Pesta 40 Tahun Imamat Sebagai Perjalanan Penuh Syukur

Twitter
WhatsApp
Email
Minggu, (5 Febuari 2023), Gereja Paroki Santa Theresia Salam dan seluruh umat Allah Keuskupan Agung Semarang merayakan 40 tahun imamat dua gembalanya. Mereka ialah Rm. Paulus Susanto, Pr dan Rm. Stephanus Gitowiratmo. Rm. Santo sapaan akrab dari Rm. Paulus Susanto pernah menggembalakan

Minggu, (5 Febuari 2023), Gereja Paroki Santa Theresia Salam dan seluruh umat Allah Keuskupan Agung Semarang merayakan 40 tahun imamat dua gembalanya. Mereka ialah Rm. Paulus Susanto, Pr dan Rm. Stephanus Gitowiratmo. Rm. Santo sapaan akrab dari Rm. Paulus Susanto pernah menggembalakan umat Allah di Gereja Maria Mater Dei Bonoharjo yang saat Romo berkarya masih menjadi satu dengan Gereja Santa Maria bunda penasihat baik Wates, Gereja santo Yusup pekerja Gondangwinangun saat ini berkarya di Gereja Santa Theresia Salam. Rm. Gito sapaan akrab dari Rm. Stephanus Gitowiratmo pernah berkarya menjadi dosen di Fakultas Teologi Wedabhakti sekarang berkarya sebagai direktur Pusat Pastoral Sanjaya Muntilan.

Pesta 40 tahun imamat dirayakan dengan perayaan ekaristi dipimpin oleh Rm. Santo dan didampingi Rm. Gito, Rm. Yohanes Suyadi Pastor kepala Gereja St. Theresia Salam dan Diakon Leonardus Dwi Hananto. Perayaan Ekaristi yang dilaksanakan di Gereja St. Theresia Salam dihadiri oleh umat paroki dan umat yang pernah dilayani oleh para romo. Pesta imamat dimeriahkan oleh kesenian brodut dari ibu-ibu paroki.

Dalam homilinya Rm. Santo membagikan refleksi perjalanan imamatnya. Romo memaknai perjalanan imamat 40 tahun ini sebagai perjalanan penuh syukur. 40 tahun merupakan perjalanan yang panjang, ada banyak tantangan dan ketidak-mudahan, namun romo menjalaninya dengan penuh kesetiaan. Romo membagikan pengalamannya sewaktu dirinya hendak menerima rahmat tahbisan. Ada keraguan dalam dirinya bila dalam perjalanan imamat nanti tidak bisa menghidupi nilai-nilai imamat. Di tengah keraguan itu, ia “pasrah bongkokan” kepada Tuhan yang mengutus dalam karya pelayanan. Sekarang tanpa terasa, sudah menginjak perjalanan 40 tahun imamat. Dalam perjalanan itu, setiap perutusan ia terima dengan penuh ketaatan. Di tengah ketidak-mudahan dan tantangan, ia selalu ingat akan pengalaman awal untuk senantiasa “pasrah bongkokan” kepada Tuhan yang mengutus. Tuhan berkenan mengutus tentu sudah mempunyai rencana, dan sebagai imam dirinya menjadi pelaksana rencana Tuhan itu. Ia sekarang bersyukur ikut terlibat dalam karya Tuhan sebagai seorang gembala bagi umat-Nya.

Imam ialah Abdi Kristus. Sebagai abdi Kristus hidupnya diperuntukan dan dengan berpangkal pada Kristus, melalui Dia dan bersama Dia, menjadi abdi manusia. Kesatuan dengan Kristus menjadi dasar pembaktiannya bagi pelayanan komunitas maupun umat Allah yang dilayaninya. Imam membangun komitmen total kepada Kristus. Komitmen itu diwujudkan dengan hidup selibat. Kehidupan selibat dihidupi selama selama 40 tahun dengan kesetiaan dan ketaan pada kehendak Tuhan yang memanggil. (YKA)