Rekoleksi PUPIP di Seminari TOR Jangli: Sudah Murah Hatikah Kita?

Twitter
WhatsApp
Email
Pagi itu matahari bersinar dengan cerah. Para anggota PUPIP (Paseduluran Umat Pamitran Imam Praja) Yogyakarta menjalani rekoleksi dan kunjungan kasih ke Seminari Tahun Orientasi Rohani (TOR) Sanjaya Jangli, Semarang, Minggu (24/9).

Pagi itu matahari bersinar dengan cerah. Para anggota PUPIP (Paseduluran Umat Pamitran Imam Praja) Yogyakarta menjalani rekoleksi dan kunjungan kasih ke Seminari Tahun Orientasi Rohani (TOR) Sanjaya Jangli, Semarang, Minggu (24/9). Mereka datang dengan mengunakan dua bus besar yang diketuai oleh Ibu V. Endang Hangestiningsih. Ada 94 anggota PUPIP yang datang dengan baju seragam berwarna hijau sage.

Para rama, suster, dan frater Seminari TOR menyambut rombongan yang datang. Senyum bahagia terpancar ke mana-mana. Bahkan beberapa ibu langsung mengekspresikan kebahagiaan pagi itu dengan foto bersama para frater TOR yang berjubah putih.

Acara rekoleksi dilaksanakan di Kapel Utama Seminari TOR Sanjaya. “Sudah Murah Hatikah Kita?” menjadi tema utama yang dibahas dalam rekoleksi tersebut. Narasumber rekoleksi adalah Rama Yohanes Gunawan Pr, Rektor Seminari TOR. Sebelum para anggota PUPIP mengikuti
rekoleksi, mereka diajak berjoget ria bersama para frater Jangli. Suasana menjadi hangat dan bersemangat.

“Murah hati itu memiliki beberapa arti. Murah hati itu suka (mudah) memberi. Murah hati itu tidak pelit. Murah hati itu penyayang dan pengasih. Murah hati itu suka menolong. Murah hati itu juga baik hati,” kata Rama Gunawan dalam materinya.

Sikap murah hati perlu ditumbuhkan dan dibiasakan dalam diri anak-anak sejak dini. Misalnya dengan mengajari anak untuk memberi kolekte, mengajak anak untuk berkunjung ke Panti Asuhan, dsb. Orang tua juga perlu mewujudkan murah hati dengan memaafkan atau mengampuni orang yang pernah menyakiti, saling mengampuni dalam hidup berkeluarga.

Menjadi Orang Katolik Sejati
Di dalam rekoleksi itu Rama Gunawan juga mengajak para anggota PUPIP untuk menjadi orang Katolik yang sejati: orang katolik yang rajin berdoa, rajin membaca kitab suci, juga terlibat aktif di kegiatan menggereja. ”Janganlah Kitab Suci dan Rosario hanya menjadi asesoris pada peti mati”, tutur Rama Gunawan.

“Tantangan murah hati itu adalah kecenderungan manusia yang biasanya senang melihat orang lain susah dan susah melihat orang lain senang,” jelas Rama Gunawan pada bagian tantangan untuk bermurah hati.

Pada bagian akhir rekoleksi, Rama Gunawan mengajak para anggota PUPIP untuk mewujudkan sikap murah hati dengan menyadari bahwa menjadi orang yang murah hati merupakan suatu proses pembaruan dan perjuangan yang berlangsung terus-menerus.

Dosa Pokok
Rekoleksi ditutup dengan perayaan Ekaristi Hari Minggu yang dipersembahkan oleh Rama Y. Gunawan, Pr. Dalam homilinya, Rama Gunawan mengungkapkan bahwa iri hati merupakan salah satu dosa pokok.

“Iri hati adalah salah satu dari 7 dosa pokok. Dosa pokok adalah dosa yang dapat menyebabkan dosa-dosa yang lain dan kebiasaan-kebiasaan buruk yang lain”, papar Rama Gunawan.

Lebih lanjut, diungkapan Rama Gunawan, dalam Katekismus Gereja Katolik (KGK) no. 1866, Santo Yohanes Kasianus dan Santo Gregorius Agung mengajarkan 7 dosa pokok, yaitu: kesombongan, ketamakan, kemurkaan, percabulan, kerakusan, kelambanan atau kemalasan, dan iri hati. Iri hati ( bahasa Latin : invidia) adalah suatu kekecewaan atau kecemburuan atas keuntungan orang lain, menghendakinya secara tidak terbatas, dan memiliki sendiri hartanya atas cara yang tidak adil. Santo Gregorius Agung mengatakan bahwa iri hati menimbulkan kedengkian, fitnah, hujat, kegirangan akan kesengsaraan sesama, dan menyesalkan keberuntungannya.

“Lawan dari iri hati adalah kemurahan hati. Murah hati berarti apa yang kita terima dari Allah bukan karena kebaikan (budi baik) kita, tetapi semata-mata karena kebaikan dan belas kasih Allah. Kita menerima anugerah keselamatan bukan karena jasa kita, melainkan karena kemurahan hati Allah,” kata Rama Gunawan dalam homilinya.

Komitmen PUPIP
Di akhir perayaan Ekaristi ada ucapan terima kasih dan penyerahan tanda kasih dari Ibu Maria Florentina Sofiatmi Seto, ketua PUPIP DIY. “Selain mengunjungi Seminari, PUPIP juga berkomitmen untuk terus berdoa untuk para imam dan calon imam, mengunjungi keluarga para rama praja, dan melakukan kunjungan kasih ke Wisma para rama sepuh,” kata Bu Sofi.

Setelah berkat penutup ada sesi foto bersama, para anggota PUPIP per paroki bersama warga komunitas Seminari TOR. Setelah itu acara dilanjutkan dengan makan siang bersama di aula Seminari TOR. Para anggota PUPIP juga berdoa pribadi di kapel Adorasi Santa Maria Fatima, kapel adorasi terbesar di Semarang.

Kehadiran, doa dan kunjungan kasih PUPIP terasa menyegarkan panggilan para frater di Seminari TOR. Tidak ada yang lebih bermakna selain dari kekuatan doa. Apalagi doa tulus PUPIP bagi suburnya panggilan imam Praja di Keuskupan Agung Semarang. Terima kasih PUPIP, doa-doamu turut menyuburkan hidup kami di jalan panggilan ini. (Fr. Daniel Eka Saputra)