Pendidikan Bukan Sebuah Metode, Tetapi Sebuah Relasi – Sarasehan FMKI Kota Yogyakarta

Twitter
WhatsApp
Email

Forum masyarakat Katolik Indonesia (FMKI) kota Yogyakarta menyelenggarakan Sarasehan Bulan Rosario dengan Tema MARIA: DULU, KINI dan ESOK. Kegiatan ini dipimpin oleh Wanita Katolik Republik Indonesia (WKRI) cabang kota Yogyakarta.

Acara sarasehan berlangsung hari Minggu (9/10/2022) bertempat di paroki Hati Kudus Yesus Pugeran, dan dihadiri perwakilan dari Forum Masyarakat katolik Indonesia (FMKI) kota Yogyakarta, Wanita Katolik Republik Indonesia (WKRI) kota Yogyakarta, ISKA kota Yogyakarta, Pemuda Katolik kota Yogyakarta, Vox Point kota Yogyakarta, Ibu-ibu Paroki se Rayon kota Yogyakarta dan Bidang Kemasyarakatan paroki se Rayon kota Yogyakarta.

Latar belakang sarasehan ini adalah keprihatinan kecenderungan anak-anak lebih akrab dengan media sosial, internet dibandingkan dengan orang tuanya.

Tujuan dari saresehan ini dalah memberikan gambaran kepada para Ibu mengenai pola asuh yang benar dan tepat sesuai dengan perkembangan anak dan perkembangan zaman, dan menanamkan metode dan pendekatan penanaman nilai-nilai kristiani dan pelayanan pada diri anak lintas generasi khususnya generasi milenial dan alfa.

Setiap pasangan suami-istri yang menikah dipanggil untuk menjadi orang tua yang bijaksana, menjadi alat Tuhan untuk mendidik, dan mendampingi anak-anak menuju kesuksesan.

Tema MARIA: DULU, KINI dan ESOK, diambil karena dari Maria kita belajar menjadi orang tua yang mengasuh anak sesuai dengan rencana Allah.

Sebagai narasumber Sarasehan adalah Romo Bernadus Singgih Guritno, Pr, Angela Yeyen TD, dan Tri Broto Nugroho.

Romo Bernadus Singgih Guritno, Pr menyampaikan, pendidikan itu tidak hanya soal metode, atau soal isi, tetapi yang paling utama soal relasi. Anak belajar pertama kali dari kedua orang tuanya, dengan cara mengamati dan meniru. Juga faktor kedekatan anak, dengan siapa anak ini paling dekat relasinya apakah ayah, ibu, kakek, nenek atau pengasuh, maka yang paling dekat yang akan diamati dan ditiru pertama kali. Relasi merupakan cara mendidik anak dengan kedekatan.

Maria sebagai manusia juga memiliki lingkaran dekat dengan sekelilingnya, bukan menjadi pribadi yang menyendiri, tetapi bersama orang lain. Meski Yesus telah diserahkan untuk menjalani tugasnya, namun Maria sebagai orang tua tetap mengingatkan Yesus untuk melayani, seperti saat pernikahan di Kana, saat Yesus merubah air menjadi anggur. Ini merupakan relasi yang baik antara Maria sebagai ibu dan Yesus sebagai anak.

Relasi orang tua dengan anak baiknya tidak hanya sebagai sahabat, anak tumbuh berkembang membutuhkan sosok orang tua, maka saat berelasi antara orang tua dengan anak, maka peran orang tua perlu dijalankan.

Tugas orang tua mendampingi anak saat memilih hidup agar tidak terjebak dalam pilihan-pilihan, dan pendidikan bukan sebuah metode, tetapi sebuah Relasi, tutup Romo Singgih.

Angela Yeyen TD, pembicara kedua mengatakan menjadi pendengar yang baik, anak akan betah untuk bercerita atau curhat, berilah kebebasan kepada yang bertanggung jawab kepada anak.

Sebagai pembicara ketiga, Tri Broto Nugroho menyampaikan, orang tua jangan terlalu reaktif saat mengetahui anaknya melakukan kesalahan seperti melihat gambar porno atau ketahuan merokok, anak diajak bicara dengan baik-baik, sehingga anak paham dan mengerti, mengapa orang tua menginginkan anaknya tidak melakukan hal tersebut.

Jadi butuh proses komunikasi antara orang tua dengan anak dan butuh proses penerimaan, dimana saat ini dunia anak adalah dunia gadget, dimana hal-hal yang dianggap orang tua buruk sangat mudah ditemukan di internet. Anak-anak usia SMP-SMA dapat dengan mudah mendapatkan gambar-gambar porno di gadget mereka. Saat orang tua melarang, anak-anak menjadi tidak terbuka dengan orang tuanya,  semakin sembunyi-sembunyi dan tidak jujur kepada orang tua.

Orang tua sebaiknya mendampingi dan menerima, bahwa anak-anak mempunyai rasa ingin tahu hal-hal tersebut, orang tua dapat mendampingi pelan-pelan dan tidak terlalu reaktif.

Bebas bertanggung jawab, juga diajarkan kepada anak-anak, saat anak ingin mencoba hal baru yang sebenarnya tidak patut dilakukan, maka sebagai orang tua perlu berdialog sebab akibat jika si anak melakukan hal tersebut.

Anak-anak selalu mencontoh dari perilaku orang tua, mereka akan meneladani dari apa yang orang tua lakukan bukan dari apa yang dikatakan.

Berilah ruang dan waktu bagi anak-anak bersama orang tua, artinya sebagai orang tua wajib memberikan waktunya bersama anak-anak, untuk sekedar ngobrol, bercerita.

Mindset harus di rubah, bahwa mendidik bukan mencetak anak sesuai keingingan orang tua, karena setiap anak memiliki kodrat dan potensi masing-masing. Sebagai orang tua mendampingi anak menuju cita-cita anak sesuai dengan potensi dan kodratnya, tutup Tri Broto Nugroho