Rabu Prapaska 2
“… dan barangsiapa ingin menjadi terkemuka diantara kamu, hendaklah ia menjadi hambamu” (Mat 20: 27)
Kutipan sabda hari ini menjadi pengingat bagi kita akan pentingnya sikap rendah hati dalam relasi dengan sesama. Siapakah di antara kita yang tidak ingin dirinya dihargai, diterima, diperhatikan, diprioritaskan, dan dipuji? Apakah ada di antara kita yang lebih memilih direndahkan dan disepelekan oleh orang lain? Tentu saja tidak. Bahkan sebagian besar dari kita masih berjuang untuk dapat menerima kekurangan dan kerapuhan, baik yang ada dalam diri sendiri maupun orang lain.
Sabda Tuhan hari ini mengajak kita untuk melatih diri dalam keutamaan kerendahan hati. Kerendahan hati sesungguhnya adalah kebajikan dalam diri seseorang yang membuat dirinya dapat memposisikan diri sama dengan orang lain tidak merasa lebih pintar atau lebih baik, tidak merasa lebih mahir, lebih hebat, dan dapat menerima dan menghargai orang lain apa adanya dengan ketulusan.
Bagaimana seseorang dapat belajar untuk rendah hati? Pertama, berani mengakui dan menerima kekurangan dan kerapuhan. Persoalannya banyak orang masih jatuh dalam sikap gengsi untuk dapat mengakui dan menerima kekurangan di hadapan sesama, bahkan banyak yang cenderung ingin menyembunyikan kekurangan atau kerapuhan tersebut. Kedua, mau belajar dan diajar dalam proses kehidupan untuk senantiasa menjadi lebih baik. Ketiga, percaya dalam kerapuhan dan kelemahan. Seperti Kristus yang masuk dalam kerapuhan manusia, bahkan rela menjadi hina di puncak Salib, namun dari sanalah kerapuhan ditebus dan karya keselamatan merengkuh semua orang.