Sumur Kitiran Mas ini adalah tempat ziarah untuk umat katolik yang terletak di gereja Maria Assumpta Pakem yang berada di Kecamatan Pakem, Sleman, Yogyakarta. Seiring berjalannya waktu gereja ini berkembang dan terus berkembang sehingga gereja ini bisa di jadikan tempat ziarah Nasional bagi umat katolik, dan juga menjadi Internasional. Pada hari Sabtu dan Minggu atau setiap hari umat selalu berbondong-bondong mengunjungi tempat tersebut, di situ mereka berdoa dan berpasrah diri di tepi sumur dan di depan Bunda Maria. Untuk datang ketempat tersebut tidak begitu sulit karena kendaraan apa saja bisa sampai ke tempat tersebut, karena letak Sumur Kitiran Mas ini persis di persilangan jalur wisata Yogya-Kaliurang dan juga Borobudur dan Prambanan, tepat dalam sebuah gereja, sekitar 100 meter sejarah Sumur Kitiran Mas ini terletak tepat depan Kantor Kecamatan Pakem yang lama. Tempat ini berada pada Km 17 jalan Yogya-Kaliurang, di tepi sebelah kiri. Disitu sudah ada tulisan dengan menggunakan papan yang besar dan juga di sertai dengan tanda anak panah menuju ke arah Tempat Ziarah Sumur Kitiran Mas. Memang jika kita liat dari luar hanya tampak seperti gereja biasa, tapi jika kita masuk kedalam gereja tersebut dapat kita liat tempat ziarah berada disayap utara altar gereja itu, dan sedangkan tempat yang di gunakan untuk berdoa berada pada gedung serbaguna sayap utara gereja induk, persis di sebelah selatan gedung Sunya Desayang bertingkat dua tersebut. Sedangkan Sumur Kitiran Mas berada tepat di depan altar Bunda Maria. Umat yang berada di sekitar gereja tersebut menandai sumur yang di temukan lewat pertolongan dari Bunda Maria dan di berikan nama Sumur Kitiran Mas. Bunda Maria sebagai pelindung dan pemilik sumur tersebut dan di berikan nama Sumur Kitiran Kecana. Dari Sumur Kitiran Mas ini para peziarah mengambil air dan juga meminum air tersebut dan memohon agar umat dapat merasakan air kehidupan yang berguna untuk hidup rohani dan juga jasmani. Dapat kita liat betapa berharganya tempat tersebut atau objek religi tersebut maka tulisan ini mengajak kita agar kita dapat mengetahui mengenai sejarah awal mulanya Sumur Kitiran Mas ini dibangun dan di dirikannya, perkembangan Sumur Kitiran Mas sebagai tempat peziarahan dan juga perembangan Sumur Kitiran Mas sebagai objek wisata religi. Dengan Demikian artikel ini ditulis agar kita mengetahui bagaimana awalnya sumur ini ada dan adanya sejarah dalam sebuah gereja ini sehingga menjadi berkembang pesat dan para ziarah yang tiap hari mendatangi tempat tersebut untuk menyerahkan dirinya kepada Tuhan dan juga Bunda Maria.

Keberadaan Sumur Kitiran Mas ini mempunyai sejarah yang panjang. Penyebaran agama Katolik di daerah Pakem pertama kali di lakukan oleh Romo P. Van Driesche, SJ dari tahun 1922-1926. Romo tersebut mendapatkan bantuan dari Romo Ignatius Suro Brotoatmaja dan oleh Romo Antonius Sandimin Martosudarmo dari dusun pojok, dan Bapak Partodarsono dari Dusun Dero, sedangkan orang yang pertama kali menjadi orang katolik di pakem lainnya adalah Iskak Sastrowardoyo dari dusun Dero, Partodarsono juga dari dusun Dero, Ranupratomo dari dusun Paraksari, Projosampurno dari Blembem Lor, Kertodijoyo dari Mangunan dan Sidik dari dusun Dero. Pada Tanggal 25 November 1956 Mgr. Albertus Soegiyapranoto SJ memberkati gereja Pakem tersebut, dan mulai Tanggal 1 Agustus 1957 paroki pakem sudah berjalan dengan mandiri. Yang membuat lebih menarik adalah adanya kebiasaan masyarakat di sekitar berdevosi kepada Bunda Maria, sehingga dusun seperti Tebonan, Dero memiliki gua Maria untuk melakukan doa bersama di tempat tersebut. Kedekatan Umat Pakem kepada Bunda Maria inilah yang mendorong mereka untuk memerlukan tempat khusus untuk di gunakan umat untuk berdoa kepada Bunda Maria. Penemuan sumur yang kemudian di jadikan tempat ziarah ini merupakan puncak dari upaya peziarah yang terus berdatangan sehingga membuat berkembangnya Sumur Kitiran Mas tersebut, dengan penuh pencarian dan juga pengharapan. Tanpa upaya tersebut sumur ini tidak mungkin ada di dalam gereja Pakem tersebut sebagai satu-satunya yang berada di Indonesia, berdasarkan buku tamu dan juru kunci yaitu Bapak Alip Purwoko dan Mas supono, selama enam bulan setelah di buka ternyata telah ada 3630 kelompok atau rombongan yang datang ketempat ziarah tersebut. Walaupun di buka setiap hari , tetapi jam ziarah juga di batasi yaitu dari jam 06:00 pagi sampai jam 06:00 sore, yang datang bukan hanya dari sekitar tapi juga ada yang datang dari kota besar di Jawa dari ujung Timur, seperti halnya Malang, Surabaya, dan juga sampai Jakarta, Bogor, Tangerang, Ciamis dan juga Pelabuhan Baru mereka berbodong-bondong datang ke tempat ziarah Sumur Kitiran Mas. Ada pula yang datang dari luar Jawa misalnya Denpasar, Kalimantan Timur, Kalimantan Tengah, Batam, Sulawesi Utara. Bitung, Singkawang, Lampung, Sumatera Selatan (Palembang) dan juga Medan. Tempat Ziarah Sumur Kitiran Mas ini merupakan tempat ziarah yang paling lengkap sejarah pembentukannya bahkan juga sudah diterbitkan dalam tiga buku oleh seorang budayawan, Dr. Sindhunata, tempat ziarah ini juga mudah di jangkau karena letak nya berada di persimpangan jalur wisata Borobudur Prambanan dan juga Yogya-Kaliurang. Oleh karena itu tidak mengherankan Sumur ini di kenal di dunia internasional. Hal ini juga dapat kita liat dari buku tamu bahwa ada rombongan peziarah dari negara Amerika Serikat, Australia, Negeri Belanda, Slovenia dan juga Greenville. Para ziarah itu, baik para peziarah domestik maupun juga yang berasal dari luar.

Sebelum Sumur Kitiran Mas ini didirikan, umat katolik di Pakem mulai melakukan ziarah mencari tujuh kembang dan tujuh mata air. Peziarahan ini di lakukan pada tengah malam. Setelah itu di gelar doa Novena di hadapan patung Bunda Maria yang ada di gereja. Dan pada malam itu di kaki Bunda Maria di temukan sumber mata air, sejak itu sumur ini menjadi tempat peziarahan, tak hanya umat katolik tapi juga umat lainnya, dan tempat ini juga mendatangkan kesembuhan dan pemulihan, sempat ini mengalami surut, tapi masih berkembang dan menjadi objek wisata religi di Sleman.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *