Orang Muda Katolik Jangan Takut Berpolitik (Kolasi III Kevikepan Yogyakarta Barat)

Twitter
WhatsApp
Email
Kolasi III Kevikepan Yogyakarta Barat mengambil tema “ Menumbuhkan Semangat Kebangsaan Bersama Orang Muda”.  Kolasi kali ini diprakarsai oleh Komisi PK3 dengan sarasehan Kebangsaan yang menghadirkan narasumber mantan Walikota Solo, Bapak FX. Hadi Rudyatmo, dan Anggota DPR RI dari Yogyakarta, Ibu M.Y. Esti Wijayati

Kolasi atau pertemuan Romo Paroki dan Perwakilan Dewan Pastoral Paroki  III Kevikepan Yogyakarta Barat diadakan pada hari Senin, 7 Agustus 2023 di Gereja St. Yakobus Alfeus, Pajangan, Paroki St. Yakobus Bantul. Kolasi III Kevikepan Yogyakarta Barat mengambil tema “ Menumbuhkan Semangat Kebangsaan Bersama Orang Muda”.  Kolasi kali ini diprakarsai oleh Komisi PK3 dengan sarasehan Kebangsaan yang menghadirkan narasumber mantan Walikota Solo, Bapak FX. Hadi Rudyatmo, dan Anggota DPR RI dari Yogyakarta, Ibu M.Y. Esti Wijayati. Selain itu, Kolasi dihadiri oleh para romo paroki se-Kevikepan Yogyakarta Barat dengan mengajak serta Ketua Bidang Kemasyarakatan, Ketua Bidang Pewartaan di Paroki dan beberapa wakil Orang Muda Katolik di Paroki.

Acara dimulai pada pukul 17.00 dengan doa pembuka dari wakil Orang Muda Katolik yang hadir dalam kolasi tersebut, yang kemudian dibuka oleh sambutan dari Romo Paroki St. Yakobus Bantul, Rm. L.D. Agus Merdi Nugroho, Pr. Dalam sambutannya, Romo Merdi menyampaikan ucapan selamat datang dan menjelaskan secara singkat nama Gereja dimana Kolasi tersebut diadakan. Romo Merdi juga menyambut para tamu yang hadir berikut narasumber yang hadir dalam kolasi. Selepas sambutan, acara dilanjutkan dengan  pemaparan dari Komisi PK3 tentang highlight Kegiatan Novena Kebangsaan Tahun 2023 Kevikepan Yogyakarta Barat yang telah berjalan hingga bulan Agustus 2023.

Memasuki acara pokok, Komisi PK3 yang diwakili oleh Bapak Yohanes Rajaban mengundang para narasumber untuk ber-sarasehan bersama dengan para peserta kolasi. Kesempatan pertama narasumber yang menyampaikan materi adalah Bapak FX. Hadi Rudyatmo, mantan Walikota Solo. Dalam penyampaian materinya, Pak Rudy membagikan pengalamannya sebagai seorang Katolik yang terlibat aktif dalam dunia politik hingga dipercaya oleh masyarakat Solo sebagai wakil walikota hingga walikota. Bapak FX. Hadi Rudyatmo adalah wakil walikota Solo di era Bapak Joko Widodo sebagai walikota Solo. Beliau mengkisahkan bahwa pengalamannya berorganisasi sudah dimulai dari sejak kecil. Pada usia 19 tahun beliau sudah menjabat sebagai ketua RT dan kemudian aktif dalam partai politik. Menurut beliau, modal utama dalam terlibat dalam dunia politik adalah panggilan untuk melayani, bukan menguasai. Panggilan itu diterima dengan berani, dan terus diupayakan karena menurut beliau Tuhan Yesus telah bersabda agar jangan takut untuk berbuat baik bagi masyarakat, secara khusus bagi bangsa dan negara.

Panggilan untuk terlibat dalam berjuang bagi kesejahteraan bangsa dan negara bagi Pak Rudy diteguhkan kembali oleh kesetiaan terhadap Pancasila, Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia, Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dan Bhineka Tunggal Ika. Bagi Pak Rudy, keempat pilar hidup berbangsa dan bernegara Indonesia tersebut adalah hal yang mendasar untuk terus diperjuangkan sebagai ideology perjuangan.  Hidup dan pengabdian Pak Rudy sebagai seorang yang seratus persen Katolik dan seratus persen Indonesia diwujudkan dengan terus menjaga merawat dan menegakkan dan mewujudkan keempat pilar tersebut.

Setelah menjadi pemimpin pun, dengan tetap berlandaskan panggilan kepada kebaikan, maka kepemimpinan dilaksanakan dengan tulus, jujur, rendah hati, dan penuh pelayanan. Lebih lanjut Pak Rudy menyatakan bahwa pemimpin adalah pelayan, bukan penguasa. Beliau menyampaikan bahwa “pemimpin masa lalu adalah seseorang yang tahu cara berbicara, sedangkan pemimpin masa depan adalah seorang yang tahu cara bertanya dan berbuat”. Menurut beliau, seorang pemimpin yang melayani harus mampu: memberikan perubahan, menjadi sumber inspirasi, memberikan kepercayaan kepada publik, melayani orang-orang yang dipimpin, menyelesaikan pekerjaan dan mengembangkan potensi bawahan, memberikan contoh yang baik kepada bawahan bagaimana melakukan pekerjaan, menerima kewajiban-kewajiban, memperbaiki segala kesalahan dan kekeliruan, damai dan membawa damai.

