JANGAN TAKUT

Twitter
WhatsApp
Email

(Homili Malam Paskah – 11 April 2020, oleh: Mgr. Robertus Rubiyatmoko)

 

Para Romo, Bruder, Suster, Frater, Bapak-Ibu, Saudara-saudari, Orang-orang Muda dan Anak-anakku yang terkasih dimanapun Anda berada. Selamat Paskah. Alleluya.

Bagaimana kabarnya malam ini? Masih setia dan makin bangga menjadi murid Yesus? Selama tiga hari terakhir ini, sejak Kamis Putih hingga Malam Paskah ini, kita begitu setia dan penuh semangat mengikuti perayaan-perayaan Trihari Suci. Bahkan ada yang sampai bercucuran air mata, saking trenyuhnya atau terharunya. Betul?

Dan selama 3 hari terakhir ini ada begitu banyak diantara Anda yang mengungkapkan pengalaman iman yang luar biasa ketika mengikuti perayaan-perayaan ini secara online dari rumah masing-masing. Ada kerinduan yang sangat mendalam untuk dapat segera ikut merayakan Ekaristi secara normal di gereja dan sambut Tuhan dalam sakramen mahakudus. Anda termasuk yang mempunyai kerinduan ini?

Maka banyak yang mengungkapkan harapan agar wabah virus corona ini dapat segera berakhir, sehingga bisa beraktivitas seperti biasa. Anda juga termasuk yang mempunyai harapan ini?

  • Nah …. seandainya malam ini pemerintah kita mengumumkan bahwa wabah virus corona sudah berakhir dan masyarakat boleh beraktivitas biasa lagi, kira-kira apa reaksi Anda/Panjenengan semua? Apa yang paling pertama akan Anda lakukan?
  • Nah …. seandainya kita umumkan bahwa malam ini dan besok pagi dirayakan misa paskah bersama di gereja, akankah Anda berbondong-bondong mengikutinya?

Meskipun masih ada rasa takut-takut dan bertanya-tanya “benar tidak ya pengumumannya”, “sudah aman betul belum ya”, namun saya yakin ada sukacita yang meluap-luap dalam diri kita, karena merasa sudah terbebaskan dari suasana yang selama ini mencekam dan menakutkan.

Suasana hati seperti ini pulalah yang dialami oleh para Rasul dan para murid. Setelah beberapa hari dicekam dan dihantui rasa takut yang luar biasa semenjak penangkapan Yesus dan kematianNya di Salib, tiba-tiba ada kabar yang sangat mengejutkan dari dua orang perempuan yang ditampaki oleh malaikat yang mengatakan bahwa Yesus telah bangkit dan hidup kembali. Sontak meluap sukacita yang luar biasa, meskipun mereka masih diliputi oleh rasa takut dan pertanyaan “benar tidak ini ya”.

Perasaan takut ini sirna dan sukacita pun menjadi semakin menggelora, ketika Yesus sendiri menjumpai mereka, menyampaikan salam damai, dan berkata “Jangan takut”.

Inilah pengalaman paskah, pengalaman akan kebangkitan Yesus dari kematian yang menghalau ketakutan dan membawa sukacita dan semangat untuk keluar rumah dan pergi berbagi warta kegembiraan.

Bagaimana dengan kita yang saat ini merayakan paskah atau kebangkitan Tuhan Yesus??? Kita pun bersukacita karena sudah dibebaskan dan diselamatkan dari kuasa kegelapan yang selama ini mencengkeram dan mencekam kita; karena kita telah dibebaskan dari kuasa dosa; karena kita telah ditebus dengan darah kudus Yesus yang tercurah di atas kayu salib. Dan ini digambarkan melalui upacara cahaya: begitu Sang Cahaya bersinar, terhalau dan lenyaplah kegelapan.

Sapaan Malaikat “janganlah kamu takut” tidak hanya ditujukan kepada kedua perempuan yang dijumpainya di makam Yesus (Maria Magdalena dan Maria yang lain). Demikian juga sabda Yesus “Janganlah takut” tidak hanya disampaikan kepada kedua perempuan yang ditemuiNya, namun juga bagi kita semua yang memang sedang mengalami kecemasan, kegelisahan, kekuatiran, dan ketakutan karena virus corona.

Di masa sekarang ini, dimana wabah virus corona masih merajalela, masih ada rasa was-was dan takut dalam diri kita: takut akan tertular penyakit, takut akan kematian, takut akan hari esok “mungkinkah masih bisa mencukupi kebutuhan”, takut akan pekerjaan “mungkinkah masih bisa berpenghasilan”, takut akan kelanjutan studi, takut akan kesejahteraan keluarga, dll. Betulkah yang saya sampaikan ini?

Seperti sabda Yesus, mari kira buang semua rasa takut dan kita ganti dengan kepercayaan dan harapan bahwa Tuhan akan menolong kita. Dibarengi sikap kehati-hatian dan kewaspadaan agar terbebaskan dari virus corona. Saya pun sebagai Uskup selalu berhati-hati menjaga keselamatan umat dengan melarang untuk mengadakan pertemuan dengan banyak orang. Bahkan saya tega-tegakan (tak tegak-tegake) untuk tidak memperkenankan para Romo dan Prodiakon keliling dari rumah ke rumah untuk memberikan Komuni Suci kepada umat, seberapapun besarnya kerinduan umat untuk menyambut Tuhan dalam sakramen mahakudus.

Berat loh: berulangkali saya berdoa mohon pengampunan Tuhan kalau sikap dan keputusan saya salah dan tidak sesuai dengan kehendakNya.

Dalam suasana hati penuh sukacita merayakan paskah, kita semua diajak untuk “jangan takut” menghadapi segala macam situasi kehidupan ini, karena keyakinan Tuhan tidak akan meninggalkan kita. Dia selalu menjadi perisai yang melindungi kita dari segala bahaya, asalkan kita mau tetap berlindung padaNya.

Sebagaimana kedua perempuan dalam Injil diutus untuk pergi dan membawa warta kepada saudara-saudara Yesus supaya menjumpaiNya di Galilea, demikian pula diutus untuk pergi dan mewartakan kabar gembira keselamatan ini kepada siapapun.

Pertanyaannya: bagaimana pergi keluar di masa sulit seperti sekarang ini? Tidak harus keluar rumah; dan kalau pun harus keluar ya hati-hati. Warta gembira ini kita sampaikan melalui perbuatan-perbuatan baik dan nyata bagi siapapun yang kita jumpai:

  • melalui hospitalitas atau keramahtamahan yang diwarnai oleh kesabaran dan kelemahlembutan: bersikap ramah kepada siapapun, termasuk yang membuat sakit hati;
  • melalui persaudaraan kita yang “ngrengkuh”, tidak membeda-bedakan, dan penuh pengertian dan maaf;
  • melalui kepedulian dan solidaritas kita, khususnya kepada mereka yang tua, yang sakit, yang mengalami kekurangan / kecingkrangan, yang disingkirkan dan ditolak masyarakat (yang terpapar virus corona dan para tenaga medis), dan yang mengalami kesendirian.

Mari kita laksanakan amanat Yesus yang bangkit ini dengan penuh semangat dan sukacita. Karena itu “jangan-lupa-bahagia” & “Jangan takut”.

Selamat Paskah dan berkah Dalem.

https://youtu.be/jLMhdtMnp0w