Sejarah Kelahiran

            Rama John Main OSB (1926 – 1982) memperkenalkan tradisi doa hening, diam dan sederhana dari orang-orang padang gurun dengan membentuk Pusat Meditasi Kristiani pada tahun 1975 di biara Eiling, London. Model doa ini juga disebut  doa kontemplatif atau doa hati. Setelah Rama John Main OSB meninggal, pimpinan pengelola Pusat Meditasi Kristiani tersebut digantikan oleh Rama Laurence Freeman OSB.

Pusat Meditasi Kristiani terus melayani orang-orang dari berbagai macam latar belakang yang ingin mengalami keheningan di dalam keramaian dunia. Akhirnya dalam sebuah seminar yang diberi nama Seminar John Main pada tahun 1991, diusulkan, seketika itu pula diterima dan langsung disahkan nama kelompok doa  itu  yaitu World Community for Christian Meditation (WCCM), Komunitas Dunia Meditasi Kristiani. Pada tahun 2007, WCCM mendapat pengakuan kanonikal dari Gereja.

Meditasi Kristiani masuk ke Indonesia pada awal tahun 2003 atas jasa Komunitas Meditasi Kristiani  di Singapura. Pada saat itu, tim dari Singapura tersebut bersama Rama Laurence memperkenalkan Meditasi Kristiani kepada sekolompok umat di Jakarta yang sedang mengadakan retret. Ternyata pengenalan  ini mendapat sambutan yang antusias dari peserta retret tersebut. Sejak itu pula terbit buku-buku tentang meditasi kristiani  dan secara perlahan-lahan berkembang  ke kota-kota di Jawa bahkan kemudian merambat ke luar pulau Jawa. Pada awal tahun 2009 tercatat ada 50 kelompok.

Visi dan Misi

Visi,  menyadari kehadiran Roh Yesus yang berdoa dalam hati kita kepada Bapa dan menyadari pula hati kita merupakan bait Allah yang kudus. Dengan bermeditasi orang bisa mengalami perubahan semangat hidup atau akan mendapatkan buah-buah roh, seperti dikatakan Santo Paulus. Buah-buah roh tersebut adalah  kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, penguasaan diri (Gal 5:22-23).  Buah-buah roh tersebut merupakan anugerah dari persatuan dengan Allah. Namun buah-buah  roh itu bukan merupakan tujuan meditasi. Tujuan meditasi yang utama adalah memohon agat mendapat anugerah persatuan dengan Allah.

Misinya adalah

Kegiatan

  1. Kegiatan pribadi berupa meditasi 2 kali sehari, pagi dan malam,
  2. Kegiatan kelompok yaitu pertemuan mingguan yang diisi denan meditasi bersama, sharing pengalaman doa atau iman, dan tanya jawab,
  3. Sekurang-kurangnya 6 bulan sekali ada pertemuan anggota se-kota, wilayah, atau paroki untuk bermeditasi bersama, sharing dan tanya jawab. Acara tersebut bisa dilanjutkan dengan pengajaran oleh petugas tentang meditasi kristiani,
  4. Mengadakan lokakarya bagi calon ketua kelompok dan guru meditasi yang disebut ‘School’,
  5. Rekoleksi sehari, retret biasa, retret padang gurun,
  6. Pengenalan miditasi kristiani kepada umat melalui seminar, baik seminar sehari maupun program enam minggu.

Keanggotaan

Kelompok doa ini terbuka bagi semua orang yang percaya kepada Yesus Kristus dan mau bermeditasi  menurut ajaran Rama John Main, OSB

Organisasi dan Kepengurusan

Kelompok Meditasi Kristiani Indonesia  mempunyai kepengurusan sebagai berikut

  1. Koordinator nasional, moderator nasional (imam), koordinator friends,
  2. Koordinator kota yang mengkoordinir kelompok-kelompok Meditasi Kristiani se-kota, wilayah, atau paroki

Lain-lain

Contact Person

Semarang: Ibu Josephine (0818290879), Solo: Ibu Oeke (081 128 5881, Yogyakarta: Bp. Alex Purwo Murdoko (081903776777), Salatiga: Bp. Ign. Herry Suyanto (081 129 6133).

 

Sharing Pengalaman Doa

Saya mulai ikut kelompok doa Komunitas Meditasi Kristiani sejak bulan Maret 2007.  Saya tertarik mengikuti kelompok doa ini karena memang saya suka  dengan doa hening. Saya merasa sungguh beruntung dengan terbentuknya kelompok doa Komunitas Meditasi Kristiani di Surabaya ini. Dengan menjadi anggota kelompok ini, saya tidak bermaksud mencari kesaktian, penyembuhan, kesucian atau yang lain-lain, kecuali hanya mencari atau ingin bertemu Tuhan.

Saya mulai berlatih meditasi dua kali sehari, masing-masing selama 30 menit, pagi dan sore. Duduk  dengan tenang dan serileks mungkin, posisi punggung  tegak dan mengucapkan dengan lembut ‘mantra’ Ma-ra-na-tha. Saya mendengarkan gemanya, tidak memikirkan apa-apa, sekalipun hal suci juga tidak boleh dipikirkannya.

