Perayaan 10th Goa Maria Lawangsih, 25th Tahbisan Imamat Rm. P. Sajiyana Pr, dan Pembukaan Bulan Rosario

Twitter
WhatsApp
Email

“Lumantar Ibu Maria Kita Muji Syukur Awit ambal Warso Ingkang Kaping 10 Goa Maria Lawagsih” atau dalam bahasa Indonesia “Melalui Bunda Maria Kita Persembahkan Syukur atas Rahmat Dasa warsa Goa Maria Lawangsih”. Tema inilah yang diusung oleh para panitia untuk merayakan 10 th Goa Maria Lawangsih pada tgl 29 September 2018. Bagi umat setempat khususnya, dan para peziarah pada umumnya keberadaan Goa Maria Lawangsih merupakan suatu rahmat tersendiri dari Tuhan karena dengan hadirnya tempat ini, umat diberikan kesempatan lebih untuk menimba rahmat melalui Bunda Maria, kadang ada yang membahasakan di Goa Maria Lawangsih kita bisa menemukan Tuhan dalam keheningan, karena memang tempatnya asri dan tenang untuk berdoa.

Kesenian jatilan dari kelompok seni “Ngesti Budaya Manunggal” dan “Among Mudo” menjadi pembuka seluruh rangkaian acara perayaan 10 th Goa Maria Lawangsih sekaligus Tahbisan imamat yang ke 25 th Rm. P. Sajiyana,Pr dan pembukaan bulan Rosario. Jatilan dimulai pukul 09.00 di halaman parker Goa Maria Lawagsih. Kesenian jatilan yag disuguhkan adalah jatilan “pong jur” atau jatilan “klasik”, dimana tarian ini menggambarkan cerita sejarah perangnya prajurit Mataram yg di pimpin oleh Adipati Suta Wijaya dan prajurit Jipang Panolan yg dipimpin oleh Adipati Arya Penangsang, perang ini di menangkan oleh Adipati Suta Wijaya dimana Arya penangsang terbunuh oleh tombak Suta Wijaya. Jatilan klasik ini sekarang sudah bisa dibilang langka karena seiring perkembangan jaman jatilan kreasi baru lebih diminati. Tapi kelompok seni “Ngesti Budaya Manunggal” dan “Among Mudo” ini bisa membuktikan bahwa klasik bukan berarti ketinggalan zaman, malah bisa memberikan tontonan yang menarik dan baru terutama bagi generasi muda sekaligus untuk nostalgia untuk generasi tua.

Puncak syukur dimulai pukul 15.00 yaitu dengan Misa Syukur yang dipimpin oleh Rm. Sajiyana Pr. Misa ini menggunakan bahasa jawa dan diiringi koor dari kelompok slaka Sabda Suci yang membuat Perayaan Ekaristi Kudus ini semakin istimewa. Selain umat Pelem Dukuh, misa ini juga dihadiri oleh peziarah dari luar paroki. Dalam ujub misa ini umat berdoa agar Rm P. Sajiyana Pr selaku Romo pembantu Paroki, selalu setia menjadi abdi-Nya dan menjadi gembala yang baik bagi umat dimana saja, untuk Goa Maria Lawangsih umat berharap agar melalui Bunda Maria, semakin bayak orang yang menerima berkat karena kasih-Nya dan semakin dekat dengan Yesus Puteranya terutama selama bulan Rosario ini.

Hal yang selalu menjadi daya tarik semua orang adalah makan-makan, dan memang benar, setelah misa ada pesta umat berupa makan bersama dengan menu siomay, bakso dan sate ayam. Hal ini jugalah yang sempat di singgung oleh Rm. Saji pada waktu misa, bahwa jangan ikut misa karena ada pesta setelahnya, tapi mengikuti misa karena adanya kerinduan pada Tuhan. Setelah pesta umat, pada pukul 19.00 diadakan ramah tamah dengan umat dan stasi sekitar, pedukuhan sekitar, Perangkat Desa dan Kecamatan, Polsek Girimulyo dan umat diluar katolik lainnya. Sambil menunggu para tamu undangan, anak-anak SD Kanisius Pelem Dukuh menyuguhkan kesenian karawitan yang berisi 9 lagu dengan 30 personil. Menjadi sebuah kebanggaan tersendiri karena generasi muda mau dan mampu melestarikan budaya jawa. Ramah tamah ini berisi “atur pambagyo” dari ketua panitia dan sambutan dari Ketua Pengelola Goa Maria Lawangsih, Bpk Camat Girimulyo, dan Wakil Ketua II Dewan Paroki adm St Maria Fatima Pelem Dukuh. Disela-sela sambutan diselingi dengan pentas seni dari Tari Angguk (oleh : Sela dan Vika), Nyanyi (oleh : Xena), dan Tari Incling Jangget (oleh : Clara dan Erilta).

Wayang adalah acara pungkasan dari seluruh rangkaian acara 10 th Goa Maria Lawangsih dan pesta imamat yang ke 25 th Rm. P. Sajiyana,Pr. Kesenian wayang mengambil Lakon “Sesaji Raja Soya” yang bercerita tentang Prabu Puntadewa yang akan mengadakan Sesaji Raja Soya sebagai wujud syukur dan doa untuk kemakmuran dan kebesaran Negara Indraprasta. Kisah ini berawal setelah penobatan Puntadewa menjadi raja, Prabu Kresna menyarankan untuk mengadakan Sesaji Raja Soya yang salah satu persyaratannya harus didukung 100 raja dengan sukarela. Sementara ditempat lain Prabu Jalasandra dari kerajaan Giribraja juga berencana mengadakan Sesaji Kalalodra yang mensyaratkan 100 raja untuk tumbal. Negara Giribraja telah berhasil memenjarakan 97 raja, sehingga para Pandawa memutuskan membebaskan raja-raja yang menjadi tawanan Prabu Jalasandra tersebut. Diakhir cerita dengan sukarela ke-97 raja bersama dengan 3 raja bergabung untuk mendukung terlaksananya Sesaji raja Soya. Dalam dalam pentas kesenian wayang ini adalah Ki Anom Sucondro yang merupakan Lurah di Kelurahan Jatimulyo.

Secara keseluruhan acara berjalan dengan tertib, aman, lancar dan meriah. Kesuksesan rangkaian acara ini merupakan kerjasama dari berbagai pihak, mulai dari panitia, keamanan swakarsa, Polsek Girimulyo, Karang Taruna Pratama sebagai petugas parkir dan semua pihak yang bertugas. Berkah Dalem.