Dibacakan/diterangkan pada hari Sabtu-Minggu,16 – 17 Januari 2016
“Menghadirkan Gereja Yang Inklusif, Inovatif dan Transformatif Melalui Dialog Ekumenis dan Interreligius”
Saudari-saudaraku yang terkasih,
Seraya mengenang mendiang Mgr. Johannes Pujasumarta, Bapak Uskup Agung kita yang berpulang ke rumah Bapa, 10 November 2015 yang lalu, kita kembali memasuki Pekan Doa Sedunia (PDS) untuk Kesatuan Umat Kristiani yang setiap tahun kita laksanakan pada tanggal 18-25 Januari. Kita berdoa agar Keuskupan Agung Semarang dianugerahi Uskup yang baru yang akan menggembalakan kita semua.
Tema Pekan Doa Sedunia kali ini diolah berdasarkan kutipan dari surat pertama St. Petrus “Panggilan untuk Mewartakan Perbuatan-Perbuatan Tuhan yang Besar” (bdk. 1 Petrus 2:9). Dengan tema itu, kita diajak untuk mewartakan bahwa persatuan dan persaudaraan para murid Kristus adalah karya agung Tuhan sendiri. Yesus sendiri berdoa agar para murid-Nya bersatu, sama seperti Yesus Kristus bersatu dengan Bapa, sehingga dunia percaya bahwa Kristus adalah utusan Bapa (lih. Yoh 17:20-23).
Tema Pekan Doa Sedunia tahun 2016 dirumuskan dan dipersiapkan dalam pertemuan di Riga, Latvia. Riga adalah ibu kota Latvia, sebuah negara bekas Uni Soviet yang berada di Laut Baltik, antara Lithuania dan Estonia. Sebagai negara bekas komunisme, umat dan masyarakatnya masih mengalami trauma-trauma penderitaan akibat perpecahan. Syukur kepada Allah, dalam situasi yang pedih dan pahit itu, umat Kristiani dari berbagai denominasi di sana dapat hidup rukun bersatu. Mereka memiliki kebiasaan berdoa bersama dalam suasana penuh persahabatan.
Berangkat dari pengalaman tersebut, selama Pekan Doa Sedunia, kita diajak mewartakan perbuatan-perbuatan besar yang dikerjakan Tuhan dalam rangka persatuan dan persaudaraan sejati di antara kita. Disadari dengan rendah hati dan jujur bahwa perpecahan di antara umat Kristiani merupakan halangan bagi pewartaan sukacita Injil. Dunia tidak bisa percaya bahwa kita adalah murid-murid Kristus bila kita tidak bisa saling mengasihi dan terjebak dalam perpecahan dan pertikaian.
Saudari-saudara yang terkasih,
Kita semua, Umat Allah Keuskupan Agung Semarang bersyukur, pada tahun 2016 ini memiliki Rencana Induk Keuskupan Agung Semarang (RIKAS) yang akan berlaku hingga tahun 2035. RIKAS 2016-2035 mengajak kita semua berusaha “Mewujudkan Peradaban Kasih dalam Masyarakat Indonesia yang Sejahtera, Bermartabat dan Beriman”. Dalam lima tahun pertama sebagai Arah Dasar ke–7 tahun 2016-2020, kita hayati dan wujudkan jatidiri “Gereja yang Inklusif, Inovatif dan Transformatif”. Kita dipanggil menghayati jatidiri sebagai warga Gereja yang ngrengkuh – dan bekerjasama dengan semua orang, terus menerus membarui diri dan berdaya ubah.
Kita juga bersyukur sebab dalam tujuh tahun terakhir, telah memberi perhatian untuk Pekan Doa Sedunia sebagai gerakan bersama. Kevikepan-Kevikepan di Keuskupan Agung Semarang telah memberi perhatian dengan menyelenggarakan Ibadat Ekumene bersama dalam rangka Pekan Doa Sedunia, selain Ibadat Ekumene dalam rangka Natal dan Paskah. Paroki-paroki dan komunitas-komunitas, mendaraskan doa untuk kesatuan umat Kristiani dan merenungkan tema-tema harian selama satu pekan sebagaimana dipersiapkan oleh Komisi HAK KAS. Syukur kepada Allah, sejak tahun 2010 diterbitkan dan dibagikan brosur Pekan Doa Sedunia ke paroki-paroki dan komunitas-komunitas se-Keuskupan sebagai bahan doa dan renungan harian selama Pekan Doa Sedunia berlangsung. Sejak tahun 2011, Bapa Uskup telah menetapkan salah satu hari Minggu dalam Pekan Doa Sedunia sebagai Hari Minggu HAK KAS dan seiring dengan itu disampaikan kepada kita Surat Gembala Hari Minggu HAK. Hal-hal ini selayaknya disyukuri dan diwartakan sebagai karya-karya agung Tuhan dalam rangka menghadirkan Gereja yang semakin signifikan dan relevan.
