Pewarta Sabda – Orang Muda : Keep Spirit, Walking With Jesus.

Twitter
WhatsApp
Email
Sabtu-Minggu (25-26/3/2023), Komunitas Baca Kitab Suci Gereja St. Paulus Pringgolayan mengadakan rekoleksi bersama di Wisma Salam, Magelang. Rekoleksi kali ini mengangkat tema “Keep Spirit, Walking with Jesus”. Komunitas ini terdiri dari suster, bruder, dan kaum awam yang mencintai dan merenungkan Kitab Suci

Sabtu-Minggu (25-26/3/2023), Komunitas Baca Kitab Suci Gereja St. Paulus Pringgolayan mengadakan rekoleksi bersama di Wisma Salam, Magelang. Rekoleksi kali ini mengangkat tema “Keep Spirit, Walking with Jesus”. Komunitas ini terdiri dari suster, bruder, dan kaum awam yang mencintai dan merenungkan Kitab Suci. Rekoleksi menjadi kesempatan menemukan kesegaran dan menimba semangat dari Yesus Sang Sumber Kehidupan.

Kegiatan dimulai dengan sesi Who Am I. Sesi ini mengajak para peserta sebagai pembaca dan pewarta sabda Tuhan untuk mengenal diri sendiri dan nilai keutamaannya. Diri sendiri memiliki martabat luhur yang perlu disadari dan diperjuangkan dalam kehidupan keseharian. Dengan martabat tersebut, dirinya disebut sebagai citra Allah. Citra Allah yang diperdalam dalam kitab Kejadiaan 1:26-27 memuncak dalam diri Yesus Kristus (Yoh 1:1-28). Dalam konteks ini, masing-masing diri kita sebagai murid Yesus ditempatkan sebagai patner karya keselamatan Allah. Kita dilibatkan untuk memberikan pelayanan bagi sesama sesuai dengan potensi dan nilai-nilai keutamaan yang dimilikinya. Sesi kedua, para peserta diajak untuk merenungkan perlunya ketekunan dalam mewartakan sabda Tuhan. Sejauh mana selama ini, nilai-nilai keutamaan diri terlebih ketekunan diupayakan dalam karya pelayanan di Gereja.

Keseluruhan rekoleksi diteguhkan dan diperdalam oleh Rm. Yustinus Andi Muda Purniawan Pr dalam sesi rencana tindak lanjut. Rm. Andi memberikan insight mengenai bertapa pentingnya pewarta untuk bisa mengjangkau orang muda. Upaya mengjangkau itu dijembatani dengan adanya koneksi antara pewarta dan penerima terlebih orang muda. Konektivitas ini membawa Gereja untuk ambil disposisi bahwa hidup tidak lepas dari jaringan. Kehidupan semacam ini menjadi konteks bermisi baru. Disitulah, kita bisa mewartakan sabda Allah dengan media sosial. Misalnya; katolik garis lucu dengan leluconnya, media itu diberi Roh dan ajaran kristiani yang bisa menjangkau orang muda.

Gereja harus memiliki jalan baru untuk memahami sabda Allah. Para pembaca dan pewarta sabda Allah didorong untuk menemukan jalan baru itu. Jalan lama tidak usah dipaksakan lagi untuk generasi muda sekarang. Dengan upaya itu, kita bisa menemukan dan merasakan realitas yang menyejukkan. Realitas baru yang menciptakan keadaan dan ide gagasan yang baru. Contoh konkretnya yakni pandemi Covid kemarin mendorong anggota Gereja untuk menciptakan cara menggereja yang baru.

Hidup dalam jejaring dapat diartikan juga bahwa gereja menyesuaikan frekuensi orang muda yang penuh dengan kesegaran ide dan kreativitas. Orang muda generasi saat ini perlu untuk dirangkul, diajak untuk berpikir positif, dan tidak judge segala usaha mereka. Upaya ini menjadi tantangan bagi para pewarta untuk bisa masuk dan menemukan frekuensi yang selaras dengan orang muda. Romo menekankan ada dua hal yang bisa diupayakan yakni dengan; pertama sabda dikemas dengan cara yang menarik (dulce). Apakah pewartan sabda yang dibuat menarik perhatian orang muda? Apakah isi sabda yang diwartakan sungguh relevan dengan orang muda rasakan? Pewartaan bisa dikemas dengan cara yang menarik secara visual dan audio. Sehingga isi pewartaan itu tidak membuat bosan. Kedua isi pewartaan itu harus bisa mendalam dan berguna (utile). Kedalaman isi pewartaan bersumber dari pribadi Yesus Kristus. Maka perlulah bagi pewarta untuk memiliki relasi pribadi dengan Yesus. Pewarta didorong untuk bisa menemukan pengalaman eksistensial. Pengalaman yang sungguh mendalam, menohok pengalaman dirinya dengan Yesus. Kegunaan dilihat dari sejauh mana dirinya bisa memberikan kesaksian kabar gembira bagi semakin banyak orang. Pewarta sabda memberikan kesaksian iman dari sabda Tuhan yang telah dicecap dan dihidupi.

Pembaca dan pewarta sabda berada di perahu yang sama dengan penerima sabda yang tidak lain adalah orang muda. Orang muda sebagai penerima berperan untuk mendayung dan pewarta berperan untuk mengarahkan perahu itu. Maka, perlulah visi, cara bersikap dan bertindak yang sama untuk bisa berjalan bersama. Sebagaimana perjalanan di emaus, tentu Tuhan menyertai perjalanan keduanya. Keep Spirit, Walking with Jesus. (YKA)