Gereja Katolik bersifat kerigmatis dan misioner. Sejak Gereja Perdana, Gereja menerima kabar gembira dan kemudian diutus untuk mewartakannya. Untuk itulah, kehidupan Gereja tidak terpisahkan dengan pewartaan. Gereja ada karena pewartaan. Gereja tumbuh dan berkembang karena pewartaan. Gereja ada untuk pewartaan. Dengan cara itulah Gereja hidup, tumbuh dan berkembang.
Pewartaan iman itu, tentu salah satunya khas dengan Katekese. Katekese menjadi upaya pembinaan iman. Pelaksaan katekese membutuhkan kerjasama dan koordinasi dengan pihak-pihak yang terkait, antara lain Tim Kerja Pewartaan Paroki, Hierarki, dan Tim Kerja lainnya dalam Dewan Paroki, bahkan kelompok-kelompok tertentu.
Untuk itu Komisi Kateketik Kevikepan DI Yogyakarta menyelenggarakan rekoleksi penyegaran katekis inisiasi paroki se-Kevikepan DIY pada hari Minggu (22/09/2019) bertempat di aula IPPAK Kotabaru Yogyakarta. Rekoleksi di hadiri 464 katekis inisiasi paroki yang ada di Kevikepan DI Yogyakarta dan beberapa suster, sebagai pembicara romo Agustinus Tejo Kusumantono, Pr dan romo Antonius Dodit Haryono, Pr.
Sebagai pembuka acara, bapak Alexander dari Kemenag DI Yogyakarta memberikan pengantar, bahwa rekoleksi bagi Katekis Inisiasi ini merupakan dalam rangka mempersiapkan pertemuan Wawan Hati bersama dengan bapak Uskup Mgr. Robertus Rubiyatmoko pada tanggal 20 Oktober 2019 di Mertoyudan Magelang. Selain bertemu dengan bapak Uskup, para katekis inisiasi nantinya juga akan mendapatkan SK dari bapak uskup Mgr. Robertus Rubiyatmoko.
Pengantar berikutnya yaitu romo Bernadus Rukiyanto SJ selaku tuan rumah IPPAK Kotabaru, dalam pengantar romo Ruki mengajak kepada bapak, ibu katekis untuk mendorong putra putri atau calon katekis dilingkungan untuk kuliah di IPPAK Sanata Dharma.
Dari Komisi Kateketik Keuskupan Agung Semarang dibawakan oleh Purwono Nugroho atau yang akrab dipanggil Mas Ipung. Mas Ipung menyampaikan sekilas buku Bahan Rekoleksi Penyegaran Katekis Inisiasi Paroki dan mengajak para Katekis yang hadir untuk mengisi refleksi panggilan sebagai katekis paroki melalui scan QR-Code yang ada di halaman belakang buku tersebut.
Romo Antonius Dodit Haryono, Pr
Romo Dodit menyampaikan bahwa rekoleksi katekis sebagai upaya penyegaran kita semua untuk persiapan wawan hati para katekis se-Keuskupan Agung Semarang di aula Lauda tosi Seminari menengah Mertoyudan tanggal 20 Oktober 2019.
“Katekis merupakan orang-orang yang menyimpan kenangan terindah akan Allah.” Paus Franciscus
Apakah saya sebagai katekis sudah mempunyai pengalaman-pengalaman indah akan Allah? Injil adalah warta gembira, maka sebagai katekis harus mempunyai pengalaman-pengalaman indah dan membagikan kepada banyak orang, yang memancarkan bahwa Allah sungguh kasih, sungguh baik dan Maha pengampun.
“Katekis itu kreatif: mereka mencari cara dan bentuk yang berbeda untuk mewartakan Kristus.”
Jaman terus berubah dan berkembang, seorang katekis juga harus menyesuaikannya, mencari cara-cara bagaimana agar bisa mewartakan dengan baik, dan supaya para katekis terus mau belajar.
Via Pulchritudinis (Jalan Keindahan)
Mewartakan Kristus berarti menunjukkan bahwa percaya pada Nya dan mengikuti Nya bukan sesuatu yang hanya tepat dan benar, melainkan juga suatu yang INDAH, yang mampu memenuhi hidup dengan semarak yang baru dan sukacita mendalam, bahkan di tengah kesulitan-kesulitan
Putra yang menjelma sebagai pewahyuan keindahan tanpa batas, sangat patut untuk dicintai dan menarik kita kepada Nya dengan ikatan cinta.
