani. Karena diteguhkan oleh tindakan-Nya, marilah kita bersama, bergotong royong, melakukan perintah-Nya, “Kamu harus memberi mereka makan!” Mereka itu bukan angka yang tercantum pada data statistik, tetapi mereka itu adalah saudari-saudara kita yang lapar dan haus, yang memerlukan uluran tangan dan kerelaan hati kita.

Saudari-saudaraku yang terkasih,

Bergotong-royong membangun kedaulatan pangan dengan strategi pengembangan pola hidup lestari merupakan keniscayaan bagi kita untuk membangun masa depan yang adil dan damai. Keterlibatan generasi muda petani merupakan faktor menentukan yang harus kita lakukan sekarang ini untuk mengolah tanah dan air secara cerdas dan bertanggungjawab, melestarikan keutuhan ciptaan.Saya mengajak semua pihak: anak, remaja, orang muda, keluarga maupun komunitas religius, lembaga-lembaga pendidikan formal maupun non formal, lembaga-lembaga pemerintah dan swadaya masyarakat untuk mewujudkan jiwa gotong-royong pada zaman sekarang ini, ketika kita berada dalam kesulitan. Janganlah kita sampai tega tidur nyenyak sementara terdengar rintihan anak tetangga kita yang lapar dan haus karena seharian belum makan dan minum. Dalam peristiwa semacam itu suara Tuhan terdengar semakin nyaring, “Kamu harus memberi mereka makan!”

Allah yang telah memulai pekerjaan-pekerjaan baik di antara kita akan menyelesaikannya (bdk. Flp 1:6).

 

Salam, doa dan Berkah Dalem,
Semarang, 25 September 2011

 

+ Johannes Pujasumarta
Uskup Keuskupan Agung Semarang