Para Dosen UGM Siap Bersinergi dengan Kevikepan DIY

Twitter
WhatsApp
Email

 

Sebanyak 7.826 jiwa umat Kevikepan DIY terkena dampak Pandemi Covid 19. Uskup KAS meminta Vikep DIY dan para imam memikirkan kebutuhan dasar mereka, di antaranya soal pangan.

Menanggapi permintaan Uskup KAS Mgr Robertus Rubiyatmoko itu,  Vikep DIY Romo Andrianus Maradiyo Pr menggerakkan program ketahanan pangan di DIY. Awalnya, seperti ungkapan Jawa, “tumbu oleh tutup” pada saat kevikepan memikirkan cara membantu umat mengusahakan ketahanan pangan keluarga, ada tawaran bantuan bibit singkong dari seorang donatur. Sebanyak 69 ribu batang singkong diterima dari donatur, dan langsung dibagikan kepada umat melalui paroki masing-masing.

Program Ketahanan Pangan Kevikepan DIY ini adalah langkah dan gerak Gereja Kevikepan DIY menyikapi Pandemic Covid 19 ini. Dalam pertemuan virtual melalui fasilitas Google Meet, Romo Dio memaparkan Program Ketahanan Pangan ini kepada para dosen Katolik UGM, Jumat 12 Juni 2020.

BIBIT SINGKONG
Bibit singkong sebanyak 69 ribu batang siap dibagikan ke paroki-paroki di Kevikepan DIY

Pertemuan ini dipandu moderator Francis Sigit Setyabudi, dosen di Fakultas Tehnologi Pertanian UGM. Dihadiri sekitar 25 dosen dari berbagai fakultas. “Ini lengkap. Hadir dari kluster kesehatan, tehnik, agronomi, fokasi dan lain-lain,” tutur Francis.

Bibit singkong

Lebih jauh, kepada para dosen, Romo Dio menjelaskan, umat sangat antusias menyambut bantuan bibit singkong itu. Romo Dio sendiri menerima ratusan pesan WA yang meminta supaya diberi bibit singkong itu. “Saya merangkul FMKI DIY untuk mendistribusikan bibit singkong itu,” tutur Romo Dio.

Dalam waktu empat hari distribusi 69 ribu bibit singkong itu selesai. Namun permintaan dari umat melalui parokinya tidak berhenti. Lalu ada gagasan untuk mencari bibit singkong di area sekitar Sleman, yaitu Brayut, Medari, dan Somohitan. Terkumpul 11 colt bibit singkong, yang langsung dibagikan kepada paroki-paroki yang membutuhkannya. “Total ada 150-an ribu batang singkong yang dibagikan. Ini tidak terbatas untuk umat Katolik. Juga dibagikan kepada masyarakat umum, termasuk ke Pondok Pesantren Sabilulhuda di Pakem,” tambah Romo Dio.

Setelah mendistribusikan 150 ribu batang singkong, Kevikepan DIY melanjutkan program ketahanan pangan dengan mengupayakan bibit ikan lele. Kevikepan DIY menstimulasi 10 ribu bibit ikan lele, lalu ditawarkan ke umat di semua paroki di DIY, melalui WAG Komisi Serumpun. Sampai sekarang ada 180 ribu bibit lele yang sudah didistribusikan ke umat via paroki. “Sekaligus ada pelatihan bagaimana memelihara ikan lele itu,” ujar Romo Dio.

Gerakan Ketahanan Pangan Kevikepan DIY ini akan terus berlanjut. Vikep DIY lalu mengusulkan Omah Paseduluran di Desa Pendowoharjo sebagai basecamp gerakan ini. “Omah paseduluran menjadi basecamp penyaluran bibit singkong, lele dan sayur mayur. Animo umat untuk ikut bergerak dalam gerakan ketahanan pangan di DIY ini sungguh luar biasa.”

Romo Dio menyampaikan kepada para dosen, untuk ikut memikirkan masalah paska panen jika musim panen singkong, ikan lele dan sayur mayur itu tiba. “Dari 180 ribu bibit lele itu tidak mungkin dimakan sendiri. Perlu ada solidaritas dan penghasilan untuk keluarga,” tuturnya.

Para dosen menyambut baik pemaparan Vikep DIY. Banyak yang memberi tanggapan. Salah seorang di antaranya, Gandung mengajukan diri untuk langsung dilibatkan. Ia mengusulkan dibentuk kelompok budidaya ikan lele, budidaya sayuran, dan para dosen bisa dimasukkan kedalam kelompok. “Lewat WAG kita bisa berkomunikasi. Saya siap mendampingi kelompok,” ujarnya.

Menanggapi usul itu Romo Dio menyambut senang. Itu langkah konkret yang langsung bisa dilakukan. Romo Dio juga menyampaikan kepara pada akademisi, untuk memikirkan makanan lele yang tidak mahal, tapi menghasilkan lele yang sehat. “Hasil budidaya berupa lele yang sehat, kalau digoreng tidak lembek, tapi kering. Ini saya lihat setiap kali saya makan lele.”

Para dosen menyampaikan kesanggupannya untuk mendukung gerak langkah Gereja Kevikepan DIY dalam masa Pandemic Covid 19 ini. “Di UGM ada 18 fakultas dan dua sekolah. Kami lengkap dan siap bersinergi dengan kevikepan,” ujar Francis, mewakili para dosen.

sumber : https://thetungkem.com/