Gelora Katekis, Gelora Mewarta
Maka tepatlah, “saya Katolik, saya Katekis”, kita semua karena rahmat pembaptisan dipanggil untuk mewarta.
Berkarya sebagai katekis tentu saja bukanlah suatu hal yang mudah. Berbagai benturan dan halangan acap kali membuat enggan melangkah, stagnan dan mencari aman. Namun situasi ini tidak melemahkan semangat, justru yang terjadi adalah pengalaman dimana kita mampu memaknai berbagai benturan itu sebagai cara Tuhan untuk mendidik dan memberikan jalan lain agar semakin dewasa dalam iman.
Maka dalam pengalaman dan keadaan apapun, kita senantiasa diajak bersyukur tetap berpikir positif dan terus belajar untuk meng upgrade kemampuannya dalam menjalankan tugas .
Ingatlah, “bukan kamu yang memilih Aku, tapi Akulah yang memilih kamu” (Yoh 15:16a)
Gelora Mewarta
Pada tahun 2013 Paus Fransiskus mengeluarkan semacam eksortasi yang mencengangkan. Di awal kepemimpinannya itulah, ia seakan memberikan “Magna Carta” atau semacam “Manifesto” yang luar biasa untuk memperbarui gaya evangelisasi Gereja Katolik. Manifestonya itu hadir dalam “Evangelii Gaudium” (Sukacita Injil)
Begitu juga Paus Fransiskus pada tahun 2017 menggagas Yubelium Katekis untuk menegaskan ajakannya kepada para katekis dan pewarta pada umunya untuk memaknai panggilannya sebagai pewarta dalam Gereja dewasa ini.
Gereja membutuhkan pewarta agar suara Allah terus menggema dan kehidupan Gereja makin dewasa.
Gelora Katekis, Gelora Gereja
Kesadaran keterlibatan para awam dalam menggereja yang semakin besar, khususnya keterlibatan dalam bidang pewartaan merupakan karunia yang patut disyukuri.
Di KAS sendiri, kesadaran itu sebenarnya kesadaran yang “menyejarah“, ketika sudah semenjak Barnabas Sarikromo dan kisah Pembaptisan ratusan umat di Sendangsono telah tampak keterlibatan para awam dan katekis sukarelawan untuk menggelorakan pesan Injil.
Awalnya katekis KAS merupakan katekis yang lahir dengan kesadaran “Altruistic”, kesadaran diri dan panggilan diri tanpa memikirkan “profesionalisme”
Gelora Katekis, Gelora yang Jangan Pernah Padam
Gereja Katolik bersifat kerigmatis dan misioner. Untuk itu, karya pewartaan merupakan karya yang tak berkesudahan.
Pewartaan adalah tanggung jawab semua orang beriman. Tanpa perkecualian berkat pembaptisan, semua umat ambil bagian dalam tugas kenabian Kristus atau tugas pewartaan.
Sebuah estafet yang terus menerus patut diupayakan bahkan jika disadari, karya pewartaan merupakan karya bersama, sehingga karya tersebut bukan karya pribadi namun ditempatkan dalam rangka karya pewartaan Gereja secara keseluruhan. Karya pewartaan hendaknya dikerjakan dengan keterlibatan banyak orang, terutama melibatkan para katekis sukarelawan.
Gelora Katekis, Gelanggang Perutusn Misioner Awam
Gereja dalam usahanya untuk mewartakan Kabar Gembira dan memaklumkan Kerajaan Allah, mengikutsertakan juga kaum awam.
Tugas mewarta bukan hanya tugas hirarki, melainkan tugas semua orang beriman. Maka, kemitraan dan kebersamaan adalah sesuatu yang terus dikembangkan.
Karya pastoral dan katekese di paroki sudah menjadi bagian dinamika hidup menggereja pada umunya. Peran kaum awam dengan dukungan para religius telah berhasil membawa karya pastoral dan katekese terprogram di paroki-paroki. Karya tersebut terbagi dalam kelompok-kelompok kategorial maupun teritorial yang teratur hingga dewasa ini, dari katekese inisiasi, katekese di tingkat basis dan berbagai karya pewartaan yang meluas.
Gelora Katekis, Rajutan Kebersamaan dan Pemberdayaan
Saat ini, dengan berkembangnya gerakan kursus-kursus, pelatihan dan evangelisasi yang lebih menyentuh sisi personal umat melalui KEP (Kursus Evangelisasi Pribadi) atau SEP (Sekolah Evangelisasi Pribadi) menjadi anugerah tersendiri bagi pengembangan karya pewartaan. Melalui gerakan ini, ada sebuah sapaan dan ajakan kepada militansi hidup beriman dewasa ini yang penuh tantangan dan gerusan arus modernisasi.
