Komisi Liturgi Kevikepan Kedu: Sosialisasi Liturgi Sekitar Lingkaran Paskah

Twitter
WhatsApp
Email
Komisi Liturgi Kevikepan Kedu mengadakan sosialiasi Liturgi sekitar lingkaran Paskah. Kegiatan tersebut diadakan pada Minggu, 5 Maret 2023 pukul 10.00-13.00 WIB di Gedung Pusat Pastoral St. Igantius Magelang (GPP St Ignatius).

Komisi Liturgi Kevikepan Kedu mengadakan sosialiasi Liturgi sekitar lingkaran Paskah. Kegiatan tersebut diadakan pada Minggu, 5 Maret 2023 pukul 10.00-13.00 WIB di Gedung Pusat Pastoral St. Igantius Magelang (GPP St Ignatius). Kegiatan ini diikuti oleh 108 peserta dari tim kerja litugi masing-masing paroki di Kevikepan Kedu dan difasilitasi oleh 16 panitia dari Komisi Luturgi. Sosialisasi ini diberikan oleh Rm. Hieronymus Rony Suryo Nugroho.

Dalam pemaparannya, Romo Rony pertama-tama memberikan pemahaman mengenai masa tahun liturgi. Tahun Liturgi dimulai adven pertama dan diakhiri dengan Hari Raya Kristus Raja Semesta Alam.  Hari Raya Natal dan Paskah menjadi tiang penyangga masa liturgi yang didahului dengan masa adven dan masa pra-paskah. Bila berbicara mengenai paskah, umat Kristiani merenungkan sengsara-wafat dan kebangkitan Tuhan. Allah menyelamatkan umat manusia dan manusia menanggapi Rahmat keselamatan itu. Keselamatan yang dimulai sejak Perjanjian Lama lewat perantaraan para nabi terpenuhi dalam diri Yesus Kristus dalam Perjanjian Baru.

 

Dalam lingkaran paskah, umat Kristiani menandai masa pra-paskah dengan Rabu abu dan diakhiri dengan minggu paskah. Masa pra-paskah yang berjalan selama 40 hari dijalani dengan pantang dan puasa. Pantang dan puasa menjadi sarana bina Rohani bagi umat Kristiani. Seminggu terakhir, umat kristiani  memasuki pekan suci dan didalamnya terdapat Tri Hari Suci; Kamis Putih, Jumat Agung dan Minggu paskah. Tri Hari Suci menjadi saat-saat peralihan Yesus Kristus, Tuhan kita kepada Bapa. Di masa Tri Hari Suci itu, umat Kristiani diharapkan tidak melupakan Sabtu Suci. Di hari Sabtu Suci itu, Gereja merenungkan penderitaan, Wafat dan masuknya Yesus ke dunia kematian, dengannya dikuti penantian kebangkitan dengan puasa dan doa. Akhirnya, malam paskah menjadi kesempatan untuk merenungkan waktu Tuhan bangkit.

Peserta yang hadir antusias mengikuti kegiatan ini. Tidak sedikit dari mereka memanfaatkan kesempatan ini untuk bertanya menambah pengetahuan sekaligus berbagai kehidupan berliturgi di paroki maupun wilayahnya masing-masing. Bapak Heri menanyakan mengenai penghormatan di layar screen saat ibadat jumat agung apakah sah secara liturgi? Ibu Lastri dari Gereja Keluarga Kudus Parakan menanyakan terkait mengapa kemuliaan tidak dinyanyikan saat masa pra-paskah? Bapak Sulasdiyono dari Gereja St. Mikael Panca Arga terkait dengan buku pedoman yang digunakan. Rm. Rony pun menjawab pertanyaan-pertanyaan itu dengan memberikan pemahaman kepada peserta dengan jelas. Terkait penghormatan salin, idealnya umat memberikan penghormatan secara lansung salib Tuhan tersebut, tapi dalam situasi tertentu bila tidak dimungkinkan umat bisa lewat perantara. Hanya, perlu kesadaran dari umat bahwa yang dihormati itu salib dan bukan perantara itu. Umat tetap tunduk ke arah salib. Kemulian tidak dinyanyikan karena pada dasarnya lagu kemuliaan mengungkapkan sukacita. Sedangkan, masa pra-paskah umat kristiani sedang merenungkan penderitaan dan wafat Yesus. Dengan ini, maka umat Kristiani diajak untuk membangun sikap tobat. Adanya banyak buku pedoman tidak bertentangan satu sama lain. Semuanya itu diatur sesuai dengan konteks keuskupan setempat.

Liturgi sebagai perayaan misteri karya keselamatan Allah bukanlah tindakan perorangan. Melainkan, liturgi merupakan perayaan seluruh Gereja. Oleh sebab itu, pendalaman liturgi sekitar lingkaran Paskah ini penting untuk memberikan pemahaman bagi umat bahwa liturgi itu perayaan bersama. Mereka yang datang di kegiatan ini menjadi utusan Gereja untuk mengajarkan dan memberikan pemahaman bagi umat di parokinya masing-masing bahwa liturgi itu perayaan seluruh Gereja. Seluruh umat dilibatkan untuk membangung liturgi yang baik di parokinya masing-masing. Seluruh umat diajak untuk berpartisipasi aktif dalam berliturgi dengan baik dan benar. (YKA)