Saya pikir saya seperti orang tolol atau  bodoh, namun baru kemudian saya mengerti bahwa  itu semua mengandung maksud tersendiri. Saya pikir, memang saya harus menjadi tolol dan bodoh supaya saya dapat menjadi rendah hati. Dengan terus bertekun dan mengandalkan Tuhan saja, lama-lama saya insaf bahwa saya ini sombong, selalu merasa mengerti, selalu merasa tahu. Jadi dalam meditasi ini, saya dilatih untuk menjadi rendah hati.

Dengan berlatih pagi dan sore, dalam diri saya timbul kerinduan untuk bertemu dengan Tuhan, duduk tenang bersama Tuhan. Kerinduan itu saya alami, kendati selama ini saya belum selalu berhasil  berlatih meditasi dua kali sehari.

Saya juga selalu berusaha menghadiri pertemuan kelompok untuk bermeditasi bersama. Pertemuan ini menjadi perjumpaan yang sangat berarti bagi saya. Di  situ saya menimba kekuatan dari meditasi bersama maupun sharing rekan-rekan yang hadir. Dalam pertemuan itu, saya menyaksikan kebersamaan kami yang saling mendukung, saling berbagi pengalaman, dan mendapat bahan permenungan dari pendamping. Pertemuan kelompok  seminggu sekali  bagi saya sangat berkesan.

Saya menemukan dalam olah meditasi ini sebuah kesadaran baru bahwa keheningan itu akhirnya adalah Tuhan. Kalau saya bermeditasi sendiri di rumah, saya berada dekat dengan Tuhan. Saya merasa diselubungi oleh Tuhan lewat keheningan itu.

Saya percaya bahwa buah-buah roh lama kelamaan akan dianuberahkan kepada saya. Dalam bahasa Belanda ada adagium yang berbunyi ‘wie met pek omgaat wordt ermee besmet’. Adagium atau pepatah itu bisa diterjemahkan ‘siapa yang bergaul  dengan  orang tidak baik, lama-lama tertular menjadi tidak baik pula.’ Menurut saya, kalau saya dua kali sehari mencari  atau berada dekat pada Tuhan, niscaya lama kelamaan saya akan mendapat anugerah hidup menyerupai diri-Nya. Itu doa saya. (Th. Maudy Sidharta).

 

Struktur doa

 

“Diamlah dan ketahuilah bahwa Akulah Allah” 

Mazmur 46:11a                      

HENING – DIAM – SEDERHANA

SILENCE – STILLNESS – SIMPLICITY

Cara Bermeditasi

  1. Duduklah dengan posisi diam dan punggung tegak. Bersikaplah tenang, tetapi penuh perhatian,
  2. Tutuplah mata Anda perlahan-lahan dan ucapkan di dalam hati sebuah kata – doa.  Pater John Main, OSB,  mengusulkan  kata – doa : MA-RA-NA-THA (Bdk. 1Kor 16:22, Why 22:20, Didache 10:6),
  3. Ucapkanlah kata itu dalam empat suku kata dengan tekanan yang sama,
  4. Ucapkanlah dengan jelas dan tanpa berhenti selama waktu meditasi. Dengarkanlah kata tersebut selagi mengucapkan-nya.  Jangan berpikir tentang artinya,
  5. Ucapkanlah tanpa tergesa-gesa dan tanpa mengharapkan sesuatu akan terjadi,
  6. Tinggalkan semua pemikiran dan imaginasi, bahkan yang bersifat rohani sekalipun,
  7. Senantiasa kembali mengucapkan kata-doa bila pikiran menerawang,
  8. Bersikaplah sederhana dan lakukanlah dengan setia,
  9. Pilihlah waktu dan tempat yang tenang. Bermeditasilah kira-kira 20-30 menit – 2x sehari pagi dan sore hari.

Doa Pembuka

Bapa surgawi, bukalah hati kami akan keheningan hadirat Roh Putra-Mu. Bimbinglah kami kepada misteri keheningan Ilahi karena rahmat kasih-Mu memancar kepada setiap orang yang merindukannya. Maranatha … Datanglah, Tuhan Yesus

Doa Penutup

Semoga kelompok meditasi ini menjadi rumah spiritual yang sejati bagi yang mencarinya. Semoga keheningan ini menjadi kekuatan untuk membuka hati kami semua kepada Citra Allah, sehingga dengan demikian kami saling mengasihi, mengalami damai, berlaku adil dan menjadi manusia yang bermartabat. Semoga keindahan Kerahiman Ilahi memenuhi setiap hati kami yang berdoa disini dengan harapan dan kegembiraaan. Semoga kami yang berdoa disini dikuatkan oleh Roh Kudus untuk melayani semua yang datang dan menerima mereka sebagai Kristus sendiri. Doa yang sederhana ini kami ucapkan dengan perantaraan Kristus Tuhan kami, Amin.

 

Petuah

“Hal yang paling utama dari meditasi Kristiani adalah bahwa kita membiarkan misteri dan keheningan Allah yang hadir dalam diri kita, tidak hanya semakin nyata, tetapi terlebih menjadi kenyataan yang memberi makna, bentuk dan tujuan kepada semua yang kita lakukan, kepada seluruh keberadaan kita”. – John Main, OSB