Saudari-saudaraku yang terkasih,
Sesuai dengan ARDAS KAS 2016-2020, mari kita hayati Pekan Doa Sedunia dan Hari Minggu Hubungan Antaragama dan Kepercayaan sebagai upaya menghadirkan Gereja yang inklusif, inovatif dan transformatif. Kita diundang menanggapi fokus pastoral tahun 2016, agar semakin banyak imam, biarawati-biarawan, Dewan Paroki dan pengurus lingkungan terlibat dalam mewujudkan Gereja sebagai komunitas perjumpaan lintasiman dengan berbasis Lingkungan dan menghadirkan Wajah Kerahiman Allah dalam belarasa nyata. Kiranya baik agar ke depan, kegiatan-kegiatan yang bersifat ekumenis dan interreligius kian banyak diwujudkan sebagai program kerja di paroki-paroki serta komunitas. Misalnya, dalam rangka HUT atau Pesta Nama Paroki, atau peringatan hari nasional, selain perayaan liturgis, juga diselenggarakan perayaan yang bersifat kemasyarakatan-kultural, umpamanya dengan mengadakan selamatan atau kendurèn yang melibatkan masyarakat secara lintas agama, pentas budaya, serta semarak kegiatan pemberdayaan yang melibatkan dan bekerjasama dengan warga serta pemerintah daerah / kota hingga desa setempat untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat.
Bersama Paus Fransiskus dalam rangka Tahun Jubileum Kerahiman Allah dalam Bulla “Misericordiae Vultus” (MV, 11 April 2015), kita percaya bahwa “kerahiman Allah ini akan menumbuhkan sebuah perjumpaan dengan agama-agama lain dan dengan tradisi-tradisi agama mulia lainnya; semoga ini membuka kita untuk lebih kuat berdialog sehingga kita bisa saling mengenal dan memahami dengan lebih baik; semoga ini menghilangkan segala bentuk ketertutupan pikiran dan ketidakhormatan, dan mengusir setiap bentuk kekerasan dan diskriminasi” (MV 23).
Saudari-saudaraku yang terkasih,
Salah satu tema harian Pekan Doa Sedunia 2016 mengajak kita membangun kehidupan beriman yang bermartabat melalui kata-kata kita sebagai wujud penghayatan martabat imami kita (hari ke-4). Kata-kata kita adalah cermin martabat pribadi sebagai murid-murid Kristus. Paus Fransiskus menulis, “Berapa banyak kata-kata membahayakan diucapkan ketika orang termotivasi oleh rasa cemburu dan iri hati. Menjelekkan orang lain menempatkan mereka dalam terang yang buruk merusak reputasi orang lain dan menjadikan mereka mangsa keinginan bergosip” (MV 14). Kita dipanggil menggunakan kata-kata yang kita ucapkan untuk membangun daripada menghancurkan, merukunkan daripada memecahbelah, mengampuni daripada menghakimi.
Terima kasih kepada saudari-saudara, kaum muda-Remaja, biarawati-biarawan, komunitas dan aneka paguyuban, serta para imam yang telah memanfaatkan bahan renungan dan doa yang ditawarkan dalam rangka semakin mewujudkan doa Yesus agar kita semua bersatu dan menghadirkan Gereja yang menyapa. Segala upaya itu menjadi jawaban bahwa “bangsa-bangsa akan melihat kebenaranmu, dan semua raja akan melihat kemuliaanmu” (Yes 62: 1-5 bacaan 1) Dengan demikian persatuan umat Kristiani semakin nyata karena “ada rupa-rupa karunia tetapi hanya ada satu Roh. Dan ada rupa-rupa pelayanan, tetapi hanya satu Tuhan. Dan ada berbagai-bagai perbuatan ajaib, tetapi Allah adalah satu, yang mengerjakan semuanya dalam semua orang” (1 Kor 12:4-11, bacaan II). Kita terus menerus perlu mengisi penuh tempayan-tempayan air kita, agar Tuhan mencukupkan keperluan bersama dalam semangat sosial dan belarasa, hingga kita melalukan apa yang Tuhan Yesus katakan sebagaimana perintah Bunda Maria kepada para pelayan, seperti inspirasi bacaan Injil hari ini (Yoh. 2:1-11).
Salam, doa dan Berkah Dalem,
Semarang, HR Santa Perawan Maria Dikandung Tanpa Noda,
Pembukaan Tahun Jubileum Kerahiman Allah dan Promulgasi RIKAS,
8 Desember 2015
FX. Sukendar Wignyosumarta, Pr
Administrator Diosesan KAS