Mertoyudan, 07/07/2023 – Jumat, 7 Juli 2023 menjadi hari terakhir dari rangkaian kegiatan Jambore Nasional SEKAMI 2023. Setelah sarapan bersama, para peserta, pembimbing, dan para Dirdios bersiap untuk Wawan Hati bersama Mgr. Robertus Rubiyatmoko, Uskup Keuskupan Agung Semarang.
Wawan hati kali ini mengusung tema “Diutus Menjadi Berkat”. Romo Yuyun yang memandu jalannya talkshow memperkenalkan pula motto tahbisan Mgr. Robertus Rubiyatmoko yakni Quærere et Salvum Facere yang dalam Bahasa Indonesia berarti Mencari dan Menyelamatkan. Bapa Uskup menjelaskan bahwa kisah Zakheus pada Lukas 19:10 menjadi inspirasi beliau memilih motto dalam misinya.
“Ternyata sapaan kecil Yesus membuat Zakheus bersukacita. Maka, semangat ini harus kita miliki dalam penggembalaan, menyapa orang kecil, lemah, miskin, tersingkir, dan difabel,” ungkap Bapa Uskup yang khas dengan kumis tebal tersebut. Menurut beliau, remaja Katolik wajib menjadi sahabat bagi semua orang, menyapa dan merangkul teman-teman yang kesepian dan tersingkir. Dengan demikian, SEKAMI akan mampu menjadi berkat sesuai dengan misi perutusan SEKAMI.
Berinteraksi dengan para peserta, Mgr. Rubi menantang mereka untuk menebak harapan beliau terhadap para peserta Jambore Nasional SEKAMI 2023. Dengan antusias, para peserta berlomba menjawab pertanyaan Bapa Uskup.
“Supaya berani bermisi meski di medan yang susah, meski ditolak oleh masyarakat,” dengan berapi-api, Steven dari Keuskupan Surabaya mencoba menebak harapan Bapa Uskup.
“Bermisi berarti keluar dari diri saya sendiri, menyampaikan apa yang baik bagi teman-teman saya, dengan segala macam cara,” kata Mgr. Rubi. Beliau juga menekankan pentingnya menghayati dan memahami firman sebelum mulai mewartakan kepada orang lain. Bermisi selalu harus dimulai dari diri sendiri, rajin berdoa dan tekun membaca firman Tuhan serta menghayatinya dalam kehidupan sehari-hari. Hanya dengan demikian, kita mampu menjadi pewarta sukacita.
Lebih lanjut, Bapa Uskup memberikan contoh tindakan nyata yang bisa menjadi ladang misi para peserta setelah kembali ke tempat masing-masing. Misalnya, bertindak jujur saat ujian, membuat teman berbahagia, menolong teman yang menjadi korban bully, ikut pelayanan di gereja, serta menjadi berkat di tengah masyarakat lewat ikut kegiatan gotong royong.
“Kita dipanggil untuk terlibat. Maka, jadilah berkat bagi oranglain. Perhatikan pula teman-teman yang difabel dan berkebutuhan khusus. Sapa dan rangkullah. Jadilah berkat bagi teman lain, bukan hanya di gereja, namun juga di tengah-tengah masyarakat lintas agama. Jangan menjadi orang Katolik yang tertutup. Jadilah terbuka,” tegas Mgr. Rubi menutup sesi Wawan Hati.