Tim Kerja Pendampingan Keluarga Lingkungan & Wilayah se paroki Sragen, Minggu (5/9) mengadakan pertemuan guna mendapatkan pembekalan dan sosialisasi berkaitan dengan pendampingan keluarga. Di aula SMP Saverius Sragen. Dalam pertemuan tersebut menghadirkan Komisi Pendampingan Keluarga KAS yang terdiri Rm Aristanto HS MSF (Ketua Komisi), Bpk Henrycus Haryanto S & Aldo (Bidang Pendampingan Animasi & Pelatihan Komisi).

Pada awal pertemuan disampaikan kepada peserta bahwa pendampingan keluarga tidak hanya diperuntukan bagi umat/keluarga yang sedang dalam kondisi khusus (bermasalah), namun pendampingan juga dibutuhkan oleh umat / keluarga yang dalam kondisi biasa (tidak bermasalah) hal ini perlu agar umat / keluarga lebih siap bila kelak harus menghadapi masalah.

Maka dalam visi Pastoral Keluarga jangka panjang (2009-2015) disebutkan ada 2 pendampingan keluarga, yaitu: Pendampingan berjenjang dan pen­dampingan integral. Dimana pen­dampingan berjenjang meliputi:

1)   Discovery (pen­dampingan yang serius akan hidup berkeluarga.

2)   Kursus Persiapan Perkawinan

3)   After Care (pendampingan setelah menikah – usia balita).

4)   Parenting (ada 3 tahap : pasutri dengan anak balita, pasutri dengan anak remaja & pasutri dengan anak dewasa) .

5)   Single Parent (pendampingan terhadap keluarga tanpa kehadiran pasangan)

Sedangkan pendampingan Integral meliputi :

1) Bantuan dalam situasi khusus dan

2) Pembekalan aneka tema.

Adapun pendampingan bisa ditempuh dengan cara-cara : personal (kunjungan), berkelompok (paguyuban-2 kecil), masal (rekoleksi / retret) atau secara khusus (konseling). Apapun cara yang dipakai, hendaknya pendampingan memfokuskan pada perbaikan / peningkatan relasi, baik Relasi Suami-Isteri, Relasi Orang Tua dengan Anak-anak,  Relasi Keluarga dengan lingkungan/ masyarakat maupun Relasi keluarga dengan Tuhan. Dan untuk mendukung upaya-upaya pendampingan tersebut maka dibutuhkan adanya pemberdayaan pen­damping maupun pemberdayaan koordinator “paguyuban-paguyuban suami-isteri katolik”.

Dalam pembekalan kali ini peserta juga diberikan latihan kasus-kasus serta dilakukan latihan/simulasi pendampingan kelurga cara personal (kunjungan). Selanjutnya Tim dari Komisi Pendampingan Keluarga KAS juga menyampaikan hal-hal berkaitan dengan Pastoral Kunjungan Keluarga yaitu meliputi motivasi kunjungan keluarga, prinsip-prinsip kunjungan keluarga, hal-hal praktis dalam kunjungan keluarga dan kunjungan keluarga oleh keluarga.

Pada akhir pertemuan, pengurus Dewan Paroki melakukan koordinasi /sosialiasi berkaitan “Rencana Kunjungan Keluarga” ke lingkungan-lingkungan yang akan dilaksanakan mulai bulan Oktober 2010 dengan melibatkan seluruh TK. Pendampingan Keluarga Lingkungan/ Wilayah se Paroki Sragen.

Setelah acara acara dilanjutkan dengan sesi 2  yaitu “Penyegaran Tim Pemberi Kursus Persiapan Perkawinan”. Pertemuan ini  diikuti oleh Tim Pemberi Kursus Pirsiapan Perkawinan Paroki  (meliputi Romo Paroki, praktisi kesehatan dan beberapa pasutri) serta ketua Bidang IV dan Koordinator TK Pendamping Keluarga paroki. Penyegaran kali ini lebih bersifat koordinatif antara lain mengenai materi kursus dan teknis penyampaian materi.

Rm Arist menekankan bahwa Kursus Persiapan Perkawinan merupakan bagian dari Pendampingan Keluarga, dimana dalam kursus persiapan perkawinan hendaknya dipandang sebagai “masa pendidikan hidup sebagai suami-isteri” untuk mengatasi kesulitan-kesulitan yang akan dihadapi. Maka dalam kursus persiapan perkawinan, selain menyampaikan materi kursus, tim pemberi kursus diharapkan juga bisa memberikan pengalaman hidupnya. Disaming itu juga perlu diketahui oleh calon pasangan bahwa masih ada jenis-jenis pendampingan lain setelah kursus persiapan perkawinan.

Banyaknya materi kursus yang harus disampaikan dalam waktu yang terbatas (rata-rata Paroki-2 di KAS menyampaikan materi dalam waktu 3 hari) kadang membuat proses pemberian kursus menjadi kurang optimal, menyadari akan hal itu Komisi Pendampingan Keluarga  KAS menawarkan alternatif pemberian kursus persiapan perkawinan dengan 12 materi selama 2 hari (retre t /week end). Diharapkan alternatif tersebut bisa menjadi pilihan bagi calon pasangan yang menginginkan pendidikan hidup sebagai suami-isteri dengan lebih mendalam.