Kaum muda milenial identik dengan kebaruan dan kekinian. Hingga kadang-kadang mereka ini dipandang jauh dari hal-hal yang berbau tradisi dan masa lalu. Padahal tidak sedikit generasi masa kini yang memperjuangkan tradisi. Dengan berbagai cara mereka mengupayakan agar apa-apa yang mereka kenal di lingkungan tempat mereka tumbuh terus terpelihara.

Adanya “strategi kebudayaan” ala orang muda ini menggambarkan: (1) daya tahan, (2) daya tumbuh, dan (3) daya ubah dari komunitas hidup bersama yang berakar pada suatu konteks tertentu dan yang sekaligus terbuka pada aneka dinamika. Ketiga daya tersebut keberadaannya terhubung dengan wujud material dari kebudayaan (segi what), wujud teknisnya (segi how), maupun wujud motif terdalamnya (segi why). Berhadapan dengan aneka tantangan seperti gerakan transnasionalisme, stereotyping, penyeragaman ekspresi, dan semacamnya, hidupnya tradisi – pada level apapun – yang selalu kontekstual sifatnya itu diuji. Ada ungkapan dari Konfusius: “Pelajari masa lalu jika dirimu ingin menentukan masa depan.” Pilihan, cinta, dan perjuangan kalangan muda sebagaimana disebut di muka untuk mendalami dan menghidupitradisi lokal dan dari masa lalu sesungguhnya adalah kabar baik bahwa hidup bersama tidak akan kehilangan masa depannya.