Dibacakan pada hari Sabtu-Minggu, 18-19 Januari 2014
“Merajut Persaudaraan Sejati Lintasiman,
Menghadirkan Kasih Tuhan!”
Saudari-saudaraku yang terkasih,
Kembali kita memasuki Pekan Doa Sedunia (PDS) untuk Kesatuan Umat Kristiani yang setiap tahun kita laksanakan pada tanggal 18-25 Januari. Bersama seluruh Umat Kristiani seluruh dunia, kita berdoa untuk Kesatuan Umat Kristiani. Kerja sama antara Dewan Kepausan untuk Kesatuan Umat Kristiani (Gereja Kristen Katolik Roma di Vatikan) dan Komisi Iman dan Hukum Dewan Gereja-Gereja Sedunia (Gereja Kristen Protestan di Geneva) selalu mempersiapkan tema PDS ini. Tema PDS kali ini dikutip dari Surat St. Paulus kepada Jemaat di Korintus, “Adakah Kristus Terbagi-bagi?” (1Kor 1:13). Dengan tema itu, kita diajak merajut persaudaraan sejati antarumat Kristiani yang sama-sama mengimani Kristus yang satu dan sama.
Dalam tiga tahun terakhir, telah disampaikan Surat Gembala dalam rangka Hari Minggu HAK KAS sebagai wujud penghayatan dan pelaksanaan amanat Tuhan Yesus Kristus, Sang Gembala Utama, yang telah berdoa bagi kita semua. Menjelang penderitaan dan wafat-Nya, Tuhan Yesus Kristus telah berdoa bagi kita semua para murid-Nya – dan domba-domba-Nya – agar tetap bersatu. Yesus berdoa bagi kita semua saat berseru, “Ya Bapa, semoga mereka semua menjadi satu sehingga dunia percaya” (Yoh 17:21).
Kita merajut persaudaraan sejati lintasiman, baik dengan Umat Kristen lainnya melalui gerakan dialog dan kerja sama ekumenis, maupun dengan Umat non-Kristen, yakni agama-agama lain (Islam, Hindu, Budha, Konghucu) dan aliran Kepercayaan yang ada di sekitar kita melalui gerakan dialog dan kerja sama interreligius.
Saudari-saudaraku yang terkasih,
Pada tahun 2014 ini, Road map Arah Dasar Umat Allah Keuskupan Agung Semarang (Ardas KAS) mengajak kita semua untuk menjadikan gerakan dialog lintasiman dan ekumene sebagai salah satu fokus pastoral. Dalam rangka pengembangan iman yang mendalam dan tangguh, kita memperhatikan dua sasaran pokok. Pertama, Umat Katolik semakin memiliki pandangan yang terbuka mengenai pluralitas iman. Kedua, kita mewujudkan persaudaraan sejati lintasiman.
Sebagai orang Katolik, kita hidup dalam kebersamaan dan keberagaman dengan banyak orang lain yang mempunyai iman, agama dan keyakinan yang berbeda. Itulah sebabnya, kita mesti terbuka mengenai kenyataan ini dan berupaya sekuat tenaga untuk membangun dialog dan kerja sama demi terwujudnya persaudaraan sejati, sebab semua orang telah ditebus oleh “Sang Anak Domba Allah, yang menghapus dosa dunia” (Yoh 1:29, bacaan Injil). Gerakan dialog dan kerja sama itu bisa berupa gerakan spiritual melalui ibadat dan doa bersama, kerja sama yang bersifat sosial melalui karya kehidupan, kesenian dan kebudayaan. Paroki-paroki didorong untuk mewujudkan dialog dan kerjasama dengan tokoh-tokoh agama lintasiman serta mewujudkan tindakan-tindakan sosial kemasyarakatan yang diprakarsai oleh Bidang Paguyuban dan Persaudaraan serta Bidang Pelayanan Kema¬sya¬rakatan melalui Tim Kerja HAK dan Tim Kerja Karya Kerasulan Kemasyarakatan.
Dalam Anjuran Apostoliknya terbaru, yang berjudul “Evangelii Gaudium” (Sukacita Injil) – diterbitkan pada tanggal 24 November 2013, Paus Fransiskus menegaskan pentingnya merajut persaudaraan sejati melalui dialog interreligius yang berbasis pada masalah-masalah kemanusiaan dan sosial atas dasar kebebasan beragama (EG 250-258).
