“Tak nampak namun sangat berdampak”, barangkali itulah yang bisa kita gambarkan untuk memaknai peran para Koster dan Paramenta. Ketika Perayaan Liturgi belum terjadi, mereka semua sudah bekerja dengan segala ketelitian, kecermatan, penuh empati dan sukacita agar segala sarana prasarana yang diperlukan dalam Perayaan Liturgi tersedia sesuai dengan maksud perayaan itu sendiri. Ketika Perayaan Liturgi terjadi, mereka pun sebenarnya harus tetap siap serta dituntut untuk siaga jika ada hal urgent yang dibutuhkan dalam perayaan. Kendati bisa dikata mereka semua bekerja “dibalik layar”, makin tidak menonjol namun semua terfasilitasi dengan baik, maka makin baiklah para Koster dan Paramenta berkarya, karena pemimpin perayaanlah yang utama.
Pada tanggal 21-22 Maret 2023 di Pangesti Wening – Ambarawa, diselenggarakanlah kegiatan peneguhan dan pembekalan bagi para Koster dan Paramenta. Kegiatan ini merupakan kerjasama Komunitas Peduli Liturgi (Komplit) dengan Komisi Liturgi (Komlit) Kevikepan Semarang. Kegiatan ini juga merupakan kelanjutan dari kegiatan Indah Bersahaja: Mendandani ruang Liturgis yang dilaksanakan pada tahun 2019.
Materi diberikan oleh 3 narasumber, yakni Peneguhan Spiritualitas oleh Romo EM. Martasudjita, Pr.; Ragam Busana Gereja oleh bapak Albert Wibisono; dan Piranti Misa, Perawatan Benda Suci dan Keindahan-Kepantasan sekitar Altar oleh Romo Yohanes Sunaryadi, Pr., yang sekaligus ketua Komlit Kevikepan Semarang. Kegiatan ini diharapkan bisa menampung berbagai pengalaman suka duka para Koster-Paramenta, serta menyikapi banyak hal dengan aktif dan sepenuh hati, penuh sukacita dan kerelaan hati, demikianlah ungkapan Alex Nugroho Tedjo Tamtomo, dari Paroki Sendangguwo sebagai ketua panitia kegiatan ini.
Kegiatan ini diikuti oleh 85 peserta yang terdiri dari para Romo, Bruder, Kabid Liturgi, Koster serta Paramenta sendiri. Para peserta terlihat bersemangat, antusias dan bahagia dengan kegiatan ini. Apalagi dengan didukung oleh totalitas panitia dalam menyiapkan kegiatan ini. Sebagai hasil dari forum perjumpaan ini, dihasilkan beberapa rekomendasi sebagai berikut: (Romo Sunaryadi, Pr.)
- Koster dan paramenta harus mau terus belajar
- Koster dan paramenta harus terus menjaga komunikasi dan dialog dengan Romo Paroki dan Bidang Liturgi-Peribadatan
- Sangat dianjurkan Paroki-paroki memiliki Sacrarium
- Koster dan paramenta berjuang mengembalikan sakristi sebagai ruang doa yang tenang bagi Imam dan pelayan liturgi lain sebelum perayaan
- Bisa dipikirkan lagi bersama para Romo dan Bidang Liturgi tentang penggunaan kostum liturgi yang mirip atau menyerupai dengan kostum pejabat-pejabat resmi Gereja, seperti: mirip Stola imam/diakon, mirip Palium Uskup Agung, mirip Mozzetta Uskup/Kardinal, mirip Salib dada asesor kanonik
- Kostum Pelayan liturgi yang paling terikat warna liturgi yang sedang dirayakan adalah Stola dan kasula Imam/Uskup
- Pemahaman tentang semangat inkulturasi adalah “agar Injil semakin diterima makin banyak orang”
- Pelayanan sebagai koster dan paramenta hendaklah dihayati sebagai perwujudan imamat umum, dihayati sebagai sebuah panggilan bukan sekedar rutinitas, juga dihayati sebagai silih atas dosa. Sangat dianjurkan berdoa sejenak sebelum menjalankan tugas.
- Koster dan paramenta harus rajin ekaristi, mendengarkan sabda dan menumbuhkan devosi