Maria sangat dikenal di kalangan Gereja Katolik, bahkan banyak Gereja Kristen lain menaruh hormat yang tinggi; namun tidak demikianlah dengan Yusuf, suaminya. Mereka adalah suami istri, dan pada umumnya, nama suami lebih dikenal daripada nama istri, demikian juga di kalangan orang Yahudi. Namun, mengapa Yusuf tidak pernah disebut-sebut di tengah karya, sengsara, wafat, dan kebangkitan Yesus, sementara Maria disebut?

Menurut keyakinan dan penelitian historis, sangat mungkin Bapa Yusuf sudah wafat sebelum Yesus tampil di muka umum. Jika kita mengamati dengan lebih teliti, sesungguhnya Santo Yusuf sangat dihormati dalam Gereja Katolik. Banyak Gereja mengambil nama Santo Yusuf. Bahkan saking populernya, dibedakan antara Santo Yusuf Pekerja (patungnya memegang alat pertukangan) dan Santo Yusuf suami Maria (patungnya memegang sekuntum bunga).

Tahun ini dicanangkan oleh Paus Fransiskus sebagai Tahun Santo Yusuf. Disebut oleh Bapa Suci, sosok Santo Yusuf adalah bapa yang penuh kasih dan lemah lembut (PC, No. 2). Dia adalah seorang bapa yang patuh, yang menerima, namun sekaligus kreatif dan pemberani; bapa yang giat bekerja;
dan bapa yang dalam bayang-bayang. Keadaan pandemi Covid-19 mengajak kita untuk melihat lebih jelas pentingnya ‘orang-orang biasa’, yang jauh dari pusat perhatian, namun sabar menanggung keadaan dan hadir dengan menawarkan harapan.

Becermin pada Santo Yusuf, marilah kita menghargai dan meneladan pribadi-pribadi yang kehadirannya sehari-hari tidak diperhatikan, yang dalam kesunyian mengambil pilihan dan keputusan yang bijaksana. Mereka ini adalah orang-orang yang sangat mungkin suci walau dalam kesunyian. Jangan-jangan itu adalah orang-orang terdekat di tengah keluarga kita.