Bongsari – Dalam rangka merayakan HUT ke-8, Ikatan Tuna Rungu Katolik (Ikaturka) menyelenggarakan rekoleksi bagi anggotanya, Minggu (24/11/24). Tema yang diangkat adalah “Tinggal dalam Kristus dan Berbuah Berkat”. Komunitas Ikaturka berdiri sejak 21 November 2016.
Rekoleksi ini seyogyanya dipimpin oleh Romo Eduardus Didik Chahyono, SJ selaku moderator Ikaturka. Namun pada hari pelaksanaanya, Romo Didik SJ mendadak berhalangan karena harus memimpin Misa Requiem Suster Xaveria SDP (Suster Penyelenggaraan Ilahi). Meski demikian, sebelum rekoleksi Romo Didik SJ menyempatkan diri untuk hadir menjumpai anggota Ikaturka. Rekoleksi tetap dapat berjalan karena materi sudah disiapkan dan dilaksanakan dengan bimbingan Suster Maria Magdalena, PMY.
Rekoleksi tersebut dilaksanakan di Ruang Loyola Grha Argya Gedung Pelayanan Pastoral Paroki Bongsari Semarang. Sebanyak 35 orang anggota Ikaturka mengikuti rekoleksi dan dibantu oleh 4 orang non tuli selaku pendamping. Mereka adalah antara lain Maria Prapti dari Solo, Yohana, Sudiyono dan Atik.
Melalui rekoleksi tersebut, peserta diajak untuk bersyukur atas penyertaan Tuhan bagi hidupnya dan secara khusus bergabung dalam komunitas Ikaturka. Erna, selaku ketua Ikaturka mengungkapkan, “Hal-hal yang positf dalam diriku dan temanku di Ikaturka antara lain: saya ini baik hati, suka membantu, sabar, peka dan rendah hati, sedangkan teman-temanku di Ikaturka kebanyakan saling membantu, saling mengingatkan, saling melengkapi, kerjasama dan baik hati.”
Erna melanjutkan, “Ada 3 pribadi yang menjadi inspirator dan motivator untuk terus mengikuti ikaturka, yaitu Bu Yayuk, Suster Magda PMY dan Bu Atik.” Hal yang mengesankan juga diungkapkan oleh Erna, “Pembaruan diri yang kualami dalam Ikaturka antara lain semakin mudah untuk berpikir kritis, semakin memahami dan mengenal karakter teman-teman yang berbeda, dan semakin peka.”
Pada sesi berikutnya dikupas tema “Syukur sebagai sosok berkemampuan khusus”. Usai mendengarkan pemaparan tentang tokoh-tokoh terkenal yang istimewa dan berkebutuhan seperti Stevie Wonder, Thomas Alva Edison, Abdurrahman Wahid, peserta diajak untuk menemukan keistimewaan yang ada dalam dirinya. Banyak peserta masih belum memahami hal-hal unik yang ada pada diri mereka bila tidak diberikan contoh nyata. Di sinilah dibutuhkan peran pendamping untuk turut serta menyederhanakan penjelasan materi ini.
Salah satu contoh yang disampaikan oleh salah satu pendamping adalah tentang keunikan mereka dalam memiliki keahlian membaca bibir, tidak semua orang dapat melakukan hal ini. Setelah mendengarkan penjelasan tersebut, baru mereka memahami keunikan apa yang mereka miliki, sehingga kemudian mereka dapat mengungkapkan satu persatu secara bergantian.
Tema terakhir dari materi rekoleksi adalah “Tinggal dalam Kristus dan Berbuah Berkat”. Pada sesi ini peserta diajak oleh Suster Magda untuk menyadari bahwa setiap orang yang memiliki talenta harus digunakan untuk melayani sesama. Talenta yang dianugerahkan Tuhan sebisa mungkin dikembangkan supaya menjadi berkat bagi manusia. Bila talenta itu tidak dibagikan dan bermanfaat bagi kehidupan, hal itu bagaikan ranting pohon anggur yang tidak berbuah dan akan dipotong. Agar dapat berbuah berkat, kita perlu selalu mengandalkan Tuhan, tinggal dalam Kristus sebagai pokok anggur bagi kita.
Rekoleksi ini ditutup dengan Perayaan Ekaristi yang dipimpin oleh Romo Yohanes Sunaryadi, Pr. Dalam homili yang terkait dengan Hari Raya Kristus Raja Semesta Alam, Romo Sunaryadi menghimbau agar kita tetap mengandalkan peran Allah dalam hidup kita. Menyingkirkan peran Allah dalam kehidupan merupakan tindakan ‘bunuh diri’ secara rohani dan moral. Maka jadikanlah Kristus sebagai Raja atas kehidupan kita. (BD Elwin)