Dialog interreligius dalam rangka persaudaraan sejati merupakan hal yang penting untuk perdamaian dunia. Ini merupakan tugas Umat Kristiani dan semua umat beragama lain. Dialog dan kerja sama itu pada tempat pertama dapat kita lakukan melalui percakapan tentang keberadaan kita sebagai manusia. Kita perlu terbuka terhadap sesama, berbagi kegembiraan dan kesedihan bersama. Kita merajut kerja sama, mulai dari hal-hal yang bersifat praktis hingga membangun komitmen etis untuk mewujudkan situasi sosial yang baru dengan saling mendengarkan, memurnikan dan memperkaya dalam kasih dan kebenaran. Dialog dan kerja sama lintasiman dengan semua orang yang berkehendak baik selaras dengan tugas perutusan kita untuk mewartakan Sukacita Injil. Antara keduanya (dialog dan pewartaan Injil) tidak saling bertentangan, melainkan saling mendukung dan meneguhkan.
Dialog dan kerja sama dalam rangka merajut dan mewujudkan persaudaraan sejati berlaku untuk semua orang, apa pun iman dan agamanya. Paus Fransiskus mengingatkan agar kita menjunjung tinggi kebebasan beragama, dengan sikap penuh kasih dan hormat kepada umat lain yang berbeda dari kita.
Dialog dan kerja sama dalam rangka mewujudkan persaudaraan sejati tidak memberi tempat bagi sikap saling membedakan secara tidak adil (diskriminasi) dan kesewenang-wenangan yang memaksa dan menindas (otoritarianisme). Kita perlu membangun sikap menghargai pluralitas secara sehat dengan penuh kasih dan sikap hormat kepada siapa pun, tanpa pandang bulu. Kita semua, umat beriman, kaum intelektual, jurnalis, politisi dan para pemuka agama diundang untuk mewartakan perdamaian dan mewujudkan persaudaraan sejati tanpa kenal lelah.
Dalam rangka mewujudkan persaudaraan sejati, kita mulai dari isu-isu sosial tertentu yang menjadi perhatian bersama untuk membangun masa depan kemanusiaan yang adil, damai dan sejahtera. Surat gembala para Bapa Uskup melalui KWI – November 2013 mengajak kita untuk menjadi pembela kehidupan dan melawan penyalahgunaan NARKOBA. Upaya merawat korban penyalah¬gunaan narkoba dengan mengusahakan rehabilitasi, daripada dijebloskan dalam penjara, merupakan pilihan bertindak yang dapat dilaksanakan sebagai pertolongan nyata, dilaksanakan tanpa memandang agama dan kepercayaan. Mereka yang dalam penjara perlu mendapat perhatian dan kunjungan yang menyembuhkan. Sukacita Injil harus terus diwujudkan melalui kehidupan sosial dan Umat Kristiani didorong mewujudkannya melalui perkataan, perilaku dan tindakan yang baik.
Saudari-saudaraku yang terkasih,
Terima kasih kepada Saudari-saudara, seluruh umat, Biarawan-Biarawati, Komunitas-Komunitas Kristiani, dan para Imam yang pada rentang Pekan Doa Sedunia memanfaatkan bahan-bahan renungan dan doa-doa yang ditawarkan. Dengan cara demikian kita semakin menghayati dan mewujudkan harapan Tuhan merajut persatuan dan kesatuan di antara umat beriman Kristiani serta menghadirkan persaudaraan sejati dalam berbagai bentuk. Semoga upaya merajut persaudaraan sejati lintasiman menggenapi nubuat Yesaya, “menjadi terang bagi bangsa-bangsa supaya keselamatan yang dari pada-Nya sampai ke ujung bumi” (bdk. Yes 49:6, bacaan I). Kita merajut persaudaraan sejati lintasiman sebagai orang-orang “yang telah dipanggil menjadi orang-orang kudus, dengan semua orang di segala tempat… untuk menghadirkan kasih karunia Tuhan” (bdk. 1Kor 1:2, bacaan II).
Salam, doa dan Berkah Dalem,
Semarang, Hari Raya SP Maria Dikandung Tanpa Noda, 7 Des 2013
+ Johannes Pujasumarta
Uskup Keuskupan Agung Semarang