Ada pendapat yang mengatakan bahwa dunia kerja menyediakan dua pilihan: mencintai pekerjaan atau mengeluh setiap hari. Jika tidak bisa mencintai pekerjaan, maka kita hanya akan memperoleh “5-ng”: ngeluh, ngedumel, ngegosip, ngomel, dan ngeyel. Hampir semua orang pernah
mengalami rasa lesu dan bosan dalam pekerjaan. Itu biasa, lumrah, namun harus diatasi. Cara terbaik untuk mengatasinya adalah dengan langsung membenahi pangkal masalahnya, yaitu motivasi kerja. Itulah akar yang membentuk etos kerja.
Santo Yusuf adalah pelindung para pekerja karena dia adalah bapak yang bekerja. Santo Yusuf adalah seorang tukang kayu yang bekerja dengan jujur untuk menghidupi keluarganya. Dari dia, Yesus belajar tentang nilai, martabat, dan kegembiraan makan roti yang merupakan hasil usahanya sendiri. Bagi Yusuf dan tentunya bagi kita, kerja merupakan partisipasi dalam karya keselamatan. Ya, suatu peluang untuk mempercepat datangnya Kerajaan Allah, untuk meningkatkan potensi dan kualitas seseorang, dengan menempatkannya pada pelayanan masyarakat dan komunitas.
Pada umumnya, orang bekerja hanya untuk mencari gaji. Padahal pekerjaan itu mempunyai banyak sisi. Kerja bukan hanya untuk mencari makan, tetapi juga mencari makna. Ingatlah bahwa manusia itu makhluk pencari makna. Ada yang menghayati dan memaknai bahwa bekerja adalah rahmat. Yang lain menghayati dan memaknai bahwa bekerja adalah amanah. Yang lain lagi mengatakan bahwa bekerja itu adalah ibadah, panggilan, pelayanan, dan cara aktualisasi diri.
Seturut teladan Santo Yusuf, bekerja mempunyai makna yang sangat rohani, yaitu merupakan partisipasi dalam karya keselamatan, suatu peluang untuk mempercepat datangnya Kerajaan Allah. Marilah kita mohon kepada Santo Yusuf Pekerja agar kita menemukan cara-cara untuk berkomitmen
mengatakan: “Tidak ada orang muda, tidak ada pribadi, tidak ada keluarga yang tanpa pekerjaan!”
Renungan dalam bentuk video dapat dilihat DI SINI.