Shelter St. Rafael merupakan shelter terpadu yang dikelola oleh Kevikepan Semarang untuk kepentingan isolasi mandiri (Isoman) para penyintas Covid-19 yang membutuhkan. Shelter St. Rafael ini beralamat di Rumah Retret Panti Samadi Nasareth Jl. Dr. Wahidin 110 G Semarang. Shelter St. Rafael dibentuk untuk menaggapi pandemi ini dengan menggunakan fasilitas wisma yang sudah ada.
Shelter St. Rafael memiliki 32 tempat tidur dengan fasilitas kamar mandi di dalam dan ruangan yang sehat untuk isolasi mandiri. Dalam rangka tanggap pandemi Covid 19 ini, Shelter St. Rafael diprioritaskan untuk warga setempat di sekitar lokasi dan untuk umat Katolik di paroki-paroki yang sangat membutuhkan tempat isolasi mandiri.
Shelter St. Rafael diprioritaskan untuk mereka yang berdomisili di Semarang, dan terkonfirmasi positif Covid-19 dengan menunjukkan hasil swab antigen atau PCR terkini, yang berasal dari Klinik, Laboratorium, Puskesmas, atau Rumah Sakit. Bagi yang akan melakukan isolasi mandiri di Shelter St. Rafael disyaratkan termasuk OTG (Orang Tanpa Gejala) atau gejala ringan dan usianya antara 17—60 tahun. Hal itu memang ditegaskan oleh tim dokter sebagai upaya syarat untuk membuka shelter isolasi mandiri terpadu.
Shelter St. Rafael dapat dikatakan shelter yang diinisiasi oleh kevikepan serta didukung oleh berbagai pihak terkait dan juga dukungan dari puskesmas serta otoritas pemerintahan setempat. Kevikepan Semarang dibawah kendali Romo Vikep, FX. Sugiyana, Pr, bekerjasama dengan RS Elisabeth, para psikolog dan berbagai pengusaha berusaha mengembangkan Shelter St. Rafael sebagai tempat isolasi mandiri yang terpadu.
Tidak jauh berbeda dengan shelter-shelter terpadu lainnya, Shelter St. Rafael mengembangkan pemantauan atau monitoring baik kesehatan dan kondisi psikologis para isoman dengan cara sederhana melalui google form, zoom meeting dan WA group se-efektif mungkin.
Salah satu yang diupayakan Shelter St. Rafael adalah melibatkan kaum muda (OMK) dan ormas Pemuda Katolik sebagai relawan untuk peduli dan terlibat serta tanggap situasi. Tentu, keterlibatan itu tetap berdasarkan protokol kesehatan dan syarat-syarat yang perlu diperhatikan.
Di Shelter St. Rafael, para isoman dinyatakan selesai, jika sekurang-kurangnya selama 10 (sepuluh) hari sejak pemeriksaan semenjak swab antigen atau PCR melakukan isolasi terpadu. Setelah selesai, para isoman akan mendapatkan surat telah menjalani isolasi mandiri terpadu di Shelter St. Rafael.
Diharapkan Shelter St. Rafael dapat menjadi salah satu upaya konkrit Gereja peduli dan tanggap atas situasi pandemi Covid 19. Kevikepan Semarang mencoba tanggap atas situasi pandemi Covid 19 tidaik hanya melalui Shelter St. Rafael ini saja, melainkan juga bentuk-bentuk kepedulian melalui pemberian multi vitamin bagi para umat yang melakukan isolasi mandiri di rumah.