https://youtu.be/6rYefB1Urkk
SURAT GEMBALA USKUP AGUNG SEMARANG PADA PERAYAAN HUT KE–74 KEMERDEKAAN RI
Dibacakan atau dijelaskan pada Malam Tirakatan Kemerdekaan atau Perayaan Ekaristi Hari Raya Kemerdekaan RI Jumat, Sabtu dan Minggu; 16-18 Agustus 2019
“Menjadi Manusia dan Bangsa yang Unggul serta Bermartabat”
Saudari-Saudara, umat Katolik di Keuskupan Agung Semarang yang terkasih.
Pemerintah Indonesia melalui Surat Nomor: B-779/M.Sesneg/
SET/TU.00.04/07/2019 tertanggal 23 Juli 2019 menyampaikan tema HUT RI ke-74 yaitu: “SDM Unggul, Indonesia Maju”. Sumber daya manusia (SDM) yang unggul merupakan syarat penting bagi terwujudnya Indonesia maju. Hal tersebut selaras dengan pernyataan Presiden RI dalam sambutannya pada Rembuk Nasional Pendidikan dan Kebudayaan 2018 yang dilaksanakan di Pusdiklat Kemendikbud, Sawangan, Depok, Jawa Barat, Selasa 6 Februari 2018: “Kemajuan sebuah negara sangat bergantung pada kemampuan sumber daya manusia yang dimiliki. Faktor lain yang tak kalah penting adalah stabilitas sosial dan politik, manajemen pemerintahan, penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi serta kreativitas dan inovasi dari SDM-nya.”
Indonesia memiliki sumber daya manusia yang sangat banyak. Negara kita berpenduduk terbesar keempat di dunia setelah China, India, dan Amerika Serikat (sumber: The Spectator Index, tahun 2018). Jumlah 265 juta jiwa merupakan modal sosial yang sangat besar bagi Indonesia. Namun demikian masih sangat diperlukan perbaikan menyeluruh guna meningkatkan kualitas SDM Indonesia. Sebab berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Bank Dunia tahun 2018, kualitas SDM Indonesia masih berada pada peringkat 87 dari 157 negara yang diteliti. Kondisi ini masih sangat memprihatinkan. Hal itu menjadi tantangan bagi kita seluruh warga bangsa untuk berupaya sekuat tenaga meningkatkan kualitas SDM agar menjadi unggul demi kemajuan bangsa.
Pada perayaan peringatan kemerdekaan RI yang ke-74 ini kita diajak untuk bersyukur kepada Tuhan atas anugerah-Nya, baik berupa sumber daya manusia yang besar maupun sumber daya alam yang melimpah. Kita juga bersyukur atas anugerah hidup damai, persaudaraan, dan kerukunan yang tercipta karena sikap saling menghargai dan menerima kebebasan serta perbedaan, khususnya perbedaan suku, agama, ras, dan antar golongan (SARA), juga perbedaan aspirasi dan pilihan politiknya. Secara khusus kita bersyukur atas terselenggaranya Pemilu Legislatif dan Pemilu Presiden secara damai dan lancar. Juga atas selesainya sidang Mahkamah Konstitusi yang mengadili perselisihan tentang proses dan hasil pemilu. Kita telah memiliki Presiden dan Wakil Presiden definitif dari Pilpres 2019, juga anggota-anggota legislatif dari Pileg 2019. Kita berdoa semoga Presiden, Wakil Presiden, dan para wakil rakyat terpilih dapat bekerja optimal dalam mewujudkan kesejahteraan bersama.
Bacaan pertama hari ini (Sirakh 10:1-8) mewakili kerinduan kita akan hadirnya Pemerintah yang bijak, yang menjamin ketertiban dalam masyarakat, serta pemerintah yang arif. Pemimpin yang tidak bijaksana membinasakan rakyatnya, tetapi suatu bangsa akan sejahtera berkat kearifan para pemimpinnya. Jangan sampai perjalanan bangsa terganggu akibat kelaliman, kekerasan dan cinta uang para pembesarnya.
Saudari-saudara yang terkasih dalam Kristus,
Kita sebagai bangsa masih harus terus meningkatkan penghargaan terhadap hak asasi manusia (HAM). Hal yang sangat penting adalah penghormatan terhadap hak kebebasan beragama dan beribadah sesuai agama yang dianutnya. Pesan tentang pentingnya peran agama dalam pembangunan perdamaian dunia tertuang dalam deklarasi persaudaraan umat manusia untuk perdamaian dunia dan hidup bersama yang ditandatangani bersama oleh Paus Fransiskus dan Imam Besar Al-Azhar Ahmad Al-Tayyib di Abu Dhabi, 4 Februari 2019.
Salah satu poin penting dari deklarasi itu menyatakan: “Kebebasan adalah hak setiap orang: setiap individu berhak menikmati kebebasan berkeyakinan, berpikir, berekspresi dan bertindak. Pluralisme dan keragaman agama, warna kulit, jenis kelamin, ras dan bahasa dihendaki oleh Tuhan dalam kebijaksanaan-Nya, yang melaluinya Dia menciptakan manusia. Kebijaksanaan ilahi ini adalah sumber dari mana berasal hak kebebasan berkeyakinan dan kebebasan untuk menjadi berbeda. Oleh karena itu, fakta bahwa orang dipaksa untuk memeluk agama atau budaya tertentu harus ditolak, seperti juga pengenaan cara hidup budaya yang tidak diterima orang lain.”
Panggilan untuk menghormati kebebasan sesama adalah panggilan untuk melaksanakan kehendak Allah, yaitu hidup sebagai orang-orang merdeka yang tidak menyalahgunakan kemerdekaan yang dianugerahkan Tuhan ini, tetapi hidup sebagai hamba-hamba Allah yang saling menghormati satu sama lain (bacaan II, 1Petrus 2:13-17). Janganlah ada persekongkolan jahat untuk merusak nama baik atau reputasi seseorang dan menghancurkan orang baik dan yang sungguh-sungguh mau bekerja untuk bangsa serta negara seperti dilakukan oleh orang-orang Farisi dan kaum Herodian yang berunding untuk dapat menjerat atau menjebak Yesus (bacaan Injil, Matius 22:15-21).
Saudari-Saudara terkasih dalam Kristus,
Saya ingin menutup Surat Gembala ini dengan sekali lagi mengajak Anda semua untuk berdoa dan bekerja giat bersama para pemimpin negara kita guna mewujudkan cita-cita luhur dan mulia dibentuknya pemerintah negara Indonesia sebagaimana tertuang dalam Pembukaan UUD 1945 dengan tujuan: “melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial.” Caranya adalah dengan memajukan kualitas sumber daya manusia melalui pendidikan dan pengembangan semangat kebangsaan sehingga kita memiliki dan menjadi putra-putri bangsa yang unggul dan bermartabat.
Berkat Tuhan melimpah kepada Saudari-Saudara semua, dan lebih khusus bagi bangsa dan negara kita. Dirgahayu Indonesia kita. Pekik dan salam kebangsaan: Merdeka! Merdeka! Merdeka!
Berkah Dalem.
Semarang, 6 Agustus 2019
Pada Pesta Yesus Menampakkan Kemuliaan-Nya
† Mgr. Robertus Rubiyatmoko
Uskup Agung Keuskupan Agung Semarang