Ngangsu: Bersatu Walau Beda Kubu

Twitter
WhatsApp
Email
Peristiwa politik seperti pemilu seringkali menjadi pintu masuk bagaimana keutuhan satu bangsa jadi terkoyak karena perbedaan pilihan politik. Pada kontestasi pemilu kali ini, marak gimik-gimik politik (luring dan daring)

Peristiwa politik seperti pemilu seringkali menjadi pintu masuk bagaimana keutuhan satu bangsa jadi terkoyak karena perbedaan pilihan politik. Pada kontestasi pemilu kali ini, marak gimik-gimik politik (luring dan daring) yang semakin mengaburkan esensi demokrasi dan politik itu sendiri. Gimik politik biasanya digunakan sebagai upaya menarik massa secara manipulatif tanpa menyodorkan substansi solutif terkait isu-isu dan kebijakan yang dibutuhkan masyarakat. Upaya politis yang terlalu menebarkan gimik politik yang kontroversial juga akan menghasilkan polarisasi politik. Kubu-kubu yang berseberangan akan semakin menguat dan mengeras. Alhasil, kesatuan akan semakin terkikis dan persaudaraan akan semakin kabur. Jika tidak teratasi dengan baik, amok massa – yaitu kemarahan kolektif yang susah dikendalikan – sudah menghadang di depan mata. Amok selalu sambung dengan gelora kehancuran. Dalam hal ini, jauh-jauh hari, Bung Hatta pernah mengingatkan yang real di lapangan bukanlah “persatuan”, melainkan “persatean” – semua bersatu dalam satu sunduk namun masing-masing berada dalam keterpisahan satu dengan yang lainnya. Mengingat persatuan Indonesia tidak pernah ada dengan sendirinya, maka selalu relevan jika kita terus menggaungkan dan menghidupi lagi semangat persatuan. Harapan dekatnya, kita mampu melewati “tahun politik” ini dengan terus hidup bersama walau di antara kita terdapat beda pilihan.

Saksikan: NGANGSU “Ngobrol Asik Ning Sinau” bersama Narasumber:
Assoc. Prof H. Wawan Gunawan Abdul Wahid (Dosen UIN Sunan Kalijaga) & Dr. W. Riawan Tjandra, S.H., M.Hum., Adv., CCMs. (Dosen Univ. Atma Jaya Yogyakarta).  Selasa, 20 Februari 2024 pukul 19.00 WIB disiarkan langsung melalui kanal YouTube Komsos Keuskupan Agung Semarang.