Bersahabat, Terlibat, Menjadi Berkat adalah sebuah komitmen bagi peserta Jambore Nasional Sekami 2023. Melihat keseruan hari pertama, para peserta yang terbagi menjadi 3 medan semakin mengenal keluarga dan teman baru guna mempererat persaudaraan.
Sebagai sarana pembentukan iman dan semangat misioner, Rabu, 5 Juli 2023 – 08.15 WIB para peserta Jamnas Sekami mengikuti sesi Edukasi 1 yang mengusung thema “Aku bangga menjadi Anak Katolik.” Kegiatan ini berpusat di Gor Laudato Si, Seminari Menengah St. Petrus Canisius Mertoyudan, Magelang – Jawa Tengah. Tentunya masih diikuti oleh 35 Keuskupan yang ada di Indonesia.
Acara ini dibuka oleh tim kakak-kakak animator-animatris Jamnas Sekami 2023, Kak Grinpi dan Kak Ika. Sebelum sesi edukasi, para peserta diajak untuk bernyanyi dan bergoyang bersama. “Dengar Dia Panggil Nama Saya” adalah sebuah lagu yang mengawali kegiatan hari kedua ini. Dengan mendengar panggilan Tuhan, diharapkan anak dan remaja misioner semakin yakin tanpa keraguan dipanggil sebagai seorang Katolik.
Sebuah kejutan dari SD Kanisius Wanurejo, Borobudur membuat semua peserta Jamnas terpukau dengan pertunjukan yang mengawali sesi edukasi 1. Drama pendek yang dikemas menarik dengan tarian dan musik karawitan ini ternyata adalah sebuah konsep yang dirancang langsung oleh Kepala Sekolah SD Kanisius Boro, yaitu Bapak Paulus Damar Sandibrata. Diperankan oleh 45 orang siswa-siswi dibantu oleh para Guru, Orangtua dan relasi sekolah. “Isi dari pertunjukan ini sesuai dengan thema yaitu Aku Bangga Menjadi Anak Katolik. Terkait bagaimana sikap-sikap mereka dalam kehidupan sehari-hari sebagai anak-anak Katolik. Ada yang bangga, percaya diri, malu bahkan malas berkegiatan. Maka poin mendasar ini menjadi sebuah permasalahan yang diusung,” ungkap Bapak Kepala Sekolah yang juga ikut tampil.
Mgr. Antonius Subianto Bunjamin, OSC (Uskup Keuskupan Bandung) hadir sebagai narasumber pada sesi edukasi ini. “Mengapa kita bangga menjadi anak Katolik?” itulah sebuah pertanyaan yang ditujukan pada semua peserta Jamnas Sekami 2023. Dengan sebuah peneguhan batin, “Banggalah menjadi Katolik karena setelah dibaptis, kita sudah diangkat menjadi anak-anak Allah. Sekali dibaptis menjadi Katolik, jadi anak Katolik sampai mati.” tutur Bapa Uskup. Pernah menerima pertanyaan mengapa mau menjadi Katolik, dengan yakin “Ajaran kami sama, tapi satu yang berbeda. Katolik itu sistem nya satu, pimpinan satu, sakramen dimana-mana satu. Itulah yang membuat kita bangga” ungkapnya.
Pada sesi ini, moderator memberikan kesempatan bagi peserta Jamnas untuk bertanya. “Bagaimana tanggapan Bapa Uskup dengan orang Katolik yang belum percaya bahwa Hosti Kudus adalah Tubuh dan Darah Kristus?” ungkap Anastasia peserta Sekami dari Keuskupan Agung Medan. Mendengar hal tersebut Bapa Uskup terkejut dan menjawab “Kasian sekali, justru perayaan Ekaristi itulah sumber dan puncak iman Katolik. Kalau sumbernya saja kita tidak percaya, bagaimana? Kasian sekali. Percaya atau tidak percaya, Tubuh Kristus adalah tetap Tubuh Kristus. Tubuh Kristus tidak dipengaruhi kepercayaan seseorang. Begitu dikonsekrasikan oleh Imam, maka hosti berubah menjadi Tubuh Kristus.” Tutur Bapa Uskup.
Masih senada dengan pertanyaan pertama, Moses Ofando sekami dari Keuskupan Agung Merauke bertanya mengapa anak katolik membuat tanda salib takut-takut. Pertanyaan yang diutarakan memang sering terjadi dan Bapa Uskup memberikan solusi terbaik serta mengajak seluruh peserta untuk tidak takut lagi dalam membuat tanda salib sebagai tanda kemenangan Kristus. “Maka jangan pernah takut, mintalah berkat kepada Tuhan, Tuhan tahu jalan.”
Berbeda dengan dua pertanyaan sebelumnya, Cledy seorang peserta Sekami dari Keuskupan Amboina yang bercita-cita menjadi Pastor ini memberikan pertanyaan unik kepada Bapa Uskup. “Mgr, bagaimana sih caranya untuk menjadi seorang Pastor?” Seketika sorak sorai bahagia bersama tepuk tangan memenuhi ruangan. Bangga dengan pertanyaan Cledy, Bapa Uskup berkata “Mau jadi Pastor? luar biasa! Banyak berdoa sejak saat ini ya, rendah hati.” Peneguhan iman disampaikan pula oleh Bapa Uskup bahwa jikalau mau jadi Pastor atau mau jadi apapun, pertama-tama adalah menjadi seorang Katolik yang bangga.
Sebagai bentuk apresiasi, peserta yang bertanya mendapatkan hadiah berupa salib. Hadiah tersebut menjadi pengingat bagi mereka untuk selalu ingat akan Tuhan dan bangga menjadi anak Katolik. Hadiah tersebut diberikan langsung oleh Bapa Uskup. Mengakhiri sesi 1, SD Kanisius mempersembahkan tari gugur gunung dan mengajak semua yang hadir untuk menari bersama.