“Saya Katolik, Saya Katekis”
Sejak memasuki Tahun Iman 2012-2013 dan dilanjutkan dengan Tahun Formatio Iman tahun 2014, serta dilandasi pula dengan pengembangan iman yang mendalam dan tanguh dalam Arah Dasar Keuskupan Agung Semarang, ada pemikiran untuk memberi perhatian pada iman umat dan para pendampingnya.
Bersama alm. Bapak Uskup Mgr. J. Pujasumarta, Dewan Karya Pastoral, Komisi Kateketik menggagas sebuah pemikiran untuk memberi perhatian pada para katekis volunteer (sukarelawan) paroki yang telah berkarya bagi paroki dalam pendampingan iman umat, khususnya pendampingan para calon penerima sakramen inisiasi.
Atas peran serta katekis paroki yang begitu besar itu, diputuskan untuk dibuatkan Surat Keputusan dari Uskup Agung Semarang bagi para katekis inisiasi yang berkarya di paroki. Surat Keputusan berlaku untuk jangka waktu 5 (lima tahun). Maka pada tahun 2019 ini perlu ada pembaruan surat dan data untuk kepentingan periode penugasan katekis inisiasi tahun 2020 – 2024.
Maka pada hari minggu 20 Oktober 2019 di selenggarakan Wawan Hati Katekis Inisiasi se-Kesukupan Agung Semarang bersama Bapak Uskup Mgr. Robertus Rubiyatmoko bertempat di Sport Hall Laudato ‘Si Seminari Menengah Mertoyudan, Magelang.
Acara Wawan Hati ini di hadiri sekitar 1900 katekis dari Kevikepan Semarang, Kevikepan Kedu, Kevikepan Surakarta dan Kevikepan DI Yogyakarta.
Review Jajak Pendapat Motivasi Katekis
“Katekis merupakan orang-orang yang menyimpan kenangan terindah akan Allah”
Sesi yang pertama mereview jajak pendapat motivasi katekis yang di moderatori romo Agustinus Tejo Kusumantono, Pr. Romo Tejo menyampaikan, bahwa saat rekoleksi atau weekend para katekis diajak untuk menyimpan kenangan terindah akan kaih Allah. Terdapat dua dokumen yang mendasari hal tersebut, dokumen yang pertama adalah Gaudete et Exsultate, dokumen yang kedua diambil dari Pedoman Umum mengenai Katekese dipergunakan untuk melihat kepentingan merefleksikan jati diri sebagai seorang katekis , dari dua dokumen tersebut muncul butir-butir :
- Supaya semua katekis mempunyai satu proses yang otentik untuk supaya bisa semakin mendekati misteri kasih Allah.
- Supaya menjadi pribadi-pribadi yang arif, karena untuk mencapai titik tertinggi sebagai katekis perlu pengorbanan
- Dengan merenungkan sebentar mengenal jati diri yang memiliki 2 peran, menjadi mediator, memfasilitasi pribadi-pribadi dengan Allah, kebutuhan gereja yang mendasar, mengambil perannya bertugas dalam berkatekese
- Supaya menjadi pribadi-pribadi yang matang secara utuh , punya rasa cinta dan hormat kepada sesama dan gereja, dan bertumbuh sebagai seorang Kristiani yang sejati.
Berdasarkan jejak pendapat selama Penyegaran Katekis yang di selenggarakan di kevikepan-kevikepan, terjaring 1090 responden yang memberikan refleksi motivasinya sebagai katekis inisiasi di paroki. Berikut hasil jajak pendapat tersebut :
- 42,6% katekis menyatakan sudah berkarya selama lebih dari 10 tahun, sedangkan yang kurang dari 1 (satu) tahun ada 14,2%, dan yang lainnya menyatakan bervariasi antara 2 hingga 8 tahun.
- 52,4% dan 43,4% katekis menyatakan sangat setuju dan setuju bahw mereka memperoleh pengalaman yang menyenangkan ketika menjadi katekis.
- 51,1% dan 45,6% katekis menyatakan sangat setuju dan setuju bahwa mereka terpanggil untuk mengajar orang-orang yang membutuhkan katekese, terutama calon penerima baptis, komuni pertama, dan penguatan
- 77,6% katekis menyatakan selalu antusias dalam berkarya.
- 79,8% katekis menyatakan menjadi katekis membuatnya berati dalam hidu ini.
- 69,3% katekis menyatakan menjadi katekis membuatnya bangga
- 82,6% katekis menyatakan bahwa menjadi katekis senantiasa membuatnya terinspirasi
- 89,6% katekis menyatakan bahwa menjadi senantiasa membuatnya berkembang.
- 72,4% katekis menyatakan masih bertekun dan setia dalam karya katekese.
Sesi berikutnya pengantar motivasi katekis yang di bawakan oleh romo Teguh Budiarto, Pr. romo Teguh mengawali sesi motivasi dengan menceritakan kisah perjalanan romo yang ditugaskan di Papua dengan gayanya yang unik, sehingga menjadikan suasana menjadi meriah.
Romo Teguh menyampaikan kepada para katekis yang hadir, bahwa untuk menjadi seorang yang Kudus dalam dunia sekarang tidak perlu seperti martir jaman dulu, menurut Thomas Merton orang kudus adalah diri sendiri.
