Konsolidasi Tim Kerja Komisi Hubungan Antar Agama dan Kepercayaan (HAK) Kevikepan DIY dan Kedu

Twitter
WhatsApp
Email

 

Tim Kerja Komisi Hubungan Antar Agama dan Kepercayaan (HAK) Kevikepan DIY dan Kedu menyelenggarakan kegiatan konsolidasi, kegiatan diadakan karena timja HAK paroki memiliki peran besar dalam membangun proses persaudaraan umat beriman.

Kegiatan berlangsung selama dua hari, 15-16 Februari 2020, bertempat di Hotel Kana Kaliurang, acara dibuka dengan dengan doa, dilanjutkan dengan perkenalan peserta kemudian pengantar singkat oleh Romo Joko Lelono, Pr.

Pada sesi pertama Romo Didik Sj memberikan pemaparan mengenai “Deklarasi Abu Dabhi”.  Romo Didik Sj menjelaskan bahwa Deklarasi Abu Dhabi adalah momentum inspirasional bagi terbukanya semangat dialog, komunikasi dan persaudaraan antara muslim dan kristiani. Deklarasi Abu Dhabi yang ditandatangani oleh Paus Fransiskus dan Imam besar Al Ashar menghasilkan point-point penting bagi persaudaraan manusia, salah satunya adalah mendorong manusia untuk hidup rukun secara damai.

Di sesi kedua diisi dengan diskusi panel dengan tema radikalisme dan gereja katolik melawan radikalisme. Nara sumber menghadirkan ahli intelejen dari Polda dan tim KKPKC KAS. Mas Dwi, ahli intelejen dari Polda memaparkan panjang lebar mengenai sejarah terorisme di Indonesia serta mengenai perkembangan gerakan radikalisme di Yogyakarta. Tim KKPKC lebih menjelaskan secara detail mengenai kasus-kasus intoleransi dan bagaimana gereja Katolik berperan dalam mengantisipasi, menghadapi maupun menyelesaikan persoalan-persoalan intoleran di masyarakat

Suasana diskusi dan sharing  kelompok

Pada hari kedua, sesi yang pertama dibawakan oleh Rm. Joko Lelono, Pr, dengan memaparkan mengenai Timja HAK berbasis paroki. romo Joko memaparkan betapa pentingnya fungsi tim HAK berbasis paroki. Di tingkat lapangan timja HAK paroki memiliki peran besar dalam membangun proses persaudaraan umat beriman. Bagaimana timja HAK memotori kegiatan-kegiatan yang bisa membangun persaudaraan umat Katolik dan muslim atau dengan masyarakat sekitar.

Usai pemaparan dari Romo Joko Lelono, Pr, peserta diajak untuk diskusi, sharing kelompok dan pleno dengan tema mencari kegiatan inspiratif untuk membangun persaudaran lintas iman. Dari pleno besar dihasilkan beberapa point kegiatan-kegiatan inspirasional bagi paroki-paroki untuk membuat kegiatan kegiatan yang membangun persaudaraan lintas iman, diantarany berupa :

  • Perayaan HUT paroki denganmelibatkan seluruh elemen masyarkat
  • Pentas seni kolaborasi
  • Diadakan setiap Natal danPaskah mengundang masyarakat muslim terutama cah enom untuk silaturahmi
  • Upacara 17 Agustuskerjsama gereja kristen dan masjid, secara khusus perayaan 75 tahun Indonesia merdeka pada tahun ini
  • Kemah lintas iman orang muda
  • Upacara 75 tahun IndonesiaMerdeka di setiap paroki
  • Kunjungan silaturahmi Idul Fitri ke pejabat-pejabatwilayah dan tokoh masyaarakat dan hari-hari lain supaya ngobrolnya lama
  • Gerak jalan bersama
  • Jalan sehat
  • Nanam pohon
  • Kerja bakti
  • Sinau bareng dibingkai dengansarasehan mengundang nara sumber lalu ada pentas seni sederhana
  • Srawung rukun
  • dll

Keseluruhan kegiatan konsolidasi ditutup dengan misa peneguhan yang dipimpin oleh Romo Joko Lelono, Pr. Dalam Homilinya Romo Joko memberikan pesan yang inspiratif “Jangan sampai kita beragama tapi beragama mandul. Artinya hanya mementingkan laku kesalehan supaya masuk surga tapi lupa akan hidup bersama, lupa harus mengasihi saudara dan orang lain, lupa srawung dengan tetangga dan lupa membangun persaudaraan sesama manusia”.

“Kalau hidup kita saleh selalu tekun berdoa, rutin misa di gereja, aktif kegiatan gereja tapi masih membenci saudaranya, dendam karo tanggane dan tidak mau berkarya bagi masyarakat maka itu namanya omong kosong alias belgedes”, tutup Romo Joko.

Goro H.