Uskup Agung Semarang, Mgr Justinus Darmojuwono, dengan Surat Pendirian tertanggal 18 Agustus 1964, mendirikan Yayasan Gereja Katolik yang dinamakan “PENGURUS GEREJA DAN PAPA MISKIN ROOM KATHOLIK DI WILAYAH GEREJA HATI YESUS YANG MAHA KUDUS DI KARANGPANAS SEMARANG”.
Sejarah paroki Karangpanas tidak dapat lepas dari sejarah paroki Gedangan. Gedangan menjadi semacam biji sesawi yang kemudian berkembang menjadi pohon sedemikian lebat.
Panti Asuhan (di bawah Stichting Rooms Katolik Weeshuis yang kemudian hari menjadi Yayasan Panti Asuhan Katolik) karya para suster OSF Gedangan yang dikelola sejak tanggal 5 Februari 1870 berkembang sedemikian pesat. Dalam tahun 1912, Yayasan R.K.Weeshuis mulai mendirikan panti asuhan baru di Candi Lama (Karangpanas). Mula-mula rumah baru ini dimaksudkan bagi anak-anak perempuan. Namun akhirnya rencana berubah. Panti Asuhan yang baru diperuntukkan bagi anak laki-laki. Pembangunan gedung baru selesai pada tanggal 1 Mei 1915 dengan diteruskan penyempurnaan sana-sini.
Para bruder CSA yang telah mengelola Panti Asuhan anak-anak laki-laki di kompleks susteran Gedangan bagian selatan (sekarang Kantor Yayasan Kanisius Pusat dan Yadapen) pindah dengan senang hati bersama dengan anak-anak muda asuhan mereka pada tanggal 15 Juni 1915.
Panti Asuhan itu dinamai Panti Asuhan St. Vincentius. Kompleks panti asuhan yang meliputi juga Kapel Hati Kudus Karangpanas diresmikan oleh Mgr. Luypen SJ pada tanggal 26 September 1915. Pastor pertama yang tinggal di sana sebagai direktur weeshuis adalah Pastor Hoevenaars SJ.
Dalam sejarah, kapel Hati Kudus Karangpanas semula dipakai oleh rumah weeshuis melulu. Direktur weeshuis adalah seorang pastor yang tinggal di pastoran. Namun dengan agak cepat direktur weeshuis itu juga berfungsi sebagai pastor paroki. Karangpanas memang strategis dan jauh dari paroki-paroki lain. Sudah sejak tahun 1915 ada buku permandian. Buku perkawinan dimulai pada tahun 1937.
Baptisan pertama yang tercatat dalam Liber Babtismi terjadi pada tanggal 13 Juni 1915 dengan nama Thelma, anak dari pasangan Leopaldo Eresto Silvio Catalani dan Cisira Zelia Rita Heyneman. Yang membabtis Pastor Hoevenaars SJ. Sedang emban babtisnya IWH van der Vlught. Sedang baptisan pribumi pertama tercatat bernama Fransiscus Waloejo Haryadi (anak dari Karel Tole Hardjasoekarto dengan Fransisca Soedarmi) pada tanggal 19 Desember 1924. Yang membabtis Romo J Sevink SJ.
Sampai pada tahun 50-an (sebelum jaman Rm Oswaldus Verdier (tinggal di Karangpanas tahun 1953-1964), Gereja Karangpanas masih dikenal sebagai Grejane Landa. Umat pribumi di daerah Semarang bagian selatan merayakan ekaristi di gereja St Yusup Gedangan dengan naik trem berangkat dari station trem di Metro (sekarang Metro Square).
Sebelum jaman merdeka, umat pribumi nyaris belum ada. Baru sesudah jaman merdeka, Gereja Karangpanas berubah dari Gereja keturunan Eropa menjadi Gereja Indonesia tulen. Proses ini berlangsung amat lama. Buktinya pengumuman Gereja sampai akhir tahun 1957 masih ada dalam dua bahasa, bahasa Belanda dan Jawa.
Pada tahun 1960 umat paroki Karangpanas tidaklah sebanyak sekarang. Sebagai gambaran, satu lingkungan terdiri dari beberapa kelurahan misalnya lingkungan (kring) Kaliwiru meliputi Kaliwiru, Semeru, Tengger, Wonotingal dan Candi Persil.
Menyadari jumlah umat yang semakin banyak dengan tumbuhnya suburnya perumahan baru di kawasan Candi Atas dan daerah sekitarnya dibutuhkanlah Gereja yang lebih besar. Romo St. Heruyanto bersama dengan Dewan Paroki mengadakan kerja sama dengan Yayasan PAK. Hasil kerjasama itu adalah pelimpahan tanah dari yayasan PAK seluas kurang lebih 4000 meter persegi untuk kepentingan paroki. Akhirnya dibangunlah gedung gereja yang baru.
Rumah yang sudah lama dirindukan oleh umat Katolik Karangpanas ini diresmikan oleh Bapak Uskup Agung Semarang Mgr I Suharyo pada tanggal 1 Juni 2000. Gereja baru ini disebut sebagai Gereja St. Athanasius Agung di Karangpanas Semarang (sub titulo Sancti Athanasii)
Wilayah dan Batas
Lingkungan : 65
Wilayah : 11
Batas
Utara :
Selatan :
Timur :
Barat :