Pada sesi wawan hati dan dialog bersama Mgr. Robertus Rubiyatmoko, perwakilan katekis dari setiap kevikepan di beri kesempatan untuk menyampaikan sharing, usulan dan harapan.
Bapak Uskup memberi tanggapan atas sharing bu Damai dari Juwono, Pati, bahwa menjadi katekis mempunyai manfaat sangat luar biasa bagi diri sendiri dan orang lain, dapat mempunyai banyak teman, dan sahabat yang mempunyai cita cita yang sama dan semakin mampu memperkembangkan diri, namun tidak terlepas dari tantangan yang ada baik dari keluarga, maupun pergulatan jarak yang ditempuh, tetapi pengorbanan tersebut membuat bahagia bu Damai sebagai katekis.
BapakSihono Slamet dari Ganjuran, Jogjakarta menyampaikan harapan adanya perhatian kepada katekis yang adiyuswo. Bapak Uskup menanggapi, Keuskupan Agung Semarang berterima kasih kepada katekis adiyuswa karena menjadi katekis bukan mencari sesuatu dalam bentuk fiansial, melainkan makaryo kagem gusti. Bentuk perhatian kepada katekis adiyuswo dalam bentuk pendampingan , yang mendampingi tidak harus romo atau Uskup, tetapi dapat diberikan oleh para katekis sendiri. Bapak Uskup berharap para katekis membuat paguyuban katekis yang saling memperhatikan satu dengan lainnya.
Berikutnya perwakilan dari kevikepan Kedu, ibu Yustina Mujihandayi, yang berharap ada pendataan terhadap katekumen. Mgr. Rubi menyampaikan Keuskupan Agung Semarang sedang menyusun sistem pendataan umat yang katekumen, dengan cara tersebut dapat diperoleh informasi berapa katekumen di paroki, Kevikepan atau Keuskupan.
Saudari Bernard, katekis muda dari kevikepan Surakarta memberikan usulan katekese bagi kaum muda atau milenial. Ditanggapi oleh bapak Uskup bahwa gereja sangat senang dengan adanya katekis muda, gereja berupaya mendampingi anak muda agar tampil menjadi katekis, dan bersama orang muda berupaya mengemas katekese cara milenial, dengan media sosial dan alat yang canggih. Mgr. Robertus Rubiyatmoko menambahkan untuk mencari orang muda sebanyak mungkin dan didorong agar mau menjadi katekis.
Selanjutnya Mgr. Rubi menjelaskan ada dua instansi pendidikan formal yang berhubungan dengan katekese, yaitu IPPAK di Jogjakarta, dan STPKat Semarang. Diharapankan lulusan dari IPPAK dan STPKat kembali ke paroki masing-masing dan menjadi tenaga pengajaran bagi gereja. Bagi yang ingin belajar nanti tidak ada ragad, di STPKat ada bea siswa, dan IPPAK Jogjakarta berencana bekerjasama dengan Depag, supaya lulusan dari IPPAK mempunyai sertifikat sebagai guru agama, dan mudah menjadi pegawai negeri, sambung Mgr. Rubi.
Ada pertanyaan yang di sampiakan oleh salah satu katekis muda, pertanyaannya sebagai berikut “Adakah batasan usia untuk mejadi katekis?” Bapak Uskup menjelaskan bahwa tidak ada batasan usia atau periodisasi bagi katekis , karena mereka adalah guru iman sepanjang masa, jiwa katekis jiwa mengajar dengan cara-cara kita. Maka perlu mencoba membangun keterbukaan dengan orang lain, terutama katekis muda, supaya dapat memberikan pengajaran uptodate. Ide gagasan dimunculkan dari yang sepuh dan yang mengemas yang muda-muda , ini merupakan cara kerjasama lintas usia yang baik sekali, dengan cara ini warisan kekayaan gereja dapat di wariskan dari waktu ke waktu dan dapat di inovasi dari jaman ke jaman.
Mengakhiri wawan hati, Mgr. Robertus Rubiyatmoko memberikan peneguhan kepada para katekis yang hadir, peneguhan tersebut sebagai berikut “Semua yang dikerjakan sebagai religius, awam, dan katekis mempunyai satu landasan satu dan sama, yakin baptisan kita, dengan baptisan kita menjadi imam, nabi dan raja, menjadi katekis mempunyai tugas melanjutkan pelayanan Yesus mewartakan kabar suka cita. Yesus pernah berkata bersukacitalah karena upahmu besar di surga, artinya kita semua diajak untuk mengejar kekudusan , menjadi kateki tidak lepas sebagai orang beriman, karya pelayanan sebagai katekis untuk menggapai anugrah Tuhan, yaitu upah di surga”.
Sebagai puncak acara di selenggarakan ekaristi yang dipimpin oleh Mgr. Robertus Rubiyatmoko, romo Vikep Kevikepan Kedu romo Alexius Dwi Aryanto, Pr, romo rektor Seminari Mertoyudan romo Leo Agung Sardi SJ, romo Komisi Kateketik KAS romo Antonius Dodit Haryono, Pr, romo Komisi Kateketik Kevikepan DIY romo Agustinus Tejo Kusumantono, Pr, Staf seminari Mertoyudan romo Yohanes Gunawan, Pr dan romo Teguh Budiarto, Pr.
Agustinus Suseno
Galeri