Paroki St. Theresia Liseux Boro: Misdinar sebagai Wadah Pengembangan Diri

Twitter
WhatsApp
Email
Sabtu-Minggu, (29-30/7/2023), Paroki St. Theresia Liseux Boro, Kulon progo mengadakan retret bagi anak-anak misdinar. Retret ini dilaksanakan di Wisma Salam, Magelang. Rekoleksi diikuti oleh 105 anak misdinar dan dibimbing oleh Tim Youth Spirituality Center, Wisma Salam

Sabtu-Minggu, (29-30/7/2023), Paroki St. Theresia Liseux Boro, Kulon progo mengadakan retret bagi anak-anak misdinar. Retret ini dilaksanakan di Wisma Salam, Magelang. Rekoleksi diikuti oleh 105 anak misdinar dan dibimbing oleh Tim Youth Spirituality Center, Wisma Salam dan juga para pendamping misdinar Paroki St. Theresia Liseux Boro.

Kegiatan dimulai dengan ibadat pembuka pada pukul 16.00 WIB, dan dilanjutkan dengan sesi pertama. Pada sesi pertama, para pendamping mengajak para misdinar untuk bangga menjadi misdinar. Mereka diperkenalkan dengan spiritualitas, tugas dan peranan misdinar dalam kegiatan di gereja. Tugas dan peran tidak menjadikan beban, namun sebagai bagian dari pelayanan yang dijalani dengan rasa bangga dan sukacita. Sesi dua, pukul 19.30, mereka diajak untuk melihat kekuatan, kelemahan, ancaman dan peluang dalam kegiatan misdinar. Mereka belajar memetakan sejauhmana peranannya dalam pelayanan di gereja selama ini. Dengan kreativitasnya, mereka juga menampilkan hasil renungan di malam ekspresi.

Pagi harinya, mereka dibimbing untuk meditasi alam. Meditasi ini menjadi kesempatan bagi anak-anak misdinar untuk mensyukuri anugrah Tuhan, menep untuk mengendapkan proses retret dan pelayanan sebagai misdinar. Setelah meditasi, acara dilanjutkan dengan outbond. Kegiatan ini memberikan kesempatan bagi mereka untuk menemukan dan memaknai arti kerjasama, kompak, bersosialisasi dan berjejaring dengan pihak lain maupun dalam komunitas misdinar paroki.

Kegiatan rekoleksi yang mengangkat tema ‘Misdinar sebagai Wadah Pengembangan Diri’ ditutup dengan Ekaristi yang dipimpin oleh Rm. Romualdus Subyantoro Putra Perdana, Pr di Kapel bundar, Wisma Salam. Dalam kotbahnya, Romo Suby berpesan bahwa misdinar itu pilihan. Pilihan dari dalam diri dan tidak tergantung pada orang lain maupun ikut-ikutan teman lain. Teman-teman ini juga dipilih untuk melayani. Bagi Gereja, pelayanan itu merupakan tugas perutusan utama yang mencangkup bagaimana dirinya mengembangkan kepemimpinan. Ia mampu belajar memimpin dirinya sendiri dan orang lain.

Setelah komuni pertama, gereja mengajak mereka untuk melayani dengan menjadi misdinar. Di tengah aneka tugas dan pelayanannya, misdinar diajak untuk terus berdoa meminta rahmat kebijaksanaan sebagaimana kisah Nabi Salomo di bacaan pertama. Kebijaksanaan yang dimohonkan adalah rahmat ketekunan untuk mewujudkan hal-hal baik dalam karya pelayanan di Gereja. Dalam pelayanan di Gereja, kebijaksanaan juga bisa diwujudkan dengan menjadi pribadi yang bermanfaat bagi orang lain. Cara yang bisa ditempuh yakni dengan rendah hati. Orang yang rendah hati akan diluhurkan, sebaliknya orang yang meninggikan diri pasti tidak akan dihargai. Dengan nilai-nilai ini, retret menjadi kesempatan untuk merenungkan sisi rohani sekaligus pengembangan diri pribadi. Pribadi yang makin bijaksana dan sukacita.

Rencana Induk Keuskupan Agung Semarang memberikan perhatian pada pembinaan remaja. Retret semacam ini menjadi kesempatan yang dapat diberikan oleh Gereja dalam membina iman anak-anak remaja yang mengikuti kegiatan misdinar. Dengan menjadi misdinar, remaja diberi ruang dan kesempatan ambil bagian dalam kehidupan menggereja. Secara tidak langsung, mereka juga dapat semakin mendalami iman kekatolikan, mengembangkan diri dan bisa mengenal gerak pelayanan pastoral Gereja sejak dini. (Yuhanes Kristi Andayanto)