Marilah, semua kegiatan tersebut dirajut, untuk semakin menggelorakan dan memberdayakan, meningkatkan tata perencanaan, pengkoordinasikan dan keberlanjutannya. Agar karya pewartaan melibatkan beberapa sumber daya yang ada, seperti kaum muda, para guru, aktivis lingkungan, pengurus dewan paroki, pastor dan lain sebagainya yang terkait dan yang saling bekerjasama mulai dari perancangan, pelaksanaan, sampai evaluasi supaya kegiatan hidup menggereja menjadi kegiatan yang berdimensi personal sekaligus kolektif.
Romo Agustinus Tejo Kusumantono, Pr
Mengutip kata-kata Paus Yohanes Paulus II bahwa katekis yang terlatih dengan baik dalam semangat misioner dengan sendirinya ia menjadi animator misioner di komunitas mereka, bekerja untuk evangelisasi orang-orang non-Kristen, dan bersedia melakukannya di luar wilayah mereka sendiri atau bangsa ketika dikirim oleh gembala mereka. Para gembala harus mengupayakan ketersediaan “para rasul” yang tekun lagi berjiwa misioner ini dan mendorong mereka berkarya atau berpastoral sebagai misionaris.
3 Warna khas tumbuh berkembangnya jiwa Misioner-Mangrasul
- Menjadi animator misioner di komunitas
- Evangelisasi untuk masyarakat sekitar
- Bersedia melaksanakan karya misioner atau diutus untuk karya misi di luar teritori atau tempat tinggalnya.
Apa yang dapat kita petik dari 4 artikel di dalam kaitan dengan SEMANGAT MISIONER?
ART. 24. INSPIRASI BIBLIS: Gereja yang “bergerak keluar” adalah komunitas para murid yang diutus yang mengambil langkah pertama, yang terlibat dan mendukung, yang berbuah dan bersukacita. Sebuah komunitas yang mewartakan Injil mengetahui bahwa Tuhan telah mengambil prakarsa, Dia telah terlebih dahulu mengasihi kita (bdk. 1Yoh. 4:19), sehingga kita dapat bergerak maju, berani mengambil prakarasa, keluar kepada yang lain, mencari mereka yang telah menjauh; berdiri di persimpangan-persimpangan jalan dan menyambut yang tersingkir…. Menemani kemanusiaan dalam seluruh prosesnya, betapa pun sulit dan lamanya. Komunitas ini terbiasa dengan penantian yang memerlukan kesabaran dan daya tahan kerasulan. Evangelisasi memiliki banyak kesabaran dan mengabaikan kendala waktu.
ART. 33 DAN 35. KREATIF DAN PUNYA MIMPI: Saya mendorong setiap orang untuk menerapkan panduan yang ditemukan dalam dokumen ini dengan murah hati dan berani, tanpa hambatan atau ketakutan. Hal yang penting adalah tidak berjalan sendiri, melainkan saling bergantung sebagai saudara, dan khususnya di bawah kepemimpinan para Uskup, dalam pertimbangan pastoral yang bijaksana dan realistis. Pesan menjadi sederhana, tanpa kehilangan kedalaman dan kebenarannya, dan dengan demikian menjadi lebih kuat dan meyakinkan.
ART. 47. RENDAH HATI – PELAYANAN YANG MURAH HATI: Seringkali kita lebih bertindak sebagai penentu daripada fasilitator rahmat. Tetapi Gereja bukanlah pabean melainkan rumah Bapa, di mana ada tempat untuk setiap orang dengan segala permasalhan hidup mereka.
Saya Katekis
- Saya sebagai wong pribumi, yang adalah fasilitator rahmat Allah, harus memiliki kesadaran bahwa “GEREJA BUKAN MENJADI MAKHLUK ASING” sebab Gereja bukan pabean melainkan rumah Bapa untuk semua orang dengan permasalahan masing-masing.
- Oleh karena itu, saya dipanggil dan diutus serta bersedia melaksanakan karya misi untuk menemani kemanusiaan dalam seluruh prosesnya dengan sabar dan mengabaikan kendala dengan cara menjadi animator misioner di komunitas dan melaksanakan evangelisasi dengan kreatif dan punya mimpi agar pesan Injil menjadi lebih sederhana tanpa kehilangan keindahannya, kuat dan meyakinkan.
- Bersedia melaksanakan karya misioner atau diutus untuk karya misi bahkan di luar teritori atau tempat tinggal
Agustinus Suseno