Tentang Orang Muda Katolik dan Politik, Pak Rudy mengajak teman-teman Orang Muda Katolik untuk tidak takut terlibat dalam hidup sosial masyarakat dan politik. Sebab dalam Gereja Katolik, politik merupakan panggilan untuk berjuang bagi kesejahteraan umum. Dalam konteks Orang Muda Katolik, teman-teman muda dapat mengawali keterlibatan itu di tingkat lokal (RT, RW, Desa, Kecamatan) yang tentu akan berdampak bagi bangsa dan negara. Selain itu Pak Rudy mengundang orang muda Katolik untuk mengembangkan diri dalam keikutsertaan membangun bangsa dan negara dengan terus menjaga integritas kebaikan dalam segala segi keterlibatan bagi masyarakat bangsa dan negara. Dengan menjaga integritas kebaikan di dalam hidup sosial politik masyarakat bangsa negara, itu juga berarti mewujudkan iman Katolik bagi keselamatan semesta.

Sharing dari Bapak FX. Hadi Rudyatmo dilanjutkan oleh Ibu MY. Esti Wijayati sebagai narasumber kedua. Ibu M.Y. Esti Wijayati adalah seorang anggota DPR RI Komisi VIII dari Fraksi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP). Bu Esti mengawali sharingnya dengan membacakan sebuah puisi karangan Bertolt Brecht, seorang penyair dan dramawan berkebangsaan Jerman yang berjudul  Buta Politik. Isi puisi tersebut menggambarkan tentang bahaya seseorang yang buta politik. Kebutaan terhadap politik atau sikap acuh tak acuh dan bahkan cenderung membenci politik justru akan membawa masyarakat kepada kehancuran. Menurut Bu Esti, politik sejatinya adalah sebuah perjuangan untuk membawa masyarakat meraih kesejahteraannya. Jika seseorang atau masyarakat buta politik, maka bisa dipastikan masyarakat tersebut justru akan kacau balau karena tidak terarah kepada kesejahteraan bersama dan hanya dimanfaatkan oleh kekuasaan yang membabi buta dan merusak.

Beranjak dari puisi tersebut, Bu Esti mengajak orang muda Katolik untuk berani berpolitik, belajar politik, dan tidak buta politik. Beliau menceritakan kisah perjuangan dan karir politik beliau sebagai seorang Katolik seratus persen dan seorang Indonesia seratus persen. Perjuangan beliau hingga bisa menjabat sebagai wakil rakyat hingga lima periode juga merupakan buah dari kegigihan terhadap ideologi bangsa, Pancasila, Undang-Undang Dasar 1945, Bhineka Tunggal Ika dan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Hal ini telah tertanam sejak kecil didasari oleh panggilan iman Katolik agar bermakna bagi kesejahteraan bersama. Oleh karena itu, beliau mengajak Orang Muda Katolik untuk mulai terlibat dalam merawat dan memperjuangkan kesejahteraan bangsa negara dengan menjadikan iman Katolik yang berlandaskan kasih sebagai pondasi. Hal ini sejalan dengan isu strategis Anak Muda dalam Pemilu 2024 bahwa Anak Muda menghendaki kesejahteraan masyarakat bangsa negara dan membebaskan bangsa negara dari korupsi. Iman Katolik sejak awal selalu mengundang umatnya untuk tetap aktif berjuang demi kesejahteraan masyarakat dan memiliki integritas kejujuran, pelayanan, kepedulian, tanggungjawab yang mengharamkan segala macam bentuk korupsi. Dengan berani terlibat dalam politik bangsa ini, Orang Muda Katolik dipanggil untuk mewujudkan imannya, demi kesejahteraan masyarakat dan memberantas segala macam bentuk bentuk korupsi demi tegaknya Pancasila, Undang-Undang Dasar 1945, NKRI dan Bhinnneka Tunggal Ika. Bu Esti berharap semoga Orang Muda Katolik tidak buta politik, namun mau terlibat aktif dalam politik bangsa Indonesia demi kesejahteraan umum yang sejalan dengan panggilan iman sebagai murid-murid Kristus.

Akhirnya, kolasi ditutup oleh peneguhan dari Romo Vikaris Episkopalis Yogyakarta Barat,   Rm. A. R. Yudono Suwondo, Pr. Beliau menegaskan empat hal: (1) Ajakan Bapak FX. Hadi Rudyatmo bagi orang muda katolik hendaknya menjadi perhatian khusus bagi keterlibatan orang muda di tengah masyarakat yakni dengan menjaga integritas iman Katolik yang mau berjuang bagi kesejahteraan umum, bangsa dan negara; (2) Politik adalah perjuangan untuk kesejahteraan umum, maka hendaknya orang muda-orang muda Katolik perlu terlibat aktif di dalamnya; (3) Romo Vikep mengapresiasi seluruh gerakan dan kegiatan OMK (Orang Muda Katolik) yang mulai berani berkontak dengan berbagai elemen pemerintah dan masyarakat. Hal ini menjadi berkat untuk terlibat di masyarakat lebih banyak lagi; (4) Paroki-paroki hendaknya memberi peluang dan kepercayaan serta pelatihan bagi keterlibatan orang muda agar lebih banyak tampil di masyarakat. Dengan keterlibatan yang mulai diberikan kepada orang muda, harapannya dapat memberi warna baru dalam perkembangan masyarakat demi kesejahteraan bersama sebagai bangsa dan negara. (Yohanes Ari Purnomo)